ISLAM DAN LINGKUNGAN
(Shukur Dan
Kelestarian Alam)
Oleh: Apipudin
10.2.00.1.05.08.0061
Dosen
Hadi S. Alikodra
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF
HIDAYATULLAH
JAKARTA
2011
KATA
PENGANTAR
\
Al-hamdulillah,
makalah ini dapat diselesaikan dengan relatif singkat. Karya ini sangat
menyenangkan penulis, karena merupakan demostrasi pemahaman shukur, yang selama
ini shukur salah kaprah. Banyak orang mengartikan shukur hanya batas ritual
saja, sepi dari alam realita. Sehingga shukur yang dilakukan tidak membawa
dampak positif terhadap lingkungan.
Pada karaya ini, penulis mengajak
pembaca untuk memahami shukur, sehingga dengan pemahaman itu terciptalah
lingkungan yang ideal. Karena itu sebaiknya tulisan ini dapat dibaca oleh
setiap orang, baik masyarkat akademik mapun umum.
Dalam penyajian, penulis mengunakan
bahasa yang mudah dipahami oleh setiap orang. Ini salah satu usaha penulis agar
karya ini dapat dipahami, selebihnya dapat diwujudkan dalam kehidupan
sehari-hari. Tercipta lingkungan yang baik, bersih, dan terhindar dari berbagai
polusi. masharakat pada umumnya sangat mengharapkan lingkungan yang bersih.
Namun banyak tidak tahu harus memulai dari mana. Ada perasaan tidak berguna
berbuat baik untuk alam sendirian. Krisis semacam ini dapat diatasi dengan
karya tulis ini.
Ucapan terima kasih kepada dosen
mata kuliah yang telah memberikan tugas kepada penulis, dalam menulis islam dan
lingkungan. Dengan tulisan ini penulis merasa puas, karen dapat ikut serta
memberikan kontribusi dalam pelestarian alam, sekalipun hanya lewat sebuah
tulisa. Namun diharapakan tulisan ini dapat mengantarkan pembaca pada pemahaman
peduli lingkungan.
Penulis
ISLAM
DAN LINGKUNGAN
1.
Pendahuluan
Islam
bukan perusak lingkungan, justru pembawa rahmat bagi alam semesta. Berbagai
aturan telah Allah tetapkan lewat firmannya yang tertuang dalam kitan suci
al-Qur’a^n, yang disampaikan oleh Rasul berupa hadits, dan yang disampai ulama
adalah ftwa. Semua itu mengajak manusia terutama umat islam untuk menjaga dan
memelihara lingkungan.
Sejak
islam datang sejak itulah umatnya diperintahkan memelihara lingkungan.
Kitab-kitab fikih, seperti fath al-Qarib, fath al-Mu’in, dan kitab-kitab
fikih yang lain yang membahas bab istinja, di dalmnya membahas tentang
pemeliharaan lingkungan dengan cara dirangan membuang kotoran sembarangan.
Kitab-kitab tersebut terbit dizaman abasiah bahkan sebelumna, padahal waktu itu
pencemaran lingkungan belum namapak. Isi satu bukti bahwa islam sangat perduli
dengan lingkungan.
Pembahsan
agama dalam memelihara lingkungan tentunnya dengan khas keagamisannya. Yaitu
jika melarang selalu dikaitkan dengan dosa atau makru. Jika memerintah tentun
selalu dikaitan dengan pahala. Lain hanya ilmu sosial dalam pendekatannya
selalu berorientasikan sosial.
Baik
agama atau disiplin ilmu yang lain punya peran yang sama menciptakan lingkungan
yang kondusip untuk kemaslahatan manusia, hanya istilah dan orientasi yang
berbeda. Orang yang agamis akan lebih berhasil diajak memelihara lingkungan
dengan cara pendekatan agama. Lain halnya orang rasionalis akan mudah diajak
menurus alam jika ajakannya masuk akal.
Jslam
termasuk paling depan mengajak manusia memelihara lingkingan, seharusnya
manusia sadar. Namun dalam kenyataanya masih banyak kerusakan lingkungan disana
sini. Sebetulnya siapa yang salah? Konsep agamakah? Atau orang islammnya yang
tidak memahami konsep. Di sini kiranya mesti kita analisa lebih jauh, dengan
harapan mendapat jawaban yang bermanfaat bagi pembaca, umumnya semua umat
manusia terutama orang islam.
Dalam
menari jawaban pada masalah yang sedang berlangsung, alangkah lebih baiknya
kita memualai dari pembahsan islam. Karena islam kunci utama dalam karya ini.
Dengan memulai pembahsan islam, dari mulai definisi, sampai inplementai
diharapkan selain memahami batasan islam, definisi secara harfiah lebih penting
dari itu, yaitu realisasi dari islam.
2.
Islam
Islam berasala dari bahasa arab,
dari akar kata,
اسلم
يسلم اسلاما
(aslam yuslimu islaman) yang artinya tunduk dan patuh, dan muslim adalah
orang yang tunduk dan patuh kepada pada aturan yang telah ditentukan[1]. Secara etimologi kata
islam maknanya luas. Setiap yang tunduk dan patuh adalah islam. Mata hari
terbit dari sebelah timur dan terbenam pada sore hari di sebelah barat pada
setiap harinya adalah islam. Air mengalir dari dataran tinggi ke dataran
rendah, benda jatuh dari atas ke bawah, angin menghembus meniup alam adalah
islam[2].
Adapun islam secara terminologi
maknanya tunduk dan patuh pada aturan yang telah Allah swt tentukan.
Aturan-aturan Allah swt tertuang di dalam al-Qur’a^n, yang maksudnya dapat
ditangkap atas bantuan hadits, qiyas, ijma ulama. Lahirnya berbagai tafsir,
dari mulai pendekatan ra’yu (logika) sampai riwayat (hadits)
dalam rangka menangkap maksud firman Allah swt yang tertuang di dalam
al-Qur’a^n[3]. Yang tujuannya untuk
direalisasikan dalam kehidupan. Aturan Allah swt yang ada di dalam al-Qur’a^n
semuanya berorientasikan melestarikan alam[4]. Jika manusia dapat
melaksanakannya (muslim) tentu kelestarian alam dapat tergaja.
Antonim dari islam adalah kafir,
yang akar katanya كفر يكفر كفرا yang
artinya tertutup. Jaji kafir adalah yang tertutup, dalam bahasa arab tutup gelas,
tutup kamar (pintua) adalah kafir[5].
Dalam konteks terminologi kafir adalah orang yang tertutup hatinya[6],
enggan menerima kebenaran yang tertuang di dalam al-Qur’a^n. orang kafir adalah
orang yang tidak mau melaksankan perintah Allah swt. Sudah dapat dipastikan
manusia seperti ini tidak akan ikut serta melestarikan lingkungan. Aturan islam
yang sudah jelas diabaikan begitu saja, maka jangan banyak berharap jika bumi
diisi oleh orang-orang seperti ini akan segera hancur. Eksploitasi alam
bermunculan di mana-aman tampa memperhatiakan keseimbangan. Gunung sebagai paku
alam dirusak, hutan ditebang, air, udara dikotori. Kehancuran lingkungan di
mana-aman.
Kafir
orangnya kufur adalah pekerjaannya. Jika kita lihat penomena alam, banyak
kerusakan di mana-mana. Dari kerusakan hutan, pencemaran udara, pencemaran air,
dan kerusakan diberbagai aspek adalah ulah dari manusia itu sendiri[7].
Dengan kata lain merupakan wujud dari kekafiran manusia terhadap Tuhannya,
karena berpaling dari pentunjuk Tuhan.
Berbagai
macam dalil, argumentasi dilontarkan yang tujuannya mencari pembenaran
dalam merusak alam. Allah swt menciptakan alam dengan segala pasilitasnya untuk
keberlangsungan hidup manusia. Tetapi Allah juga menciptakan seperangkat aturan
agar manusia di dalam memenuhi kebutuhan hidupnya tidak merusak alam. Jika alam
tidak seimbang, maka bencana akan segera menimpa manusia, tentu kerugian ada
pada mausia.
Allah
swt menciptakan manusia untuk beribadah[8].
Ibadah artinya penghambaan diri kepada Allah swt. Karenanya Allah swt membuat
seperangkat aturan yang disebut hudan agar manusia dapat menjadi hamba
Allah yang sempurna, sehingga dapat membawa rahmatan lil alamin. Manusia
yang dapat melaksanakan perintah dan menjauhi larangan Allah swt adalah manusia
yang dapat melestarikan alam. Banyak sekali perintah-perintah dan
larangan-larang Allah yang tidak mungkin penulis uraikan semua di sini.
Sebgai
gambaran penulis akan menguraikan bebera perintah Allah swt dalam rangka
mengantar para pembaca menuju kesadaran sebagai khalifah yang bertugas mengatur
dan memelihara bumi. Di antara perintah Allah swt adalah, shukur, s}abar, tawakal.
3.
Perintah Allah swt
Perintah Tuhan adalah kewajiban
manusia, yang harus dilaksanakan dan manfaat akan didapat oleh manusia di dunia
dan di akhirat. Banyak sekali perintah-perintah Tuhan yang kalau diuraikan
semua di sini memerlukan waktu dan pembahasan yang relatif banyak. Karena itu
ada beberapa yang akan penulis uraikan, di antaranya; shukur, s}abar, dan
tawakal.
a.
Shukur
Shukur berasal dari kata شكر
يكر شكورا yang artinya terima kasih. Bentuk
terimaksih kepada Tuhan secara teoritis terbagi tiga; pembenaran dengan hati,
perkataan, perbuatan. Namun dalam keseharian atau secara praktis harus
berbarengan. Jika seseorang berterima kasih dengan hati dan perkataanya, maka
dalam prilaku keseharian juga harus menampakan sebagai hamba yang bershukur.
Bershukur dengan hati, dengan cara
ikut membenarkan apa yang telah Allah tentukan, yang ada dalam kitab suci
(al-Qur’a^n). bershukur dengan perbuatan adalah dengan cara mengucapkan al-hamdulillah
sebagai iqrar atas pengakuan kebenaran perintah Allah swt. Adapun shukur secara
perbuatan yaitu dengan cara menghambakan diri kepada Allah swt. Bentuk
penghambaan diri kepada Allah swt yaitu dengan cara masuk islam secara
keseluruhan[9]. Menjadi
insan kamil (manusia yang sempurna), yang mengikuti aturan Allah yang telah
ditetapkan secara keseluruhan.
b.
S}abar
Sabar berasal dari akar kata صبر
يصبر صبرا yang artinya tabah, memberanikan hati[10].
Secara terminologi s}abar yaitu berbuat secara sunatullah dan
memperhatikan aturan yang telah ada sehingga Tuhan meridoinya. S}abar juga
dapat dikatakan hatinya tabah, atas aturan yang telah Allah swt tentukan.
Ketabahan itu membuat seseorang berbuat secara sunatullah, siapa dengan
segala konsekwensinya. Kepahitan, kesulitan, kesedihan dihadapi dengan penuh
kenyakinan, bahwa itu hanya suatu episode, yang pada gilirannya akan berakhir.
Salah pemahaman yang terjadi di
masyarakat, menurutnya s}abar adalah berdiam diri, menunggu keajaiban dari
Tuhan, dan tidak mau berjuang. Sikap ini merupakan satu sikap keputus asaan
seeorang, namun disandarkan pada kata s}abar dalam rangka mencari pembenaran.
c.
Tawakal
Perintah yang ketiga adalah tawakal yang
berasal dari akar kata توكل yang
mengandung arti memasrahkan diri. secara terminologi tawakal adalah memasrahkan
diri kepada Allah swt. Pasrah pada aturan yang telah Allah swt ciptkan. Sebagai
contoh; Allah yang telah menciptkan sistem, sunatullah, yaitu jika mau
berhasil usaha secara maksimal, dengan cara mengikuti hukum alam yang telah
dibuat Tuhan. Orang yang tawakal, rido hatinya berbuat sesuai dengan sistem
yang ada.
Kesalahan yang terjadi di masharakat
pada umunya, tawakal memasrakan sesuatu kepada Allah setelah berbuat. Nah di
sini kesalahan selama ini, sehingga banyak masharakat berpangku tangan. Merusak
lingkungan setelah itu segala akibat dipasrahkan kepada Allah swt.
Jadi secara teoritis shukur, s}abar,
tawakal terpisah, namun secara teoritis berbarengan. Jika seseorang s}hukur, tentu
orang tersebut s}abar dan tawakal. Karenanya jika ada orang berkata dia sudah
shukur, namun tidak tawakal dan s}abar, sebetulnya dia belum melakukan
shulur.
Setelah diperhatikan uraian di atas,
dari mulai shukur, s}abar, dan tawakal, ternyata semuanya terkumpul dalam satu
kata yaitu shukur. Maka jika manusia telah melaksanakan shukur tentu alam pun
akan terjaga dari kerusakan manusia. Karena itu penulis akan menguraikan apa
saja yang harus di shukuri oleh manusia yang akan membawa dampak positip
terhadap lingkungan. Namun sebelum lebih jauh berbicara shukur, alangkah
baiknya penulis berbicara lingkungan. Karena shukur yang akan penulis uraikan
ada kaitannya dengan lingkungan. Di samping itu agar pembaca dapat memahami
lingkungan, baik definisi maupun batasan.
4.
Lingkungan
Lingkungan adalah alam di mana kita
hidup. Lingkungan lebih kecil dan terpetak-petak dari alam. Alam adalah sealin
dari Allah swt[11],
berakal, atau tidak. Baik yang nampak maupun yang tidak nampak. yang berakal,
manusia, malaikat. Sementara yang tidak berakal, bumi langit dan isinya selain
yang tersebut di atas. Adapun yang nampak manusia, dan yang tidak nampak adalah
jin, malikat dan makhluk halus lainnya.
lingkungan yang dimaksud di sini mencakup darat laut
udara. Yang termasuk darat perkampungan, pedesaan, gunung dan perkotaan. Adapun
udara adalah lapisan atmosfir yang menyelimuti bumi, dan lautan adalah laut
yang dipahami oleh setiap manusia.
Islam dilahirkan untuk memperhatikan dan memelihara lingkungan,
darat, laut, dan udara. terpeliharanya lingkungan, membawa dampak positif pada
manusia. Sebaliknya jika manusia merusak lingkungan maka dampaknya akan
dirasakan langsung oleh manusia.
a.
Lingkungan yang ideal
Sajak kebudayaan dan peradaban
pesat berkembang mewarnai kehidupan manusia. Sejak itu tidak banyak orang yang
dilahirkan dalam kondisi lingkungan yang masih “perawan”. Di mana harmoni alam
masih mendominasi, udara dalam komposisi gas yang harmonis, air masih
jernih tidak berlimbah dan tidak bersampah, serta vegetasi masih beragam
menutupi habitat.
Tidak banyak tempat di Planet di
Bumi yang kondisi ekoisistem atau lingkungannya masih “perawan”. Di Indonesia
hanya ada beberapa titik di pedalaman Sumatera, Kalimantan dan Papua, dengan
masyarakat lokal yang begitu arif dalam memperlakukan lingkungan.
Idealnya manusia memiliki
habitat dengan kondisi lingkungan yang masih harmonis, ketika menghirup udara
berasa segar, ketika minum tersedia air jernih yang kaya mineral, dan ketika
makan tersaji bahan pangan yang organik yang bebas kimia sintetis. Kesadar
manusia akan pentingnya alam, maka manusia kampanye, mendengung-dengungkan
kembali ke Alam.
Sebenarnya manusia dengan
lingkungan adalah satu kesatuan. Manusia merupakan komponen biotik lingkungan,
bagian yang tak terpisahkan beserta mahluk hidup dan faktor abiotik. Sejatinya
di antara komponen lingkungan terjadi interaksi dan sinergi yang positif dan
proaktif, sehingga kondisi lingkungan makin baik dan berkembang.
Planet Bumi pada mulanya
merupakan lingkungan yang paling ideal untuk kehidupan manusia. Terdapat
keragaman genetik pada hewan dan tumbuhan, semuanya memiliki nilai manfaat
untuk kehidupan manusia. Bahkan “mahluk hidup” yang hanya bersel satu pun
seperti bakteri pun memiliki kegunaan bagi manusia, baik yang berperan di dalam
atau di luar tubuh manusia. Yang berada dalam tubuh manusia antara lain
membantu proses pencernaan, sedangkan yang berada di luar tubuh manusia antara
lain berperan dalam dekomposisi.
Sebagai gambaran tubuh manusia
banyak dihuni oleh bakteri. Bahkan jumlah keseluruhan melebihi jumlah sel tubuh
manusia. Kebanyakan bakteri menghuni saluran pencernaan, contohnya Escherichia coli
berada di permukaan usus besar. Selain itu bakteri tersebar di permukaan mulut,
mata, kulit, tangan dan kaki manusia. Beragam jenis dan aktifitas bakteri
sangat mempengaruhi kondisi tubuh manusia.
Bakteri positif akan bekerja
optimal jika terdapat interaksi yang harmonis antara manusia dengan
lingkungannya. Sebaliknya bakteri negatif akan bekerja optimal jika interaksi
antara manusia dengan lingkungan tidak bersifat harmonis. Bakteri positif akan
mendukung kesehatan tubuh manusia, sebaliknya bakteri negatif menimbulkan
kondisi tubuh manusia dalam keadaan sakit.
Dalam hal ini bakteri positif
bersahabat dan membantu fungsi sel tubuh manusia, sebaliknya bakteri negtif
justru bersifat menyerang atau meng-invasi sel tubuh manusia. Sel tubuh manusia
memiliki apa yang dinamakan antibodi yang berfungsi menghalau serangan bakteri
negatif.
Lingkungan yang harmoni, alami
dan sehat akan mendorong kondisi sel-sel tubuh manusia memiliki daya tahan yang
tinggi terhadap serangan bakteri negatif, virus atau penyebab penyakit lainnya.
Maka tak heran penduduk yang tinggal di kawasan yang kondisi lingkungannya
masih terawat baik, jarang terserang penyakit yang disebabkan bakteri atau
virus tertentu. Hal itu karena perairan, tanah, udara dan vegetasi dalam
kondisi seimbang.
Berbagai program dan kegiatan mengembalikan
keharmonisan lingkungan sudah banyak dilakukan, mulai dari program udara
bersih, program kali bersih, penanaman sejuta pohon, dan sebagainya. Namun
harmoni alami sulit kembali, kondisi lingkungan yang “perawan” hanya tinggal
masa lalu.
Ratusan ribu kilometer persegi
area “lingkungan perawan” sudah disulap menjadi perkebunan kelapa sawit, karet,
tanaman pangan, pertambangan, peternakan, pemukiman, bahkan perkotaan. Bisa
dikatakan perkotaan adalah simbol lingkungan yang paling rusak, apalagi yang berstatus
metropolitan atau megapolitan.
Faktanya terjadi eksodus
penduduk secara besar-besaran dari pedesaan ke perkotaan, dengan demikian
kebanyakan manusia menempati lingkungan yang tidak harmoni. Tinggal di
lingkungan perkotaan lebih rentan terhadap beragam gangguan kesehatan. Maka tak
heran usaha yang pertumbuhannya paling cepat adalah bidang kesehatan, seperti
rumah sakit, klinik, praktek dokter, dan sebagainya. Ya, di kota orang lebih
mudah terkena penyakit, sehingga makin banyak yang berobat. Penyebabnya tak
lain kondisi lingkungan yang makin tidak layak untuk kehidupan manusia.
Lingkungan yang “perawan” kini
semakin langka, tak heran jika ekowisata, yaitu kegiatan pariwisata yang
mengandalkan keharmonisan alam, kini menjadi tujuan utama penduduk perkotaan.
Sebanarnya secara naluri setiap orang mengobsesikan kondisi lingkungan yang
alamiah.
b. Kerusakan
lingkungan
Jika lingkungan rusak kerugian pasti ada pada manusia.
Kekhuatiran rusaknya lingkunga adalah seuatu yang sangat ditakuti oleh setiap
orang. Berbagai cara manusia, baik diskusi, konferensi, dilakukan untuk
mencegah kerusakan lingkungan. Bahkan Dalam konferensi Paris 2 yang
diselenggarakan awal tahun 2007 lebih dari 500 ilmuwan dari seluruh dunia
bertemu dan membuat seruan mendesak untuk kembali ke lingkungan yang bersih.
Konferensi tersebut mengeluarkan tiga hasil:
1. Kerusakan
dan pencemaran lingkungan telah mencakupi darat, laut, bahkan manusia,
tumbuhan
dan hewan.
2. Manusia
bertanggung jawab atas kerusakan dan pencemaran ini karena polutan
berbahaya
yang diproduksinya.
3. Masih
ada kemungkinan untuk kembali ke ambang batas normal karbon dalam atmosfer
yaitu
dengan mengambil tindakan yang tepat dan berhenti mencemari atmosfer.
Peryataan di
atas menyadarkan penulis pada firman Allah swt.
(ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ
وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي
عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ) [الروم:41 ].
5.
Islam dan lingkungan
Secara
definisi islam dan lingkungan sudah dijelaskan, baik secara etimologi maupun
terminologi. Manusia diciptakan di bumi yang bertugas sebagai khalifah[12],
yakni kepanjangan tangan Tuhan. Tuhan memberikan kepercayaan kepada manusia
untuk mengurus bumi. Keadilan Tuhan manusia dibekali dengan akal sebagai modal
utama untuk menjalankan tugasnya. Besarnya akal tak terhingga[13] melebihi Arsy sebagai
makhluk Allah yang terbedsar. Akal juga yang bekerja berusaha memahami firman
Allah, yani al-Qur’a^n. Jika akal dapat menangkap pesan Allah yang ada di dalam
al-Qur’a^n, maka manusia tidak akan salah langkah dalam mengemban tugas sebagai
khalifah.
Manusia Allah ciptakan secara
sempurna[14],
sebaik-baiknya bentuk. Kelebihan manusia hidupnya tidak monoton selalu dinamis,
dari hari-kehari terus berkemabang. Menciptakan peradaban dan kebudayaan.
Dengan akal manusia dapat melestarikan alam juga bisa merusak alam. Manusia
diciptakan untuk rahmatan lil alamin, sesuai dengan pesan Allah yang
terkandung di dalam al-Qur’a^n. Karenaya manusia harus dapat melestarikan
lingkungannya di mana dia hidup.
Allah sebagai Tuhan manusia dan
Tuhan alam semesta, membimbing manusa agar menjadi manusia yang membawa
kemasslahatan di bumi. Membawa angin segar atas kehidupan. Agama dengan seperangkat
aturan membatasi manusia dalam bertindak. Batasan-batasan itu diberikan agar
manusia yang sempurna dengan akalnya tidak bertindak melewati batas.
Jadi idealnya manusia hidup di bumi
ikut serta melestarikan bumi. Menjaga lingkungan, baik darat, laut, dan udara.
Sehingga terjaga keseimbangan alam. Hal itu semua akan berbalik lagi kepada
mansia yang telah menjaga. Pesan agama yang terkandung di dalam kitab suci,
semuanya menggiring manusia untuk berlaku adil terhadap lingkungan, baik darat,
laut, dan udara.
Jadi, jika manusia menjalankan
perintah Tuhan yang tertuang dalam kitab suci, maka keseimbangan alam akan
terjaga. Namun realita yang ada di sekitar kita banyak manusia beraga, membaca
teks kitab suci, tetapi tidak menjaga kelestarian alam. Justru banyak yang
merusak alam.
Dalam kitab suci Allah berfirman,
jika manusia syukur maka nikmat akan menjadi tambah, sebaliknya jika kufur maka
adzab Allah sangat pedih[15]. Banyak manusia indonesia
terutama umat islam mengaku telah menjalankan syukur kepada Allah swt. Bukan
menambah nikmat, melaikan hari kehari bangsa ini semakin terpuruk. Siapa yang
salah? Teks agamakah yang salah, atau mungkin manusia memahami teks yang salah.
5.1. Pandangan masyarakat terhadap syukur
Hampir semua orang Indonesia memahami, dan
meyakini. Bahwa ketika manusia syukur nikmat akan menjadi tambah, jika kufur
maka adzab yang sangat pedih akan dirasakan. Secara fitrah manusia tidak ingin
hidupnya menderita, semuanya pasti ingin bahagia. Rasa ingin bahagia, bertemu
dengan teks kitab suci yang memberi informasi, yang bersyukur akan mendapatkan
kenikmatan, atau kebahagian.” Maka berlomba-lomba msyukur atas karunia yang
telah Allah berikan kepadanya.
Namun banyak masyarakat Indonesia
yang berpemahaman syukur adalah memberi makanan, kumpul bersama sambil membaca
doa. Selesai ritual itu dilaksanakan selesai pula syukurnya. Alhamdulillah
syukur secara perkataan, yang perlu implementasi. Banyak orang yang ketika
mendaptkan karunia dari Allah lisannya berkata Alhamdulillah, tetapi
implementasi dari lafadz itu hampa. Sehingga banyak yang mengatakan
al-hamdullah hanya sekedar lipstik, pemanis bibir belaka. Karenanya persoalan
yang sangat mendasar adalah pemahaman masyarakat terhadap s}ukur. Sepertinya
dalam tulisan ini penulis perlu berbicara lebih jauh tentang s}ukur, dengan
harapan mas}arakat dapat memahami s}ukur dengan baik dan benar, sesuai dengen
yang digariskan s}ariat.
Seperti yang penulis jelaskan di
atas, bahwa s}}ukur berasal dari akar kata شكر يشكر شكورا[16] yang artinya terima
kasih. Orang yang berterima kasih adalah orang yang sadar, bahwa jasa orang
telah dia terima. Bentuk terima kasih setiap orang dipengaruhi oleh budaya
setempat. Maka bentuknya bermacam-macam, tergantu budayanya, yang jelas dapat
menyenangkan pemberi jasa tadi. Pengertian di atas adalah pengertian secara lughah
(etimologi). Adapun s}ukur secara terminologi adalah العبد جمع ما انعم اليه
الى خلق من اجلهصرف[17]
menggunakan seluruh karunia yang telah didapatkannya, sesuai dengan kehendak
yang memberi karunia. Seorang pedangan bers}ukur, dagang dengan baik dan benar,
menghindari kecurangan dan kebohongan. Seorang karyawan yang bers}ukur, kerja
disiplin dengan penuh tanggung jawab.
Apakah
definisi s}ukur seperti ini sudah ada pada pemahaman mas}arakat?. Jawabannya
tentu hanya beberapa presen saja. Jika demikian maka perlu disosialisasikan,
agar mas}arakat dapat bersukur dengan baik dan benar. Wa Allahu a’lam.
Manusia
selain makhluk sosial juga makhluk yang bertuhan, artinya dalam kehidupannya
menjadi hamba Tuhan. Karena itu dalam hidupnya manusia mempunyai dua hubungan
fertikal dan herizontal, hablu minallah dan hablu minan nas. Konteksnya
dengan s}ukur, manusia harus bers}ukur kepada Allah dan kepada mausia, sebagai
penyebab datangnya rizki. Bers}ukur kepada Allah beribadah yang telah Allah
tetapkan (ibadah mahdhah). Adapun bers}ukur kepada manusia sebagai pelantara
karunia Allah, berterima kasih bentuknya sesuaikan dengan tardisi setempat
selama tidak bertentangan dengan s}ariat islam.
Hukum
s}ukur adalah wajb ain (personal)[18] karena, s{ukur merupakan
bentuk kesadaran diri. Tuhan yang telah bayak memberikan karunia kepada manusia
sudah selayaknya msnusia sadar, dan berterima kasih kepaa Tuhan. Jika hukum
s}ukuradalah wajib, mak setiap orang harus melaksanakannya. Sebagai bentuk
kesadaran sekaligus penghambaan diri terhadap Tuhan. Jika di analisa lebih jauh
setiap perintah Tuhan apapun bentuknya adalah s}ukur, jika dilaksanakan manusia
akan mendapatkan keberuntungan, berupa pahala, baik di dunia maupun di akhirat.
Banyak
sekali hal yang perlu di s}ukuri oleh manusia, sebanyak kewajiban manusia
terhadap Tuhan. Jika dibahas pada karya ini secara keseluruhan, tentu
memerlukan waktu yang lama, dan pembahsan yang banyak. Karena itu penulis akan
membatasi bentuk s}ukur dalam pembahsan karya ini ilmiah ini. Namun dengan satu
pembahasan s}ukur yang merupakan satu kewajiban terhadap manusia, akan terbuka
pintu-pintu pemahaman s}ukur yang lainnya.
Perbutan
s{ukur akan membawa dampak positif bagi kehidupan manusia. Baik kehidupan
secara pribadi maupun masyarakat. Perintah Allah yang dikerjakan dan larangan
Allah yang ditinggalkan adalah bentuk s}ukur. Banyak sekali perintah Allah
maupun larangnya, baik yang menyangkut kehidupan pribadi maupun yang menyangkut
kehidupan sosial.
5.2. S}ukur dapat melestarikan lingkungan
Seperti
yang tersebut di atas, bahwa menjalankan s}ariat merupakan wujud s}ukur. S}ariat
mengatur manusia secara keseluruhan, dan manusia harus menjadi rahmatan lil
alamin. Untuk dapat mewujudkan rahmatan lil alamin manusia harus
mengikuti s}ariat. Seperi menjalankan ibadah, yang di dalamnya mencakup,
vertikal dan herizontal. Dua bentuk ibadah tersebut merupakan satu kesatuan
yang tidak dapat dipisahkan.
Melestraikan
alam merupakan wujud ibadah, sebeb Allah swt menjadikan manusia di bumi untuk
ikut serta meletarikan alam. Coba kita perhatikan, di dalam kitab-kitab fiqh,
manusia dilarang membuat pecemaran lingkungan. Seperti mengotori air, membuang
kotoran sembarangan, dan menggagu kepentingan umum[19]. Jika manusia menjalan
aturan yang telah tertuang dalam kitab suci, selain wujud s}ukur juga membawa
dampak positif pada lingkungan sekitar.
Di
bawah ini akan penulis uraikan, bentuk-bentuk perintah yang dapat melestarikan
alam. Seperti menjaga kebersihan lingkungan, menjaga kebersihan air, dan
menjaga ketertiban umum.
a.
Menjaga
kebersihan lingkungan
Lingkungan
yang bersih selain indah juga menyehatkan. Kebesihan dilihat dari kaca mata [20]apapun sangat baik. Bahkan
agama islam menberikan predikat imana pada kebersihan[21]. Imam Nawawi
mengklasipikasi kebersihan, kebersihan itu terkalasifikasi, di antaranya
kebersihan dahir, kebersihan paca indra, kebersihan hati, dan kebesihan batin.
Kebersihan lingkungan termasuk pada kelas kebersihan dahir. Namun sungguhpun
deikian tetap berangkat dari kebersihan batin.
Kitab-kitab
fiqh memerintahkan umat islam untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan[22]. Seperti dilarang
membuang kotoran di tempat manusia kumpul (poskamling), dilarang manusia
membuang air kecil pada tempat yang berlobang, dan manusia dilarang buang
kotoran di bawah pohon yang sedang berbuah. Semua larang yang tertera dalam
kitab-kitab fiqh dengan mengatakan haram.
Larangan
haram, makruh atau perintah wajib, sunah, itu hanya bahasa agama dengan kaca
mata hukum. Jika bahasa agama dirubah kedalam bahasa sosial tentu bahsanya
tidak seperti itu. Melaikan pada dampak sosial. Seperti manusia dilarang buang
kotoran di tempat umum, membuang kotoran di bawah pohon yang berbuah, dan
larangan membuang air kecil pada tempat yang berlobang, itu semua untuk menjaga
kebersihan lingkungan.
b.
Menjaga
kebersihan air
Air merupakan sumber kehidupan.
Manusia tidak makan hanya sanggup bertahan hidup selama satu minggu, sementara
kekurangan air hanya sanggup bertahan tiga hari. Ini artinya bahwa air
merupakan kebutuhan pokok manusia.
Karena air termasuk kebutuhan pokok
manusia, maka Allah swt pun ketika menggambarkan sorga selalu melukiskan air
mengalir[23]. Dalam
agama air termasuk salah satu alat bersuci[24]. Agama secara umum
membagi air kedalam empat bagian, di antaranya:
·
Air
suci dan mensucikan
·
Air
suci tetapi tidak mensucikan
·
Air
musta’mal
·
Dan
air najis
Yang
termasuk air suci dan mensucikan adalah air hujan, air laut, air embun, air
sumur, air sungai, air salju, air danau, dan air yang menyerap kedalam tanah.
Air yang suci dan mensucikan artinya air yang boleh diminum juga boleh dipaikai
sebgai alat bersuci. Seperti mandi hadats besar, berwudu, dan membuang najis.
Air tersebut di atas bisa menjadi
suci dan mensucikan jika tidak terkontaminasi oleh benda-benda asing, jika air
tersebut terkontaminasi dengan benda asing, maka kedudukan air tidak suci dan
mensucikan lagi melaikan bisa suci tetapi tidak mensucikan, bisa juga
musta’mal, dan bisa juga najis. Karena itu manusia seharusnya menjaga
lingkungan sekitar, agar air selalu bersih, bahkan suci dan mensucikan.
Menjaga kebersihan air adalah tugas
manusia sebagai khalifah di muka bumi, yang harus dapat mewujudkan rahmatan
lilalamin. Lingkungan bersih, air jernih, itu akan berpengaruh pada pola
pikir, dan gaya hidup yang positif. Karena kebersihan merupakan baigian dari
iman. Ajaran islam membentuk manusia yang sadar lingkungan. Tentu dengan
bahsanya, yaitu jika manusia melaksanakan dapat pahala, dan jika melanggar
mendapatkan dosa. Aturan-aturan itu tentunnya untuk kemaslahatan manusia
sebagai makhluk sosial.
Jauh sebelum manusia sadar terhadap
keseimbangan alam agama islam sudah mengatur manusia untuk hidup seimbang
dengan cara peduli lingkuagan, peduli lingkungan dalam agama tidak hanya
mendapatkan pila atau piagam, melainkan pahala di dunia atau di akhirat. Ini
satu penghargaan yang sangat luar biasa.
c.
Menjaga
ketertiban umum
Ketertiban umum akan didapat jika
semua dari setiap anggota masyarkat ikut serta dalam melaksanakan ketertiban
umum. Yang dapat menjaga ketertiban umum, di antaranya agama. Agama membimbing
umatnya untuk dapat menciptakan ketertiban. Islam mengajarkan umatnya untuk
jiwa melangit tetapi jasad tetap membumi[25].
Secara tekstual melaksanakan
ketertiban umum sulit dicari ketetapannya. Namun secara tersirat dapat kita
tangkap dibalikteks[26]. Dalam kitab-kitab fiqih dibahas secara
mendetil tentang ketertiban umum[27]. Pemahaman ulama fiqih
dalam menjelaskan ketertiban umum tentu berpijak pada sumber hukum yaitu
al-Qur’a^n[28].
6.
Islam
pelestari lingkungan
Setelah penulis uraikan pengertian
islam baik secara etimologi maupun secara terminologi, maka dapat ditangkap
suatu pemahaman, bahwa islam adalah pemelihara lingkungan. Dari mulai
al-Qur’a^n hadits, sampai pendapat ulama yang tertuang dalam kitab-kitab
klasik, seperti fathul al-Qarib, dan sjenisnya mengatur umat islam untuk ikut
serta melestarikan lingkungan.
Jika umat islam menshukuri atas
karunia yang telah Allah swt berikan, tentu lingkungan yang ada di sekitarnya
dapat terlestarikan. Karena hakikat shukur adalah berbuat, bertindak sesuai
dengan si Pemberi nikmat. Islam yang meshukuri nikmat menjadi seorang petani
misalnya, dia akan bertani sesuai dengan garis yang Allah ridhai. Yaitu tidak
merusak alam. Seorang pengusaha yang bershukur akan mempertimbangkan
kelestarian alam.
Jadi secara umum meshukuri nikmat
adalah menjalankan shariat islam, masuk kedalam islam secara keseluruhan. Hati,
perkataan dan perbutan semuanya islami. Sehingga sesuai dengan namanya, orang
islam (muslim), adalah orang yang dapat menyelamatkan saudara, dan
lingkungannya[29].
Orang shukur, orang yang s}abar, dan
taakal, yakni mau diataur oleh sang khalik, yang telah menciptakannya.
Sebaliknya orang yang kufur adalah orang yang tertutup hati, perkataan dan
perbuatannya untuk menciptakan keselamatan di bumi ini. Seperti yang telah
penulis uraikan pada uraian di atas. kafir orang yang tertutup segalanya.
Berhati tetapi tidak merasa, bertelinga tetapi tidak mendengar, dan bermata
tetapi tidak melihat.
Kehancuran di lingkungan kita,
karena banyak orang islam, yang tidak menjalankan nilai-nilai islam. Sebeb
islam itu maknanya selamat, dan muslim menyelamatkan, sekitarnya. Karena itu
orang islam harus masuk kedalam agama secara keseluruhan (kaffah)
sehingga dapat memahami pesan-pesan agama secara utuh.
Jika bumi ini semakin rusak dari
hari-keahri, ini satu indikasi, bahwa banyak penduduk bumi yang bukan islam,
atau islam tetapi tidak menajalankan aturan yang talah Allah tetapkan. Secara
arti luas setiap orang yang ikut serta menyelamatkan lingkungan adalah muslim.
Idealnya jika seseorang akidahnya islam dan perbuatannya islam itu mauslim
sejati.
Melestarikan lingkungan termasuk
s}adaqah jariah[30],
yang pahalnya tidak akan pernah habis selama yang kita lakukan bentuknya masih
ada. Sungguh islam ini ajaranna luar biasa. Tidak berlebihan jika para mufasir
dalam menafsirkan ذلك الكتاب (dzalika al-kitab) yang
secara harfiayah maknanya itu kitab, namun pada umumnya tarjamah dan
tafsir mengartikan ini kitab. Menurut Qurash Shihab, ayat ini mengandung
isharat bahwa kita ini tinggi derajatnya, tidak ada satu makhlukpun yang dapat
menjangkounya. Namun ajarannya hadza (ini), yakni dapat dijalankan oleh
manusia. Tidak ada satu manusia pun yang tidak bisa mengamalkan
al-Qur’a^n. satu sharat bahwa perintah
Allah yang tetuang di dalam al-Qu’a^n semuanya sesuai dengan fitrah manusia.
Sudah dapat dipastikan jika semua
umat islam menjalankan perintah Allah yang tertuang di dalamal al-Qur’a^n, maka
bumi ini akan terjaga. Sehingga terjadi keseimbangan, terciptalah lingkungan yang
sangat didambakan umat manusia.
7. Kesimpulan
Masuk kedalam islam secara
keseluruhan (kaffah) dapat meletarikan lingkungan. Kebersihan air
terjaga, pencemaran lingkungan terpelihara, perusakan alam terhindar. Karena
islam sharat dengan ajarannya dari Allah swt sudah lengkap mebgatur hidup
islam.
Allah swt yang menciptakan bumi,
Allah pula yang menciptakan islam, dan Allh juga yang membuat aturan yang
islami. Sesuai dengan fitrah manusia. Hanya manusia yang tertutup hatinya lah
yang merusaklingkungan hidup. Akibat dari perbuatannya, semua kena getahnya.
Baik yang melakukan maupun tidak. Untuk itu seharusnya orang-orang islam harus
sadar dan selalu menuntut ilmu, yang pada gilirannya mengakui pada pentingnya
memelihara lingkungan.
Dengan pengetahuan luas dan iman
yang dalam orang islam tertanam di dalam hatinya jika berbuat baik, yaitu ikut
serta melestarikan alam, atau lingkungan, itu salah satu amal s}alih, sekaligus
s}adaqah jariah. Yang akan terasa balasannya baik di duia ini maupun di akirat.
Iman dan wawasan dapat merubah pola pikir manusia, jika dari setiap orang
merasa penting melestarikan lingkungan maka keselamatan lingkungan akan
terjaga.
Dari dulu islam memerintahkan
umatnya belajar, menuntut ilmu. Karena dengan ilmu orang dapat berbuat apa
saja. Nah agar ilmu yang dimilikinya tidak digunakan sewenang-wenang, yangdapat
membawa kerusakan terhadap lingkungan, maka harus diimbangi dengan iman. Wajar
jika al-Qur’a^n menjelaskan; bahwa yang diangkat derajat adalah hanya orang
yang berilmu dan beriman[31]”. Allah swt sering
membanding-bandingkan di dalam al-Qur’a^n antara orang yang berilmu dan tidak
berilmu. Orang beriman dan yang tidak beriman.
Semoga karaya tulis ini dapat menghantarkan
indonesia umumnya dunia dalam melestarikan lingkungan. Sehingga terciptalah
lingkungan yang menjadi dambaan setiap orang. Terhindar pemanasan global,
kerusakan lingkungan, dan berbagai macam bencana.
Menciptakan lingkungan seprti yang
diharapak semua orang tidak bisa dikerjakan pada segelintir orang. Melaikan
harus kerja sama, ulama, umaro, dan masharakat. Juga perlu diadakan diskusi dan
kerjasama atar bangsa dalam melestariakn lingkungan.
Harapan ini tidak bisa secara bin
sabin, laksana pesulap. Tetapi perlu kerja esktra dan waktu yang panjang.
Yang palingpenting pendidikan islam dan lingkungan perlu dimasukan kekurikulum
sekolah menengah pertama, sampai perguruan tinggi. Sekalipun dalam ajaran islam
sudah ada ajaran tentang pelestarian alam, namun tidak secara spesifik. Di
sisilain perlu ada sosialisasi.
DAFTAR PUSTAKA
Aziz,
Azhari, Samudra dan Setia Budi, Eksistensi Rohani Manusia, (Bekasi: Majelis
Taklim
HDH)
2004,h.2
Al-Qur’a^n
al-Karim
As-Suyuthi^y,
Jalaluddin, Tafsir Jalalain, Dar al-Fikr
Qurthubi,
al, Tafsir Qurthubi, Dar al-Fikr,
S}awiy,Tafsir
S}awiy, Dar al-Fikr
Umar,bin,
Sulaiman,Tafsir Futuh al-Ilahiyah, Dar al-Fikr
S}ihab,
Quraish, Tafsir al-Mis}bah, (Ciputat: Lentera Hati), 2002
Tarjamah
al-Qur’a^n al-Karim,
Nawawi,
Shaikh, Tafsir Marah Labid, Dar al-Fikr
Mahmud
Yunus, Kamus Arab Indonesia, (Jakarta: Hidakarya Agung) 1989
Imam
Ghazali, Ihya Ulu Muddin,(Dar-al-Fikr)h.59.
Imam
Akhdari, Johar Maknun, alih bahasa M. Anwar (Bandung: al-Ma’arif)
1979,h.5
Ibni Qasim, Thashaih,
bab istinja (Dar-al-Fikr)h.19, bandingkan dengan kitaf
Bajuri, Sharah
fath al-Qarib, dar al-Fikr
Said Abi Bakar,
Fath al-Mu’in, Dar al-Fikr.
Imam
Nawawi, Fatawai Nawawi, Dar-al-Fikr
Ibnu
Hajar al-Asqalani, Bulughul Maram Dar al-Fikr
Bhukari dan
Muslim ,Lu’lu warjan , Dar-al-Fikr.
Ibnu
Qasim, Thashih, Dar al-Fikr
Toto
Tasmara, Dimensi Doa dan Dzikir, (Jakrta: Dana Bakti Prima Yasa)1999
Zainuddin
ibnu Faraj, Jami Ulum wa al-Hikan, (Dar al-Fikr)
[1] Lihat Mahmud Yunusn kamus Arab Indonesi, (Jakarta: PT Hikarya Agung). lihat
tafsir fath al-Qadir, Dar al-Fikr surat al-Baqarah,233, surat an-Nisa ayat 64,
al-Ahzab ayat 56, al-Anam ayat14, surat jin ayat14. Bandingkan dengan dengan
Shaik Nawawi dalam Tafsir Marah Labid, tafsir Qurthubi, tafsir fath al-Qadir
pada ayat yang sama.
[2] Lihat lihat Qurais Shihab dalam Tafsir al-Mishbah, volume satu, pada
al-Baqarah ayat yang tersbut pada footnote di atas.
[3] Lihat Hashbi as_shidiqy, Sejarah al-qur’an dan ilmu tafsir, (Semrang:
PT. Pustaka Rizki Putra), 2000, h.94
[4] Doa yang sangat populer dalam islam adalah Rab bana atina fi dunnya
hasanah....
[5] Lihat Mahmud Yunus, akmus bahasa Arab Indonesia, bandingkan dengan
Muhammad Abdu al-rahim, Mukjizat al-Quran, dar al-Fikr,h.112. bandingan dengan
tafsir fath al-Qadir surat ali Imran ayat193.
[6] Lihat surat ali imran ayat 193, bandingkan denga tafsir Qurthubi.
[7] Lihat al-Qur’an surat al-Rum ayat 41
[8] Lihat al-Quran suart ad-dariyat ayat 56.
[9] Lihat al-Quran, suarat al-Baqarah ayat 208. Bandingkan dengan Qurais} dalam tafsir
al-Mis}bah, volume satu surat al-Baqarah ayat 258. Bandingkan dengan tafsir
al-Maraghi. Bandingkan dengan tafsir Qurthubi. Bandingkan dengan tafsir fath
al-Qadir, senua dalam menafsirkan surat dan ayat yang sama.
[10] Lihat Mahmud Yunus, Qamus Arab Indonesia, (Jakarta: PT Hidakarya
Agung) th.1999.
[11]Lihat S}awiy,
Tafsir S}awiy (Dar al-Fikr) surat fatihah ayat 2 h.15. bandingkan dengan Shaikh
Nawawi, Tafsir Marah Labid Dar-al-Fikr, h.2-3. Bandingkan dengan al-Maraghi,
Tafsir al_Maraghi Dar al-Fikr, juz awal,h.21.
[12] Lihat surat al-Baqarah, ayat 30, surat s}ad ayat 36, surat yunus ayat 24
dan 74. Bandingkan dengan Tafsir Marah Labid, Tafsir Qurthubi, Maraghi pada
ayat yang sama.
[13] Lihat Azhari Aziz Samudra dan Setia Budi, Eksistensi Rohani Manusia,
(Bekasi: Majelis Taklim HDH) 2004,h.2
[14] Lihat Surat at-Thin. Bandingkan antara mufasir, dalam membahas ayat
ini, antara fath al-Qadir, Marah Labid, Maraghi, Qurthubi, dan Qurais dalam
al-Mis}bah,
[15] Lihat surat Ibrahim ayat 7
[16] Lihat Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia, (Jakarta: Hidakarya
Agung) 1989
[17] Lihat Imam Akhdari, Johar Maknun, alih bahasa M. Anwar(Bandung:
al-Ma’arif) 1979,h.5
[18] Lihat Imam Ghazali, Ihya Ulu Muddin,(Dar-al-Fikr)h.59.
[19] Lihat Ibni Qasim, Thashaih, bab istinja (Dar-al-Fikr)h.19,
bandingkan dengan kitaf Bajuri dalam penbahasan yang sama. Bandingkan dengan
fath al-Muin pada pasal istinja.
[20] Lihat Nawawi, Fatawai Nawawi, Dar-al-Fikr,h.10
[21] Kebesihan bagian dari iman. Lihat Ibnu Hajar al-Asqalani, Bulughul Maram
pada bab Thaharah, Bandingkan dengan Bhukari dan Muslim dalam kitab Lu’lu
warjan pada bab Iman, Dar-al-Fikr.
[22]Ibnu Qasim Thashih, bab istinja dar al-Fikr,h.19
[23] Al-Quran surat al-Baqarah, ayat 25 dan 266
[24] Ibnu Qasim, Fath al-Qarib, dar al-Fikr, h.27
[25] Lihat Toto Tasmara, Dimensi Doa dan Dzikir, (Jakrta: Dana Bakti
Prima Yasa)1999.h.394.
[26] Perhatikan dalam ajaran islam dari mulai thaharah, sampai pada
kematian, slalu diajarkan tertib.
[27] Lihat fath al-qarib, Tartib meupakan rukun dalam ibadah, semua kitab
yang fiqih Shafi’iyah memasukan tertib sebagai rukun.
[28] Lihat surat al-Ashr tentang amal shalih. Perbedaan amal shalih
dengan ibadah, adalah amal shalait tampa niat sudah jadi amal shalih. Sementara
ibadah harus berpijak pada niat. Bandingkan dengan hadits niat,
[29] Lihat Zainuddin ibnu Faraj, Jami Ulum wa al-Hikan, (Dar
al-Fikr) Hadits pertama
[30] Perhatikan hadits Rasul tentang sadaqah jariah, yaitu menanam pohon,
mengalirkan air sungai yang mampet, menggali sumur. Ini semua menunjukan peduli
kepada generasi yang akan datang yang akan mengisi bumi setalah kita.
Bandingkan dengan Quthubi, Kitab Kurthubi, (Dar al-Fikr) h.27
[31] Lihat al-Qur’an, Surat al-Muzadalah, ayat 11
1 komentar:
Nama : Pebriyani
Kelas : XII AP 1
Remedial PAI,
Ya, saya setuju dengan makalah ini, bahwa islam mengajarkan setiap umat nya untuk melestarikan dan menjaga alam. Dan aturan Allah swt pun ada di dalam al-Qur’a^n yang semuanya berorientasikan melestarikan alam. Jika manusia dapat melaksanakannya (muslim) tentu kelestarian alam dapat tergaja.
Posting Komentar