Senin, 31 Desember 2012

KEPEMIMPINAN LISNTAS BUDAYA PERSPEKTIF PENDIDIKAN

PENGARUH AGAMA DAN BUDAYA TERHADAP
KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN
Apipudin
10.2.00.1.05.08.0061
MATA KULIAH
KEPEMIMPINAN  LISNTAS BUDAYA PERSPEKTIF PENDIDIKAN
Team Teaching
Prof. Dr. H. Abuddin Nata, MA
Prof. Dr. Husni Rahim, MA
Prof. Dr. Sucipto
Prof. Dr. Anah Suhaenah





SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2011
KATA PENGANTAR


Al-hamdulillah, makalah ini dapat terselesaikan dengan waktu yang relatif singkat. Penulis sangat menyadari masih banyak kelemahan dalam penulisan makalah ini, terutama refrensi masalah pendidikan. Karena penulis berlatar belakang pemikiran, yaitu tafsir, maka dapat dipastikan banyak yang penulis jadikan refrensi yang pada umumnya orang pendidikan tidak menjadikannya sebagai refrensi. Namun menjadi unik karena berbeda dengan makalah-makah pendidikan pada umunya, sekalipun dalam judul yang sama.
Perbedaan latar belakang ternyata tidak menjadi penghalang untuk menulis makalah yang berhubungan dengan dunia pendidikan. Yang jelas penulis mendapatkan ilmu dan wawasan baru. Awalnya penulis merasa keberatan, namun dengan masuk kedalam dan memposisikan sebagai seorang pendidik ternyata mengasikan menulis hal yang berkaitan dengan dunia pendidikan. Hal lain yang tidak dapat dibantah penulis sekalipun tidak pernah belajar pendidikan, tetapi mengajar sesutu yang sudah dilakukan sejak kecil, hal ini juga dapat membantu dalam penulisan makalah pendidikan.
     Banyak hal yang dapat penulis temukan dalam makalah ini terutama penulis sering membaca buku-buku pendidikan. Uniknya lagi tulisan ini merupakan perkawinan antara pemikiran dan pendidikan. Bagi pembaca yang jeli akan segera menangkap warna dari tulisan ini. Penulis yakin pembaca akan dapat banyak menemukan hal yang baru. Baik dari sisi wawasan maupun ke-ilmuan.
Pada akhirnya penulis mengucapkan terima kasih kepada team teachng yang telah banyak memberikan dan membimbing penulis dalam dunia pendidikan. sehingga penulis yang kegiatan sehari-hari mengajar di SMK Yastrif satu parungpanjang sealigus guru BP menjadi paham carara mendidik anak. Tidak kalah pendingnya penulis ucapkan terima kasih pada STAI Nida El-Adabi yang telah merekomendasikan penulis untuk mendapatkan beasiswa S2 di SPs UIN Jakarta. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada anak dan istri yang telah memberikan sport dalam melanjutkan program Magister ini.
Sebgai harapan semoga ilmu yang didapat pada mata kuliah pendidikan ini bermanfaat bagi penulis. Juga dapat ikut serta mencerdaskan kehidupan bangsa sesuai dengan amanat UUD 1945, Amin.
                                                                                               



Penulis   
                                                                                             


  

 









PENGARUH AGAMA DAN BUDAYA
TERHADAP KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN


DAFTAR ISI

AGAMA
Ø  Tuhan
Ø  Kitab suci
Ø  Fatwa
BUDAYA
Ø  Norma
PANDANGAN AGAMA DAN BUDAYA
Ø  Perbedaan
Ø  Persamaan
REALITAS KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN
Ø  Kepala sekolah
Ø  Studi kasus
KESIMPULAN










PENGARUH AGAMA DAN BUDAYA
TERHADAP KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN




PENDAHULUAN
               Manusia, agama dan budaya merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan. Agama kebutuhan manusia dan budaya ciptaan manusia. Tampa agama manusia resah, tampa budaya hidup hampa. Dalam keberlangsungan hidup manusia keduanya mesti ada. Agama diciptakan Tuhan sebagai atauran hidup manusia sebagai khalifah[1]. Sementara budaya lahir atas kebiasaan manusia dalam menghadapi persoalan hidup, baik perorangan ataupun kesepakatan bersama. Nah kesepakatan itu sesuai tidak dengan agama yang di anut oleh umat manusia, jika sama atau tidak bertentangan dengan agama dapat dijadikan tolak ukur kebenaran oleh agama[2].   
               Agama, budaya sangat erat dalam kehidupan manusia. Manusia melanggar aturan agama selama hidupnya tidak akan mendapatkan ketentraman, yang dalam bahasa agama disebut dosa. Adapaun melanggar budaya akan berhadapan dengan lingkungan sekitar[3]. Karena budaya merupakan warisan dari leluhur, sekaligus hasil cipta karsa manusia[4]. Jadi budaya dan agama melekat dalam diri manusia, yang terefleksi pada kehidupan manusia.
            Prilaku manusia merupakan perwujudan dari kebudayaan dan pemahaman terhadap agama. Perkara manusia makan berpakaian di manapun sama, artinya manusia butuh makan, manusia butuh pakaian. Namun cara makan dan cara berpaian ini tidak terlepasa dari pengaruh agama dan budaya[5]. Budaya dan agama menjadi identitas bagi manusia, sekilas ketika ada orang yang tidak dikenal, manusia dapat menduga-duga dengan cara memperhatikan prilakunya. Dari prilaku itu dapat ditentukan seseorang itu berasal dari tempat A dan agamanya A misalnya. Karena agama dan budaya sangat berperan dalam kehidupan manuia.  
               Begitu juga kepemimpinan seseorang dalam dunia pendidikan akan dipengaruhi oleh agama dan budaya. Karenanya setiap pemimpin dapat kita perhatikan akan berbeda  dalam gaya kepemimpinannya. Hal ini jelas karena manusia berpijak pada agama dan budayanya. Seorang kepala sekolah yang agamanya Islam akan berbeda membuat kebijakan dengan yang beragama lain. Begitu juga kepala sekolah yang berasal dari jawa akan berbeda dengan kepala sekolah yang berasal dari sumatra[6] atau suku lain.
               Manusia dilahirkan dalam keadaan bersih[7], jauh dari pengaruh budaya manapun, namun seiring dengan berjalannya waktu, akan menonjol budaya setempat di mana dia dilahirkan dan dibesarkan[8]. Artinya manusia dibesarkan oleh budaya, yang akan berpengaruh terhadap pola pikir, cara hidup dan cara memimpin, cara berargumentasi[9] bahkan lebih jauh akan berpengaruh dalam kepemimpinan pendidikan.
               Begitu eratnya, prilaku manusia dengan alam sekitarnya. Selain yang di atas banyak sekali faktor-faktor yang mempengaruhi sikap manusia. Di anataranya; keluarga, pendidikan, dam keadaan ekonomi. Kawasan pemukiman, keanggotaan organisasi, pekerjaan, organisasipolitik, dan etnik. Jika semua yang tertulis di atas diuraikan akan memerlukan bahasan yang panjang, dan waktu yang lama. Sesuai dengan tugas makalah yang dibebankan pada penulis, yaitu hanya berkisar pada pengaruh agama dan budaya terhadap kepemimpinan pendidikan. Karena itu yang akan penulis uraikan di sini adalah sejauh mana pengaruh agama dan budaya terhadap kepemimpinan pendidikan seseorang.
               Bahasan yang akan penulis sajikan secara rasional dan sistimatis, sehingga sangat mudah untuk dipahami. Para pembaca akan senang berlama-lama, menikmati karya tulisan penulis. Pada gilirannya tentu akan mudah menangkap pesan penulis. Apa yang penulis uraikan di makalah ini dengan cepat dan mudah ditangkap oleh sipembaca. Sekalipun penulis bukan berlatar belakang pendidikan, namun dalam hal ini penulis berusaha keras dan memposisikan diri sebagai seorang pendidik, akhirnya tulisan yang tersaji ini nampak sekali kombinasi antara warna pemikir dan pendidik hal ini tentunya yang tidak didapat oleh kebayakan orang pada umunya.  
               Jadi sekalipun ada dua makalah yang membahas judul yang sama akan terlihat perbedaan dalam penyajian, dan cara pengumkapan. Dalam penyampainnya nanti penulis akan memulai dengan pembahasan agama, budaya, pengaruh agama dan budaya dan terakhir kesimpulan.
 AGAMA

               Agama dilihat dari maknanya terdiri dari A dan Gama. Yang artinya A (tidak) Gama (kacau) jika disatuakan menjadi tidak kacau. Jika manusia tidak kacau maka hidupnya menjadi tenang dan yaman. Jadi agama dapat menentramkan kehidupan manusia[10]. Baik secara kehidupan pribadi maupun kehidupan sosial. Agama  dalam bahasa arab dikatakan ad-di^n (الدين), yang biasa ditafsirkan hari pembalasan [11](يوم الجزاء)  jika kita lihat secara tulisan sama sama dengan ad-dain (الدين)  biasa diartikan utang. Utang dibayarkannya jatuh tempo. Orang yang akan menerima pembayaran akan merasa senang dan tentram. Sama halnya dengan orang yang dijanjikan akan dibalas diakhirat nanti hidupnya akan merasa senang dan tentram. Artinya dia menghadapi hari esok yang pasti. Maka tidak berlebihan jika Agama merupakan kebutuhan manusia, karena agama menjadikan keyakinan (akidah) merupakan pondasi dalam segala hal. Keyakinan ibarat roda penggerak dalam kehidupan manusia. Jika keyakinannya benar secara otomatis prilakunya akan baik[12]. Jadi pada hakikatnya pengemudi prilaku manusia adalah adalah pemahaman[13]. Ini artinya betapa pengaruhnya agama terhadap prilaku manusia. 
               Lahirnya keyakinan tidak datang begitu saja, melaikan dapak dari pemahaman. Begitu juga keyakinan terhadap agama tidak datang dengan sendirinya, namun lahir atas pemahaman terhadap agama. Maka setiap tokoh agama menganjurkan kepada umatnya agar sering melihat teks agama, sebab  dengan melihat teks adalah gerbang suatu pemahaman. Hal lain yang dapat menghantarkan seseorang dengan cara banyak belajar agama[14].
               Teks-teks agama semuanya tercatat pada kitab suci setiap agama. Baik agama samawi maupun agama ardi (bumi). Teks yang ada pada kitab  suci berusaha dipahami oleh setiap umat beragama, agar dapat menangkap maksud yang ada di dalam teks itu. Setelah dapat ditangkap maksudnya, langkah kedua diamalkan, dan pengamalan merupakan wujud nyata pemahaman seseorang terhadap agama. Karenanya prilaku dari setiap orang akan berbeda sekalpun satu agama, hal ini dikarenakan perbedaan pemahaman terhadap teks.
               Pada teks yang sama antara satu orang dengan yang lainnya, antara komunitas dengan komunitas lainnya akan melahirkan warna yang berbeda. Sebagai contoh orang kampung dengan orang kota berbeda dalam berprilaku atas pemahaman terhadap agama. Yang terpelajar dan yang tidak pun berbeda dalam nenangkap teks agama, sehingga berpengaruh terhadap prilaku manusia. Perbedaan yang nampak dalam prilaku karena perbedaan dalam pemahaman terhadap teks, ini satu bukti, bahwa sangat berpengaruh terhadap kehidupan manusia, baik secara pribadi maupun sosial. Tenu hal ini akan berpengaruh sekali dalam kepemimpinan seseorang.    


TUHAN  
               Setiap umat beragama  menyakini adaya Tuhan, dan memiliki aturan yang tertuang dalam kitab suci[15]. Keduddukan kitab suci bagi umat beragama sangat sakral, dihormati dan ditaati oleh setiap umat beragama sebagai panduan atau bimbingan dalam hidup. Karenanya apapun yang ada di dalam kitab suci umat beragama  tidak   akan dan tidak pernah membantah.
               Setiap umat beragama menyakini bahwa Tuhan-lah yang mengatur kehidupan ini, Tuhan juga yang memberikan segalanya. Karenanya manusia harus mengikuti aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh Tuhan. Ketatapan-ketetapan Tuhan semuanya tertulis di dalam kitab suci, yang harus diikuti oleh semua umatnya.
               Jika manusia tidak mengikuti aturan yang telah ditetapkan Tuhan, maka sebagai konsekwensinya adalah siksa atau derita yang akan dirasakan. Melaksanakan perintah Tuhan akan mendapatkan pahala atau kebahagian. Tidak ada perintah Tuhan satupun yang tidak memberikan kemaslahatan bagi kehidupan manusia, baik secara pribadi maupun sosial.
               Keyakinan terhadap Tuhan akan berpengaruh terhadap kepemimpinan seseorang, baik kepemimpinan pendidikan maupun yang lainnya. Seorang kepala sekolah yang bertaqwa kepada Tuhan yang maha esa akan berbeda dengan kepala sekolah yang tidak bertaqwa kepada Tuhan. Maka dalam dunia kepemimpinan di Indonesia, ketika seseorang dilantik menjadi pemimpin biasanya ada sumpah jabatan, yang isinya di antaranya bertakwa kepada Tuhan yang maha esa[16]. Ini merupakan satu kesadaran manusia, bahwa kepercayaan terhadap Tuhan sangat berpengaruh dalam kepemimpinan.
               Orang yang memahami Tuhan maha kuasa, akan berbeda gaya hidupnya dengan orang yang memahami Tuhan maha bijaksana. Sejarah membuktikan, muktazilah yang mengedepankan akal dari pada yang lainnya, memahami bahwa Tuhan telah menciptakan semuanya secara sempurna dana manusia diberikan kebebasan dalam memilih. Sementara jabariah yang memahami bahwa manusia bagaikan wayang, baik buruk semuanya dari Tuhan. Ada pun ahlu sunah wal jamaah yang mengkombinasikan kedua paham, beranggapan bahwa secara majaziah manusia yang berbuat tetapi hakikatnya Tuhan yang menggerakan. Tiga pemahaman terhadap Tuhan di atas membawa dampak pada prilaku setiap orang. Orang yang memahami Tuhan yang memberikan kebebasan kepada setiap manusia untuk memilih, yakni Tuhan maha adil, akan bersikap berusaha keras memilih mana yang baik dan mana yang buruk. Adapun orang yang berpemahaman Tuhan maaha kuasa, yakni menjadi penggerak utama, dan manusia laksana wayang tidak berbuat apa-apa segala gerak Tuhan-lah yang menggerakannya, lebih cenderung apatis, pasrah diri. Ketika gagal pasti tidak menyalahkan dirinya melaikan kembali kepada takdir Tuhan. Sementara manusia yang memahami Pada hakikatnya Tuhan tapi majazinya (bukan sebenarya) manusia, maka sikap hidupnya siap berusaha keras, namun tidak putus asa ketika gagal, karena menurutnya bahwa manusia hanya wajib berusaha tidak wajib untuk berhasil[17].
               Nampak sekali kepercayaan dan pemahaman terhadap Tuhan akan membawa dampak pada kehidupan. Seorang pemimpin pendidikan yang menyakini adanya Tuhan dan berpemahaman segala kepemimpinannya diperhatikan pasti ketika membuat kebijakan mempertimbangkan, apakah keputusannya itu diridoi Tuhan?. Pertanyaan ini yang selalu ada di dalam hatinya.

        
KITAB SUCI
               Setiap agama mempunyai kitab suci, yang isinya semua aturan tentang hidup beragama. Isi pokok kitab suci mengatur hubungan manusia dengan Tuhan dan mengatur hubungan manusia dengan manusia, dan mengatur manusia dengan lingkungan. Karenanya pungsi kitab dalam hidup beragama sangatlah penting sebagai petunjuk sekaligus bimbingan dalam kehidupan di dunia ini[18].
               Kitab suci sebagai panduan hidup maka diharapkan setiap umat beragama berprilaku sesuai dengan pesan yang ada di dalamnya. Kitab suci sebagai firman Tuhan yang harus direalisasikan dalam kehidupan mendapatkan posisi pertama sebagai sumber hukum. Persoalannya tidak semua kitab suci dapat dipahami secara teks, melaikan perlu dipahami secara konteks. Di sisi lain tidak semua umat beragama berkemampuan sama dalam memahami firman Ilahi. Maka para imamagama berusaha memahahi dan menyampaikan kepada umatnya, dengan kemasan yang berbeda dengan teks firman Tuhan, tetapi lebih kepada maksud teks. Pemahaman-pemahaman terhadap teks firman Tuhan yang disampaikan kepada umat beragama dari para iman agama disebut fatwa. Jadi fatwa merupakan kepanjangan dari firman Tuhan yang harus diikuti oleh setiap umat beragama.     
               Tolak ukur terhadap kitab suci bukan logika tetapi iman. Masuk akal atau tidak semua umat beragama tidak akan berani menyangkal apa yang sudah digariskan di dalam kiab suci. Begitu sakralnya keyakinan terhadap kitab suci, sehingga menjadi tradisi di Indonesia ketika terjadi pelantikan pejabat selalu kitab suci diangkat di atas kepala para pejabat yang sedang dilantik. Dalam pelatikan itu seolah-olah pejabat indonesia berkata, bahwa ketika menjabat atau jadi pemimpin kitab suci sebagai pedoman atau pembimbing dalam melaksanakan tugas kepemimpinan.  Hal ini satu bukti bahwa betapa pengaruhnya kitab suci terhadap kehidupan manusia.  
    


FATWA
             Fatwa, sabda adalah dua hal yang familier di telinga umat beragama. Perbedaan keduanya, fatwa adalah pernyataan dari ulama atau tokoh agama baik perintah, larangan atau sekedar anjuran. Adapun sabda adalah perkataan Nabi[19] isinya bermacam-macai, bisa perintah larangan atau anjuran. Fatwa dapat membatu umat beragama yang tidak dapat memahami pesan teks firman Allah swt.
            Fatwa bersifat kondisional, artinya para tokoh agama setelah memahami teks firman Tuhan, kemudian diolah dan disesuaikan dengan kondisi masyarakat kemudian difatwakan. Sehingga fatwa itu hanya berlaku pada kondisi masyarakat atau negara setempat tokoh agama berfatwa[20]. Fatwa yang dikeluarkan tokoh agama di Timur Tengah belum tentu cocok dengan kondisi masyarakat Indonesia. sebagai contoh, fatwa Keluarga Berencana (KB), bagi ulama timur tengah, KB diharamkan sementara ulama Indonesia membolehkan[21]. Ulama ketika berfatwa merujukpada hadits, atau ayat al-Qur’a^n, atau boleh jadi hasil ijtihadnya. Tujuan fatwa adalah untuk kemaslahatan umat beragama.
            Fatwa bersifat kondisional, artinya di sini budaya ikut andil juga dalam keputusan ulama yang akan difatwakan kepada umatnya. Al-Qur’a^n dan hadits diolah kemudian disesuaikan dengan budaya setempat lalu difatwakan oleh ulama. Jadi fatwa merupakan penggabunagn (mukhalith) antara ayat hadits dan budaya.

BUDAYA  
            Bayak sekali para ahli mengartikan kebudayaan, dari sekian definis dapat disimpukan bahwa kebudayaan merupakan manifestasi akal dan rasa manusia[22]. Berbicara budaya sebenarnya kita beebicara manusia, karena budaya berpusa pada manusia. Manusia terdiri dari jasmani dan rohani, ketika jasmani dan rohani bersatu membentuk sebuah tindakan dan tindakan itu menjadi tradisi, maka yang demikian disebut kebudayaan. Tindakan manusia tidak terlepas dari pola pikirnya. Pola pikir orang-orang terdahulu membentuk menjadi kebiasaan dan diwariskan kepada generasi selanjutnya. Generasi selanjutnya ketika berbuat tradisi orang sebelumnya tampa sadar sudah berpola pikir seperti orang sebelumnya.
            Manusia berpikir manusia berbudaya, karena tindakan manusia yang yang berlandaskan pola pikir dan diabadikan menjadi suatu kebudayaan yang pada gilirannya kan mempengaruhi hidup manusia itu sendiri. Ketika orang bertaya, lebih dulu mana antara manusia dan budaya. Pertanyaan ini sebenarnya laksana sebuah pertayaan, “duluan telor atau duluan ayam” keduanya sulit diprediksi. Yang jelas manusia dan budaya lahir berbarengan. Manusia datang budaya lahir, manusia lahir budaya sudah ada warisan leluhurnya.
            Kebudayaan merupakan cara manusia hidup yang diabadikan. Seperti cara berpakaian, bergaul, bekerja, dan bermasyarakat. Dari generasi kegenerasi budaya diwariskan dan berkembang seiring dengan perkembangan hidup manusia. Perkembangan budaya tidak terlihat wujud nyatanya, karena budaya bersifat abstrak. Manusia mengkonkritkan kebudayaannya dengan cara membuat peradaban. Bisa membuat jalan, gedung, dan lainnya, yang semuanya  mencerminkan pada kebudayaan.    
             

PANDANGAN AGAMA DAN BUDAYA
               Agama dan budaya semuaya mengarah pada tatanan nilai. Sebab agama dan budaya memiliki batasan-batasan dalam membentuk kehidupan pribadi dan masyarakat. Agama mengatur kehidupan, baik yang berhubungan dengan manusia maupun dengan Tuhannya. Sehingga tercipta keseimbangan dalam kehidupan.
               Budaya yang lahir dari rasa dan akal manusia memiliki pandangan yang baik pada kehidupan manusia. Demikian juga dengan agama mengatur manusia agar mendapatkan kehidupan yang membahagiakan di dunia dan akhirat. Perbedaan keduanya adalah, agama memeberikanpandangan lebih jauh yaitu selain kemaslahatan kehidupan dunia juga kehidupan akhirat. Sementara budaya hanya memberikan kemaslahatan dunia saja. Namun sungguhpun demikian keduanya mengatur manusia agar mendapatakan kehidupan yang lebih baik.  
               Agama bersumber dari Tuhan sementara budaya lahir dari pengalaman manusia. Seorang pemimpin pendidikan yang didasari agama dan memperhatikan budaya akan menciptakan keharmonisan dalam menciptakan komunkasi antara atasan dan bawahan. Di sisi lain, seorang pemimpin yang mengerti kebudayaan bawahannya akan dapat lebih mudah bergaul atau komunikasi dengan sekitarnya.

  REALITAS KEPEMIMPIAN PENDIDIKAN
               Dalam dunia pendidikan ada sistilah formal dan nonformal. Pendidikan formal pendidikan yang diatur oleh pemerintah dari mulai standarisasi kurikulum dan yang lainnya. Sementara pendidikan non formal pendidikan yang berdiri sendiri dan tidak mengikuti aturan pemerintah bahkan kurikumpun ditentukan sendiri. Dalam hal ini lembaga pendidikan formal yaitu sekolah dari mulai TK samapi perguruan tinggi. Adapun pendidikan non formal adalah pondok pesantren, kursus-kursus keagamaan.
               Budaya pendidikan dipengaruhi oleh pemimpin pendidikan suatu lembaga. Jika pemimpinya berjiwa agama maka ketika memimpin akan melahirkan budaya agamis. Lain halnya seorang pemimpin pendidikan yang latar belakangnya kurang agamis atau dikatakan sekuler, maka dalam kepemimpinan pendidikan nilai-nilai agama diabaikan. Dalam membuat kebijakan pemimpin yang agamis dan yang tidak agamis akan berbeda. Studi kasus, ada tiga lembaga pendidikan di tempat penulis, yaitu Sekolah Kejuruan (SMK) yang ketihganya di bawah diknas, dengan kurikulum yang sama. Tetapi melahirkn budaya yang berbeda. Semua itu disebebkan oleh kebijakan kepala sekolah. SMK yang dikepalai oleh seorang perempuan yang latar belakngnya tidak agamis, lebih mengedepankan warna-warna sekuler. Kegiatan-kegiatan sekolah banyak hal-hal yang duniawi. seperti gerak jalan, paskibra, olahraga, dan komputer. Sementara SMK yang dikepalai oleh seorang yang latar belakannya agamis, selain kegiatan yang bersifat duniawi. ukrawinya juga tidak ketinggalan, seperti kegiatan-kegiatan yang bernafaskan islam.
               Ada lagi SMK yang dikepalai oleh seorang guru yang latar agamanya tipis, tetapi rasa ketimurannya sangat kental. Maka dapat dilihat dampak yang sangat jelas, murid-muridnya sangat sopan, budaya ketimuran dipakai, jika bertemu dengan orang yang lebih tua salaman sambil membungkukan punggungnya.[23]jika masuk kesekolah ini penulis terasa serasa di pesantren.  
               Pepatah bahwa garam tidak pernah menetes ke atas, tetapi selalu kebawah, terya benar. Semua hal yang nampak di bawah merupakan refleksi dari atas. Suatu lembaga pendidikan punya warna, kemudian hilang warna aslinya setelah berganti pemimpinnya. Ini bukti yang tidak dapat disangkal. Visi dan misi boleh tidak berubah, namun cara pandang dan pola pikir pemimpin yang berubah sehingga lembaga itu menjadi berubah.     

   KESIMPULAN
               Setelah penulis uraikan pengaruh agama dan budaya, pada akhirnya dapat ditarik satu kesimpulan. Bahwa agama dan budaya sangat berpengaruh dalam kepemimpinan pendidikan. Prilaku pemimpin pendidikan sesuai dengan latar belakang pendidikan. jika seorang pemimpin pendidikan keagamaanya kuat, maka selama memimpin pendidikan, atau ketika menjadi kepala sekolah, segala kegiatan yang ada di sekolah yang dia pimpin orientasinya agama. Lain halnya dengan kepala sekolah yang agamnya biasa-biasa saja, maka segala tindakan yang dia lakukan ketika menjadi pemimpin tidak berorientasikan agama. Begitu juga pemimpin atau kepala sekolah yang yang kental budaya ketimuran, maka hala apapun selalu diorentasikan pada kebudayaan. 
               Hampir dapat dipastikan warna suatu lembaga pendidikan, baik itu sekolah maupun sejenis, merupakan cermin dari seorang pemimpin yang mengatur roda, dan warna dalam lembaga itu. Ada sekolah umum yang agamsi, tidak agamis, atau berbudaya, adalah penetrasi dari seorang pemimpin yang ada di lembaga itu. Tidak berlebihan jika kepemimpinan pendidikan sangat seletif, dilihat latar belakang pendidikan, keagamaan dan kebudayaannya. Menjadi lumrah setiap orang yang menjadi pemimpin ingin memberikan warna sesuai dengan apa yang ada pada dirinya. Satu bentuk kesadaran bagi kita bahwa kepemimpinan pendidikan pada dasarnya subjektif. Artinya setiap pemimpin memaksa bawahannya agar menyelaraskan segalanya dengan dia (sang pemimpin).
               Ilmu, wawasan, cara pandang siswa terpengaruh oleh para pendidik yang menyampaikan ilmu ketika mengajar. Para pendidik ankan menyaipaikan ilmunya dengan tidak terlepas apalagi bertentangan dengan kebijakan kepala sekolah. Artinya bahwa cara pandang, pola pikir, murid sudah terwarnai oleh kepemimpinan pendidikan seseorang.        
              









DAFTAR PUSTAKA


Abas, Sirajuddin, Sejarah dan Keagungan Madzhab Syafi’iy, (Jakarta: Pustaka Tarbiyah)
               2003
Abdul Qadir Abu Faris, Muhammad. Fiqih Politik Hasan al-Bana. (Solo: Media Insani) 2003
Adnan, Hamdan. Prinsip-Prinsip Hubungan Kemasyarakatan. (Surabaya: Usaha Nasional)
1996
Ahmad Adriansah Tesis pengaruh kebudayaan suku bangsa terhadap hubungan antara
            prilaku pemimpin dengan kepuasan kerja bawahan (Sumatra: Faktultas Psikologi 
Amarah, Muhamad Mustafa, Jawahir Bukhariy, (Dar-al-Fikr)
Darajat, Zakiah, Ilmu Jiwa Agama, (jakarta: Bulan Bintang) 1970
Ghazali, Imam, al, Minhajul Abiddin (Dar al-Ulum)
Hasjmy,A, Sejarah Kebudayaan Islam,(Jakarta: Bulan Bintang) 1995
Internet eprints.lib.ui.ac.id/5871/1/70785-T 738-Pengaruh kebudayaan.
Kumpulan Makalah Ikip Muhammadiyah Jakarta. Reorientasi Pendidikan di Indonesia.
Nata, Abudin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana 2010) cet. Ke 1
-----------------------------------------------Dengan pendekatan Multi disipliner (Jakarta: Raja Wali Press) cet ke 2
Nasution, Harun, Filsafat dan Mistisme dalam Islam, (Jakarta: Bulan Bintang)1973
............................Falsafat Agama...............................................................................
Nursam, Amin, Rahasia Hati (Jakarta: CV Bintang Pelajar)
Marimba, Ahmad, Pengantar Filsafat Pendidika, (Bandung: al-Ma’arif)1962
Mawardi, al, Abi Hasan Ali bin Muhammad bin Habib al-Bas}riy, Adabu Dunya Wa ad-Din,
               (Dar al-Fikr)
Sudrajat, Ahmad. Internet (Blog: Tentang Pendidikan)
Shihab, Quraish. Tafsir al-Misbah. (Ciputat: Lentera Hati) 2002 
Tafsir, Ahmad. Metodologi Pengajaran Agama Islam. (Bandung: R) 1995
Ulwan, Abdullah Nashih, Tarbiyatul Aulad (tarjamah) (Jakarta Pustaka Amani) 1999
UIN, Sps, Jakrata, Pedoman Akademik-2010-2011
Yunus Mahmud, Kamus Arab-Indonesia, (Jakarta: Hidakarya Agung)



[1] Lihat surat al-Baqarah ayat 30, lihat juga surat s{ad ayat26.
[2] Lihat Ushul Fiqh al-adat muhkamat.
[3] Lihat Ushul Fiqih, tradisi bisa menjadi hukum jika tidak bertentangan dengan syara.
[4] A. Hasimi, Sejarah Kebudayaan Islam (Jakarta: Bulan Bintang) 1995.h.3
[5] Lihat ___________________________________________________h.39
[6] Lihat /eprints.lib.ui.ac.id/5871/1/70785-T 738-Pengaruh kebudayaan.pdf. lihat Tesis Ahmad Adriansah pengaruh kebudayaan suku bangsa terhadap hubungan antara prilaku pemimpin dengan kepuasan kerja bawahan.
[7] Lihat Hadits tentang manusia dilahirkan dalam keadaan fitrah. كل مولد يولد على الفطرة فآبواه يهودانه او ينصرانه اويمجسانه (رواه البخارى)  
[8] المرء على دين خليله فلينظر احدكم من يخالل (رواه الترمذى)
[9] Lihat Hamdan Adnan, Prinsip-prinsip Hubungan Masyarakat (Surabaya: Usaha Nasional) 1996.h.156-159
[10] Al-Quran surat ar-Ra’du ayat 27
[11] Jalaluddin as-Shuyuthi dan Jalaluddin al-Hamali, Tafsir Jalalain (Dar al-Kutub) Surat al-Fatihah ayat 2. Lihat juga tafsir Qurthubi, juz awal. Lihat tafsir al-Maraghi Juz awal. Lihat tafsir Quraish Shihab Juz awal, lihat Tfasir Fathul al-Qadir juz awal, lihat tafsir Khazin juz awal.
[12] Lihat Zakiah Darajat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang) 1970 h.2. lihat hadits yang dibahas  oleh Imam al-Ghazali, tentang pengaruh jiwa dalam buku rahasia hati, dan penyakit hati. Menurutnya bahwa perbutan manusia merupakan sinar pantul dari hati yang membekas di badan. Dalam hal ini imam Ghazali akal dan hati sering diistilahkan sama. Lihat juga Marimba, Ahmad, Pengantar Filsafat Pendidika, (Bandung: al-Ma’arif)1962.
2[12] Lihat hadist, tentang : empat pertanyaan manusia dalam kitab Targhib Wa Tarhib,karya Imam al-Hafidz Zakiudin. hal. Juz 4 hal 222
10 lihat kitab tambih al-Ghafilin, bab ilmu (Dar al-Fikr), h.1-4. Lihat juga kitab taklim, mutalaim, h. 2-5. Lihat targhib wa tarhib juz awal, (Dar al-Fikr) 

[15] Lihat Ramdan dan kawa-kawan, Agama-agama dunia (Sunan Kalijaga Press)h.8-15
[16] Lihat teks sumpah para pejabat, ketika dilantik. Hampir semua pejabat yang akan memimpin di suatu lembaga pasti disumpah, sebagaai sumpah kepemimpinan, dan isinya pasti butir pertama ada kata bertaqwa kepada Tuhan yang maha esa.
[17] Lihat Abudin Nata, Ilmu Kalam Filsafat dan Tasawuf, (Jakarta: PT Raja Grapindo  Persada)1993.h.39-45
[18] Islam mengatakan kitab suci sebagai hudan, yang diartikan sebagai pembimbing hidup. Baik hidup secara pribadi, masyrakat, dan sebagai pemimpin. 
[19] Pada agama islam, atau rasul
[20] Lihat Dr. Nahrawi Abdu Salam, Disertasi, Imam Syafiiy fi madhabaihi qadim wa al-jadid. h.300
[21] Dr. Nahrawi  Abdus Salam. Ketika membacakan disertasinya di masjid Mampang Prapatan.
[22] Lihat A.Hasimi, Sejarah perkrmbangan kebudayaan Islam, (Jakarta: Bulanbintang),1995.h.3.
[23] Lihat SMK Yastrif 1 Parungpanjang, lihat SMK Mulia Buana, Lihat SMK Aanak Bangsa. Tiga sekolah ini semuanya ada di Bogor. Tetapi coraknya berbeda.

Tidak ada komentar:

Ceramah Maulud