PENGARUH
AGAMA DAN BUDAYA TERHADAP
KEPEMIMPINAN
PENDIDIKAN
Apipudin
10.2.00.1.05.08.0061
MATA KULIAH
KEPEMIMPINAN LISNTAS BUDAYA PERSPEKTIF PENDIDIKAN
Team Teaching
Prof. Dr. H. Abuddin Nata, MA
Prof. Dr. Husni Rahim, MA
Prof. Dr. Sucipto
Prof. Dr. Anah Suhaenah
SEKOLAH
PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2011
KATA
PENGANTAR
Al-hamdulillah,
makalah ini dapat terselesaikan dengan
waktu yang relatif singkat. Penulis sangat menyadari masih banyak kelemahan dalam
penulisan makalah ini, terutama refrensi masalah pendidikan. Karena penulis
berlatar belakang pemikiran, yaitu tafsir, maka dapat dipastikan banyak yang
penulis jadikan refrensi yang pada umumnya orang pendidikan tidak menjadikannya
sebagai refrensi. Namun menjadi unik karena berbeda dengan makalah-makah
pendidikan pada umunya, sekalipun dalam judul yang sama.
Perbedaan latar belakang ternyata tidak menjadi
penghalang untuk menulis makalah yang berhubungan dengan dunia pendidikan. Yang
jelas penulis mendapatkan ilmu dan wawasan baru. Awalnya penulis merasa
keberatan, namun dengan masuk kedalam dan memposisikan sebagai seorang pendidik
ternyata mengasikan menulis hal yang berkaitan dengan dunia pendidikan. Hal
lain yang tidak dapat dibantah penulis sekalipun tidak pernah belajar
pendidikan, tetapi mengajar sesutu yang sudah dilakukan sejak kecil, hal ini
juga dapat membantu dalam penulisan makalah pendidikan.
Banyak hal yang dapat penulis temukan dalam
makalah ini terutama penulis sering membaca buku-buku pendidikan. Uniknya lagi
tulisan ini merupakan perkawinan antara pemikiran dan pendidikan. Bagi pembaca
yang jeli akan segera menangkap warna dari tulisan ini. Penulis yakin pembaca
akan dapat banyak menemukan hal yang baru. Baik dari sisi wawasan maupun
ke-ilmuan.
Pada akhirnya penulis mengucapkan terima kasih kepada
team teachng yang telah banyak memberikan dan membimbing penulis dalam dunia
pendidikan. sehingga penulis yang kegiatan sehari-hari mengajar di SMK Yastrif
satu parungpanjang sealigus guru BP menjadi paham carara mendidik anak. Tidak
kalah pendingnya penulis ucapkan terima kasih pada STAI Nida El-Adabi yang
telah merekomendasikan penulis untuk mendapatkan beasiswa S2 di SPs UIN
Jakarta. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada anak dan istri yang telah
memberikan sport dalam melanjutkan program Magister ini.
Sebgai harapan semoga ilmu yang didapat pada mata kuliah
pendidikan ini bermanfaat bagi penulis. Juga dapat ikut serta mencerdaskan
kehidupan bangsa sesuai dengan amanat UUD 1945, Amin.
Penulis
PENGARUH AGAMA DAN BUDAYA
TERHADAP KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN
DAFTAR ISI
AGAMA
Ø
Tuhan
Ø
Kitab suci
Ø
Fatwa
BUDAYA
Ø Norma
PANDANGAN AGAMA DAN BUDAYA
Ø Perbedaan
Ø Persamaan
REALITAS KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN
Ø
Kepala sekolah
Ø
Studi kasus
KESIMPULAN
PENGARUH AGAMA DAN BUDAYA
TERHADAP KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN
PENDAHULUAN
Manusia, agama dan budaya
merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan. Agama
kebutuhan manusia dan budaya ciptaan manusia. Tampa agama manusia resah, tampa
budaya hidup hampa. Dalam keberlangsungan hidup manusia keduanya mesti ada. Agama
diciptakan Tuhan sebagai atauran hidup manusia sebagai khalifah[1]. Sementara budaya lahir
atas kebiasaan manusia dalam menghadapi persoalan hidup, baik perorangan
ataupun kesepakatan bersama. Nah kesepakatan itu sesuai tidak dengan agama yang
di anut oleh umat manusia, jika sama atau tidak bertentangan dengan agama dapat
dijadikan tolak ukur kebenaran oleh agama[2].
Agama,
budaya sangat erat dalam kehidupan manusia. Manusia melanggar aturan agama selama
hidupnya tidak akan mendapatkan ketentraman, yang dalam bahasa agama disebut
dosa. Adapaun melanggar budaya akan berhadapan dengan lingkungan sekitar[3]. Karena budaya merupakan
warisan dari leluhur, sekaligus hasil cipta karsa manusia[4]. Jadi budaya dan agama
melekat dalam diri manusia, yang terefleksi pada kehidupan manusia.
Prilaku manusia merupakan perwujudan dari kebudayaan dan
pemahaman terhadap agama. Perkara manusia makan berpakaian di manapun sama,
artinya manusia butuh makan, manusia butuh pakaian. Namun cara makan dan cara
berpaian ini tidak terlepasa dari pengaruh agama dan budaya[5]. Budaya dan agama menjadi
identitas bagi manusia, sekilas ketika ada orang yang tidak dikenal, manusia
dapat menduga-duga dengan cara memperhatikan prilakunya. Dari prilaku itu dapat
ditentukan seseorang itu berasal dari tempat A dan agamanya A misalnya. Karena
agama dan budaya sangat berperan dalam kehidupan manuia.
Begitu
juga kepemimpinan seseorang dalam dunia pendidikan akan dipengaruhi oleh agama
dan budaya. Karenanya setiap pemimpin dapat kita perhatikan akan berbeda dalam gaya kepemimpinannya. Hal ini jelas
karena manusia berpijak pada agama dan budayanya. Seorang kepala sekolah yang
agamanya Islam akan berbeda membuat kebijakan dengan yang beragama lain. Begitu
juga kepala sekolah yang berasal dari jawa akan berbeda dengan kepala sekolah
yang berasal dari sumatra[6] atau suku lain.
Manusia
dilahirkan dalam keadaan bersih[7], jauh dari pengaruh budaya
manapun, namun seiring dengan berjalannya waktu, akan menonjol budaya setempat
di mana dia dilahirkan dan dibesarkan[8]. Artinya manusia
dibesarkan oleh budaya, yang akan berpengaruh terhadap pola pikir, cara hidup
dan cara memimpin, cara berargumentasi[9] bahkan lebih jauh akan
berpengaruh dalam kepemimpinan pendidikan.
Begitu
eratnya, prilaku manusia dengan alam sekitarnya. Selain yang di atas banyak
sekali faktor-faktor yang mempengaruhi sikap manusia. Di anataranya; keluarga,
pendidikan, dam keadaan ekonomi. Kawasan pemukiman, keanggotaan organisasi,
pekerjaan, organisasipolitik, dan etnik. Jika semua yang tertulis di atas
diuraikan akan memerlukan bahasan yang panjang, dan waktu yang lama. Sesuai
dengan tugas makalah yang dibebankan pada penulis, yaitu hanya berkisar pada
pengaruh agama dan budaya terhadap kepemimpinan pendidikan. Karena itu yang
akan penulis uraikan di sini adalah sejauh mana pengaruh agama dan budaya
terhadap kepemimpinan pendidikan seseorang.
Bahasan
yang akan penulis sajikan secara rasional dan sistimatis, sehingga sangat mudah
untuk dipahami. Para pembaca akan senang berlama-lama, menikmati karya tulisan
penulis. Pada gilirannya tentu akan mudah menangkap pesan penulis. Apa yang
penulis uraikan di makalah ini dengan cepat dan mudah ditangkap oleh sipembaca.
Sekalipun penulis bukan berlatar belakang pendidikan, namun dalam hal ini
penulis berusaha keras dan memposisikan diri sebagai seorang pendidik, akhirnya
tulisan yang tersaji ini nampak sekali kombinasi antara warna pemikir dan
pendidik hal ini tentunya yang tidak didapat oleh kebayakan orang pada umunya.
Jadi
sekalipun ada dua makalah yang membahas judul yang sama akan terlihat perbedaan
dalam penyajian, dan cara pengumkapan. Dalam penyampainnya nanti penulis akan memulai
dengan pembahasan agama, budaya, pengaruh agama dan budaya dan terakhir
kesimpulan.
AGAMA
Agama
dilihat dari maknanya terdiri dari A dan Gama. Yang artinya A (tidak) Gama
(kacau) jika disatuakan menjadi tidak kacau. Jika manusia tidak kacau maka
hidupnya menjadi tenang dan yaman. Jadi agama dapat menentramkan kehidupan
manusia[10]. Baik secara kehidupan pribadi
maupun kehidupan sosial. Agama dalam
bahasa arab dikatakan ad-di^n (الدين), yang biasa ditafsirkan hari pembalasan [11](يوم الجزاء) jika kita lihat secara tulisan sama sama dengan ad-dain
(الدين) biasa diartikan utang. Utang dibayarkannya
jatuh tempo. Orang yang akan menerima pembayaran akan merasa senang dan
tentram. Sama halnya dengan orang yang dijanjikan akan dibalas diakhirat nanti
hidupnya akan merasa senang dan tentram. Artinya dia menghadapi hari esok yang
pasti. Maka tidak berlebihan jika Agama merupakan kebutuhan manusia, karena
agama menjadikan keyakinan (akidah) merupakan pondasi dalam segala hal.
Keyakinan ibarat roda penggerak dalam kehidupan manusia. Jika keyakinannya
benar secara otomatis prilakunya akan baik[12]. Jadi pada hakikatnya
pengemudi prilaku manusia adalah adalah pemahaman[13]. Ini artinya betapa
pengaruhnya agama terhadap prilaku manusia.
Lahirnya
keyakinan tidak datang begitu saja, melaikan dapak dari pemahaman. Begitu juga
keyakinan terhadap agama tidak datang dengan sendirinya, namun lahir atas
pemahaman terhadap agama. Maka setiap tokoh agama menganjurkan kepada umatnya
agar sering melihat teks agama, sebab dengan melihat teks adalah gerbang suatu
pemahaman. Hal lain yang dapat menghantarkan seseorang dengan cara banyak
belajar agama[14].
Teks-teks
agama semuanya tercatat pada kitab suci setiap agama. Baik agama samawi maupun
agama ardi (bumi). Teks yang ada pada kitab suci berusaha dipahami oleh setiap umat
beragama, agar dapat menangkap maksud yang ada di dalam teks itu. Setelah dapat
ditangkap maksudnya, langkah kedua diamalkan, dan pengamalan merupakan wujud
nyata pemahaman seseorang terhadap agama. Karenanya prilaku dari setiap orang
akan berbeda sekalpun satu agama, hal ini dikarenakan perbedaan pemahaman
terhadap teks.
Pada
teks yang sama antara satu orang dengan yang lainnya, antara komunitas dengan
komunitas lainnya akan melahirkan warna yang berbeda. Sebagai contoh orang
kampung dengan orang kota berbeda dalam berprilaku atas pemahaman terhadap
agama. Yang terpelajar dan yang tidak pun berbeda dalam nenangkap teks agama,
sehingga berpengaruh terhadap prilaku manusia. Perbedaan yang nampak dalam
prilaku karena perbedaan dalam pemahaman terhadap teks, ini satu bukti, bahwa
sangat berpengaruh terhadap kehidupan manusia, baik secara pribadi maupun
sosial. Tenu hal ini akan berpengaruh sekali dalam kepemimpinan seseorang.
TUHAN
Setiap
umat beragama menyakini adaya Tuhan, dan
memiliki aturan yang tertuang dalam kitab suci[15]. Keduddukan kitab suci
bagi umat beragama sangat sakral, dihormati dan ditaati oleh setiap umat
beragama sebagai panduan atau bimbingan dalam hidup. Karenanya apapun yang ada
di dalam kitab suci umat beragama
tidak akan dan tidak pernah
membantah.
Setiap
umat beragama menyakini bahwa Tuhan-lah yang mengatur kehidupan ini, Tuhan juga
yang memberikan segalanya. Karenanya manusia harus mengikuti aturan-aturan yang
telah ditetapkan oleh Tuhan. Ketatapan-ketetapan Tuhan semuanya tertulis di
dalam kitab suci, yang harus diikuti oleh semua umatnya.
Jika
manusia tidak mengikuti aturan yang telah ditetapkan Tuhan, maka sebagai
konsekwensinya adalah siksa atau derita yang akan dirasakan. Melaksanakan
perintah Tuhan akan mendapatkan pahala atau kebahagian. Tidak ada perintah
Tuhan satupun yang tidak memberikan kemaslahatan bagi kehidupan manusia, baik
secara pribadi maupun sosial.
Keyakinan
terhadap Tuhan akan berpengaruh terhadap kepemimpinan seseorang, baik
kepemimpinan pendidikan maupun yang lainnya. Seorang kepala sekolah yang
bertaqwa kepada Tuhan yang maha esa akan berbeda dengan kepala sekolah yang
tidak bertaqwa kepada Tuhan. Maka dalam dunia kepemimpinan di Indonesia, ketika
seseorang dilantik menjadi pemimpin biasanya ada sumpah jabatan, yang isinya di
antaranya bertakwa kepada Tuhan yang maha esa[16]. Ini merupakan satu
kesadaran manusia, bahwa kepercayaan terhadap Tuhan sangat berpengaruh dalam
kepemimpinan.
Orang
yang memahami Tuhan maha kuasa, akan berbeda gaya hidupnya dengan orang yang
memahami Tuhan maha bijaksana. Sejarah membuktikan, muktazilah yang
mengedepankan akal dari pada yang lainnya, memahami bahwa Tuhan telah
menciptakan semuanya secara sempurna dana manusia diberikan kebebasan dalam
memilih. Sementara jabariah yang memahami bahwa manusia bagaikan wayang, baik
buruk semuanya dari Tuhan. Ada pun ahlu sunah wal jamaah yang mengkombinasikan
kedua paham, beranggapan bahwa secara majaziah manusia yang berbuat tetapi
hakikatnya Tuhan yang menggerakan. Tiga pemahaman terhadap Tuhan di atas
membawa dampak pada prilaku setiap orang. Orang yang memahami Tuhan yang
memberikan kebebasan kepada setiap manusia untuk memilih, yakni Tuhan maha
adil, akan bersikap berusaha keras memilih mana yang baik dan mana yang buruk.
Adapun orang yang berpemahaman Tuhan maaha kuasa, yakni menjadi penggerak
utama, dan manusia laksana wayang tidak berbuat apa-apa segala gerak Tuhan-lah
yang menggerakannya, lebih cenderung apatis, pasrah diri. Ketika gagal pasti
tidak menyalahkan dirinya melaikan kembali kepada takdir Tuhan. Sementara
manusia yang memahami Pada hakikatnya Tuhan tapi majazinya (bukan sebenarya)
manusia, maka sikap hidupnya siap berusaha keras, namun tidak putus asa ketika
gagal, karena menurutnya bahwa manusia hanya wajib berusaha tidak wajib untuk
berhasil[17].
Nampak
sekali kepercayaan dan pemahaman terhadap Tuhan akan membawa dampak pada
kehidupan. Seorang pemimpin pendidikan yang menyakini adanya Tuhan dan
berpemahaman segala kepemimpinannya diperhatikan pasti ketika membuat kebijakan
mempertimbangkan, apakah keputusannya itu diridoi Tuhan?. Pertanyaan ini yang
selalu ada di dalam hatinya.
KITAB SUCI
Setiap
agama mempunyai kitab suci, yang isinya semua aturan tentang hidup beragama.
Isi pokok kitab suci mengatur hubungan manusia dengan Tuhan dan mengatur
hubungan manusia dengan manusia, dan mengatur manusia dengan lingkungan.
Karenanya pungsi kitab dalam hidup beragama sangatlah penting sebagai petunjuk
sekaligus bimbingan dalam kehidupan di dunia ini[18].
Kitab
suci sebagai panduan hidup maka diharapkan setiap umat beragama berprilaku
sesuai dengan pesan yang ada di dalamnya. Kitab suci sebagai firman Tuhan yang
harus direalisasikan dalam kehidupan mendapatkan posisi pertama sebagai sumber
hukum. Persoalannya tidak semua kitab suci dapat dipahami secara teks, melaikan
perlu dipahami secara konteks. Di sisi lain tidak semua umat beragama
berkemampuan sama dalam memahami firman Ilahi. Maka para imamagama berusaha
memahahi dan menyampaikan kepada umatnya, dengan kemasan yang berbeda dengan
teks firman Tuhan, tetapi lebih kepada maksud teks. Pemahaman-pemahaman
terhadap teks firman Tuhan yang disampaikan kepada umat beragama dari para iman
agama disebut fatwa. Jadi fatwa merupakan kepanjangan dari firman Tuhan yang
harus diikuti oleh setiap umat beragama.
Tolak
ukur terhadap kitab suci bukan logika tetapi iman. Masuk akal atau tidak semua
umat beragama tidak akan berani menyangkal apa yang sudah digariskan di dalam
kiab suci. Begitu sakralnya keyakinan terhadap kitab suci, sehingga menjadi
tradisi di Indonesia ketika terjadi pelantikan pejabat selalu kitab suci
diangkat di atas kepala para pejabat yang sedang dilantik. Dalam pelatikan itu
seolah-olah pejabat indonesia berkata, bahwa ketika menjabat atau jadi pemimpin
kitab suci sebagai pedoman atau pembimbing dalam melaksanakan tugas kepemimpinan. Hal ini satu bukti bahwa betapa pengaruhnya
kitab suci terhadap kehidupan manusia.
FATWA
Fatwa, sabda adalah dua hal yang familier di
telinga umat beragama. Perbedaan keduanya, fatwa adalah pernyataan dari ulama
atau tokoh agama baik perintah, larangan atau sekedar anjuran. Adapun sabda
adalah perkataan Nabi[19] isinya bermacam-macai,
bisa perintah larangan atau anjuran. Fatwa dapat membatu umat beragama yang
tidak dapat memahami pesan teks firman Allah swt.
Fatwa
bersifat kondisional, artinya para tokoh agama setelah memahami teks firman
Tuhan, kemudian diolah dan disesuaikan dengan kondisi masyarakat kemudian
difatwakan. Sehingga fatwa itu hanya berlaku pada kondisi masyarakat atau
negara setempat tokoh agama berfatwa[20]. Fatwa yang dikeluarkan
tokoh agama di Timur Tengah belum tentu cocok dengan kondisi masyarakat
Indonesia. sebagai contoh, fatwa Keluarga Berencana (KB), bagi ulama timur
tengah, KB diharamkan sementara ulama Indonesia membolehkan[21]. Ulama ketika berfatwa merujukpada
hadits, atau ayat al-Qur’a^n, atau boleh jadi hasil ijtihadnya. Tujuan fatwa
adalah untuk kemaslahatan umat beragama.
Fatwa
bersifat kondisional, artinya di sini budaya ikut andil juga dalam keputusan
ulama yang akan difatwakan kepada umatnya. Al-Qur’a^n dan hadits diolah
kemudian disesuaikan dengan budaya setempat lalu difatwakan oleh ulama. Jadi
fatwa merupakan penggabunagn (mukhalith) antara ayat hadits dan budaya.
BUDAYA
Bayak
sekali para ahli mengartikan kebudayaan, dari sekian definis dapat disimpukan
bahwa kebudayaan merupakan manifestasi akal dan rasa manusia[22]. Berbicara budaya
sebenarnya kita beebicara manusia, karena budaya berpusa pada manusia. Manusia
terdiri dari jasmani dan rohani, ketika jasmani dan rohani bersatu membentuk
sebuah tindakan dan tindakan itu menjadi tradisi, maka yang demikian disebut
kebudayaan. Tindakan manusia tidak terlepas dari pola pikirnya. Pola pikir
orang-orang terdahulu membentuk menjadi kebiasaan dan diwariskan kepada
generasi selanjutnya. Generasi selanjutnya ketika berbuat tradisi orang
sebelumnya tampa sadar sudah berpola pikir seperti orang sebelumnya.
Manusia
berpikir manusia berbudaya, karena tindakan manusia yang yang berlandaskan pola
pikir dan diabadikan menjadi suatu kebudayaan yang pada gilirannya kan
mempengaruhi hidup manusia itu sendiri. Ketika orang bertaya, lebih dulu mana
antara manusia dan budaya. Pertanyaan ini sebenarnya laksana sebuah pertayaan,
“duluan telor atau duluan ayam” keduanya sulit diprediksi. Yang jelas manusia
dan budaya lahir berbarengan. Manusia datang budaya lahir, manusia lahir budaya
sudah ada warisan leluhurnya.
Kebudayaan
merupakan cara manusia hidup yang diabadikan. Seperti cara berpakaian, bergaul,
bekerja, dan bermasyarakat. Dari generasi kegenerasi budaya diwariskan dan
berkembang seiring dengan perkembangan hidup manusia. Perkembangan budaya tidak
terlihat wujud nyatanya, karena budaya bersifat abstrak. Manusia mengkonkritkan
kebudayaannya dengan cara membuat peradaban. Bisa membuat jalan, gedung, dan
lainnya, yang semuanya mencerminkan pada
kebudayaan.
PANDANGAN AGAMA DAN BUDAYA
Agama
dan budaya semuaya mengarah pada tatanan nilai. Sebab agama dan budaya memiliki
batasan-batasan dalam membentuk kehidupan pribadi dan masyarakat. Agama
mengatur kehidupan, baik yang berhubungan dengan manusia maupun dengan
Tuhannya. Sehingga tercipta keseimbangan dalam kehidupan.
Budaya
yang lahir dari rasa dan akal manusia memiliki pandangan yang baik pada
kehidupan manusia. Demikian juga dengan agama mengatur manusia agar mendapatkan
kehidupan yang membahagiakan di dunia dan akhirat. Perbedaan keduanya adalah,
agama memeberikanpandangan lebih jauh yaitu selain kemaslahatan kehidupan dunia
juga kehidupan akhirat. Sementara budaya hanya memberikan kemaslahatan dunia
saja. Namun sungguhpun demikian keduanya mengatur manusia agar mendapatakan
kehidupan yang lebih baik.
Agama
bersumber dari Tuhan sementara budaya lahir dari pengalaman manusia. Seorang
pemimpin pendidikan yang didasari agama dan memperhatikan budaya akan
menciptakan keharmonisan dalam menciptakan komunkasi antara atasan dan bawahan.
Di sisi lain, seorang pemimpin yang mengerti kebudayaan bawahannya akan dapat
lebih mudah bergaul atau komunikasi dengan sekitarnya.
REALITAS KEPEMIMPIAN PENDIDIKAN
Dalam
dunia pendidikan ada sistilah formal dan nonformal. Pendidikan formal
pendidikan yang diatur oleh pemerintah dari mulai standarisasi kurikulum dan
yang lainnya. Sementara pendidikan non formal pendidikan yang berdiri sendiri
dan tidak mengikuti aturan pemerintah bahkan kurikumpun ditentukan sendiri.
Dalam hal ini lembaga pendidikan formal yaitu sekolah dari mulai TK samapi
perguruan tinggi. Adapun pendidikan non formal adalah pondok pesantren,
kursus-kursus keagamaan.
Budaya
pendidikan dipengaruhi oleh pemimpin pendidikan suatu lembaga. Jika pemimpinya
berjiwa agama maka ketika memimpin akan melahirkan budaya agamis. Lain halnya
seorang pemimpin pendidikan yang latar belakangnya kurang agamis atau dikatakan
sekuler, maka dalam kepemimpinan pendidikan nilai-nilai agama diabaikan. Dalam
membuat kebijakan pemimpin yang agamis dan yang tidak agamis akan berbeda.
Studi kasus, ada tiga lembaga pendidikan di tempat penulis, yaitu Sekolah
Kejuruan (SMK) yang ketihganya di bawah diknas, dengan kurikulum yang sama. Tetapi
melahirkn budaya yang berbeda. Semua itu disebebkan oleh kebijakan kepala
sekolah. SMK yang dikepalai oleh seorang perempuan yang latar belakngnya tidak
agamis, lebih mengedepankan warna-warna sekuler. Kegiatan-kegiatan sekolah
banyak hal-hal yang duniawi. seperti gerak jalan, paskibra, olahraga, dan
komputer. Sementara SMK yang dikepalai oleh seorang yang latar belakannya
agamis, selain kegiatan yang bersifat duniawi. ukrawinya juga tidak
ketinggalan, seperti kegiatan-kegiatan yang bernafaskan islam.
Ada
lagi SMK yang dikepalai oleh seorang guru yang latar agamanya tipis, tetapi
rasa ketimurannya sangat kental. Maka dapat dilihat dampak yang sangat jelas,
murid-muridnya sangat sopan, budaya ketimuran dipakai, jika bertemu dengan
orang yang lebih tua salaman sambil membungkukan punggungnya.[23]jika masuk kesekolah ini
penulis terasa serasa di pesantren.
Pepatah
bahwa garam tidak pernah menetes ke atas, tetapi selalu kebawah, terya benar.
Semua hal yang nampak di bawah merupakan refleksi dari atas. Suatu lembaga
pendidikan punya warna, kemudian hilang warna aslinya setelah berganti
pemimpinnya. Ini bukti yang tidak dapat disangkal. Visi dan misi boleh tidak
berubah, namun cara pandang dan pola pikir pemimpin yang berubah sehingga
lembaga itu menjadi berubah.
KESIMPULAN
Setelah
penulis uraikan pengaruh agama dan budaya, pada akhirnya dapat ditarik satu
kesimpulan. Bahwa agama dan budaya sangat berpengaruh dalam kepemimpinan
pendidikan. Prilaku pemimpin pendidikan sesuai dengan latar belakang
pendidikan. jika seorang pemimpin pendidikan keagamaanya kuat, maka selama
memimpin pendidikan, atau ketika menjadi kepala sekolah, segala kegiatan yang
ada di sekolah yang dia pimpin orientasinya agama. Lain halnya dengan kepala
sekolah yang agamnya biasa-biasa saja, maka segala tindakan yang dia lakukan
ketika menjadi pemimpin tidak berorientasikan agama. Begitu juga pemimpin atau
kepala sekolah yang yang kental budaya ketimuran, maka hala apapun selalu
diorentasikan pada kebudayaan.
Hampir
dapat dipastikan warna suatu lembaga pendidikan, baik itu sekolah maupun
sejenis, merupakan cermin dari seorang pemimpin yang mengatur roda, dan warna
dalam lembaga itu. Ada sekolah umum yang agamsi, tidak agamis, atau berbudaya,
adalah penetrasi dari seorang pemimpin yang ada di lembaga itu. Tidak berlebihan
jika kepemimpinan pendidikan sangat seletif, dilihat latar belakang pendidikan,
keagamaan dan kebudayaannya. Menjadi lumrah setiap orang yang menjadi pemimpin
ingin memberikan warna sesuai dengan apa yang ada pada dirinya. Satu bentuk
kesadaran bagi kita bahwa kepemimpinan pendidikan pada dasarnya subjektif.
Artinya setiap pemimpin memaksa bawahannya agar menyelaraskan segalanya dengan
dia (sang pemimpin).
Ilmu,
wawasan, cara pandang siswa terpengaruh oleh para pendidik yang menyampaikan
ilmu ketika mengajar. Para pendidik ankan menyaipaikan ilmunya dengan tidak
terlepas apalagi bertentangan dengan kebijakan kepala sekolah. Artinya bahwa
cara pandang, pola pikir, murid sudah terwarnai oleh kepemimpinan pendidikan
seseorang.
DAFTAR PUSTAKA
Abas,
Sirajuddin, Sejarah dan Keagungan Madzhab Syafi’iy, (Jakarta: Pustaka
Tarbiyah)
2003
Abdul
Qadir Abu Faris, Muhammad. Fiqih Politik Hasan al-Bana. (Solo: Media Insani)
2003
Adnan,
Hamdan. Prinsip-Prinsip Hubungan Kemasyarakatan. (Surabaya: Usaha Nasional)
1996
Ahmad Adriansah Tesis pengaruh kebudayaan suku bangsa terhadap hubungan antara
Ahmad Adriansah Tesis pengaruh kebudayaan suku bangsa terhadap hubungan antara
prilaku pemimpin dengan kepuasan
kerja bawahan (Sumatra:
Faktultas Psikologi
Amarah, Muhamad Mustafa, Jawahir Bukhariy,
(Dar-al-Fikr)
Darajat, Zakiah, Ilmu Jiwa Agama, (jakarta: Bulan
Bintang) 1970
Ghazali, Imam, al, Minhajul Abiddin (Dar
al-Ulum)
Hasjmy,A, Sejarah Kebudayaan Islam,(Jakarta: Bulan
Bintang) 1995
Internet eprints.lib.ui.ac.id/5871/1/70785-T 738-Pengaruh
kebudayaan.
Kumpulan
Makalah Ikip Muhammadiyah Jakarta. Reorientasi Pendidikan di Indonesia.
Nata,
Abudin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana 2010) cet. Ke 1
-----------------------------------------------Dengan
pendekatan Multi disipliner (Jakarta: Raja Wali Press) cet ke 2
Nasution, Harun, Filsafat dan Mistisme dalam Islam,
(Jakarta: Bulan Bintang)1973
............................Falsafat Agama...............................................................................
Nursam,
Amin, Rahasia Hati (Jakarta: CV Bintang Pelajar)
Marimba,
Ahmad, Pengantar Filsafat Pendidika, (Bandung: al-Ma’arif)1962
Mawardi,
al, Abi Hasan Ali bin Muhammad bin Habib al-Bas}riy, Adabu Dunya Wa ad-Din,
(Dar al-Fikr)
Sudrajat,
Ahmad. Internet (Blog: Tentang Pendidikan)
Shihab,
Quraish. Tafsir al-Misbah. (Ciputat: Lentera Hati) 2002
Tafsir,
Ahmad. Metodologi Pengajaran Agama Islam. (Bandung: R) 1995
Ulwan,
Abdullah Nashih, Tarbiyatul Aulad (tarjamah) (Jakarta Pustaka Amani)
1999
UIN, Sps, Jakrata, Pedoman Akademik-2010-2011
Yunus
Mahmud, Kamus Arab-Indonesia, (Jakarta: Hidakarya Agung)
[2] Lihat Ushul Fiqh al-adat muhkamat.
[3] Lihat Ushul Fiqih, tradisi bisa menjadi
hukum jika tidak bertentangan dengan syara.
[4] A. Hasimi, Sejarah Kebudayaan Islam
(Jakarta: Bulan Bintang) 1995.h.3
[5] Lihat
___________________________________________________h.39
[6] Lihat
/eprints.lib.ui.ac.id/5871/1/70785-T 738-Pengaruh kebudayaan.pdf. lihat Tesis
Ahmad Adriansah pengaruh kebudayaan suku bangsa terhadap hubungan antara
prilaku pemimpin dengan kepuasan kerja bawahan.
[7] Lihat Hadits tentang manusia dilahirkan dalam keadaan
fitrah. كل مولد يولد على الفطرة فآبواه يهودانه او ينصرانه اويمجسانه
(رواه البخارى)
[9] Lihat Hamdan Adnan, Prinsip-prinsip
Hubungan Masyarakat (Surabaya: Usaha Nasional) 1996.h.156-159
[10] Al-Quran surat ar-Ra’du ayat 27
[11] Jalaluddin as-Shuyuthi dan Jalaluddin
al-Hamali, Tafsir Jalalain (Dar al-Kutub) Surat al-Fatihah ayat 2. Lihat
juga tafsir Qurthubi, juz awal. Lihat tafsir al-Maraghi Juz awal. Lihat tafsir
Quraish Shihab Juz awal, lihat Tfasir Fathul al-Qadir juz awal, lihat tafsir
Khazin juz awal.
[12] Lihat Zakiah Darajat, Ilmu Jiwa
Agama, (Jakarta: Bulan Bintang) 1970 h.2. lihat hadits yang dibahas oleh Imam al-Ghazali, tentang pengaruh jiwa
dalam buku rahasia hati, dan penyakit hati. Menurutnya bahwa perbutan manusia
merupakan sinar pantul dari hati yang membekas di badan. Dalam hal ini imam
Ghazali akal dan hati sering diistilahkan sama. Lihat juga Marimba, Ahmad, Pengantar
Filsafat Pendidika, (Bandung: al-Ma’arif)1962.
2[12]
Lihat hadist, tentang : empat
pertanyaan manusia dalam kitab Targhib Wa Tarhib,karya Imam al-Hafidz Zakiudin.
hal. Juz 4 hal 222
[15] Lihat Ramdan dan kawa-kawan, Agama-agama
dunia (Sunan Kalijaga Press)h.8-15
[16] Lihat teks sumpah para pejabat, ketika
dilantik. Hampir semua pejabat yang akan memimpin di suatu lembaga pasti
disumpah, sebagaai sumpah kepemimpinan, dan isinya pasti butir pertama ada kata
bertaqwa kepada Tuhan yang maha esa.
[17] Lihat Abudin Nata, Ilmu Kalam Filsafat
dan Tasawuf, (Jakarta: PT Raja Grapindo
Persada)1993.h.39-45
[18] Islam mengatakan kitab suci sebagai hudan,
yang diartikan sebagai pembimbing hidup. Baik hidup secara pribadi, masyrakat,
dan sebagai pemimpin.
[19] Pada agama islam, atau rasul
[20] Lihat Dr. Nahrawi Abdu Salam, Disertasi, Imam
Syafiiy fi madhabaihi qadim wa al-jadid. h.300
[21] Dr. Nahrawi Abdus Salam. Ketika membacakan disertasinya
di masjid Mampang Prapatan.
[22] Lihat A.Hasimi, Sejarah perkrmbangan
kebudayaan Islam, (Jakarta: Bulanbintang),1995.h.3.
[23] Lihat SMK Yastrif 1 Parungpanjang, lihat
SMK Mulia Buana, Lihat SMK Aanak Bangsa. Tiga sekolah ini semuanya ada di
Bogor. Tetapi coraknya berbeda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar