Rabu, 09 Oktober 2013

SYAIKH SITI JENAR



SEBUAH ANALOGI
Oleh : Apipudin

Suatu hari wali mengutus perwakilan untuk memanggil Syaikh Siti Jenar, yang pada waktu itu berada di sebuah gua.
Utusan             : Syaikh di tunggu para wali di Masjid
Siti Jenar         : Tidak ada Syaikh Siti Jenar, yang ada hanyalah Allah
Utusan             : (pergi dengan tangan hampa, dan melaporkan kejadian ini ke para wali.
Walipun mengubah kalimat perintah tadi yang disampaikan utusan. Kata wali sampaikan sama Syaikh Siti Jenar, Allah di tunggu di Masjid)
 Utusan            : Allah di tunggu wali di Masjid
Siti Jenar         : Allah tidak ada, yang ada hanyalah Syaikh Siti Jenar.
Utusan             : (pulang dengan tangan kosong dan melaporkan pada para wali)
Para Wali        : Allah dan Syaikh Siti Jenar dipanggil wali di Masjid. Kalimat ini ternyata
  ampuh, terbukti Syaikh itu keluar.


Dari cerita di atas, penulis yakin setiap pembaca akan menemukan pemahaman dan kesimpulan yang berbeda, bergantung pada tingkat ke-ilmuan masing-masing. Setidaknya pandangan manusia terbagi pada tiga bagian; pertama orang yang melihat pesan moral (stressing) di balik teks, dan penuh dengan kekaguman, di samping tidak berpengaruh terhadap pandangan hidupnya. Kelompok kedua orang yang berfemahaman bahwa akidah Syaikh Siti Jenar salah, atau termasuk golongan sesat. Kelompok ketiga, melaihat kejadin ini hanya kisah masa lalu yang tidak ada pengaruhnya pada ehidupan sekarang.

Analogi
Untuk memahami dengan mudah dari cerita di atas, coba kita gunakan analagi fiqih. Pada dunia fiqih kita ambil dua istilah untuk air; pertama istilah air mtanajis, kedua istilah air suci dan mensucikan. Air najis adalah air yang tidak dapat digunakan untuk beruci. Adapun air suci adalah air yang dapat digunakan untuk bersci.
Penyebab air bisa mutanajis adalah air sedikit (tidak ada dua kulah)[1] kena benda najis. Sementara air suci dan mensucikan berada pada tempat yang luas, atau dua kulah atau lebih, sungguhpun kena najis tetap air tersebut suci dan mensucikan. Misalnya air laut, baik sengaja atau tidak dilemparkan bangkai bintang.
Analogi di atas, ada korelasinya jika kita gunakan untuk kisah Syaikh Siti Jenar. Pada kisah Syaikh Siti Jenar, jika yang melihatnya orang yang lemah dalam pegatahuan maka dia akan beranggapan sesat, sementara orang yang berwawasan dan pengetahuan luas dan mendalam prilaku Syaikh Siti Jenar tidak berpengaruh terhadap pandangan akidahnya. Bahkan mengaguminya.

Kesimpulan
Akidah Sayaikh Siti Jenar bagi orang awam bisa menyesatkan, sementara bagi orang yang berilmu tinggi tidakan pernah menyesatkan. Laksana air jika sedikit akan mudah najis dengan emasukan benda najis sekalipun sedikit. Berbeda tentunya dengan air yang banyak, misalnya air laut sekalipun bangkai binatang terbesarpun tidak akan pernah mutanajis, tetap suci dan mensucikan.


[1]Dua kulah jika di ukur memakai meter, menjadi air yang berada di suatu tempat dengan ukuran tempatnya panjang dan lebar, juga tinggi 1 meter ½,.

Tidak ada komentar:

Ceramah Maulud