SEBUAH
ANALOGI
Oleh :
Apipudin
Suatu
hari wali mengutus perwakilan untuk memanggil Syaikh Siti Jenar, yang pada
waktu itu berada di sebuah gua.
Utusan : Syaikh di tunggu para wali di
Masjid
Siti
Jenar : Tidak ada Syaikh Siti
Jenar, yang ada hanyalah Allah
Utusan
: (pergi dengan tangan hampa,
dan melaporkan kejadian ini ke para wali.
Walipun
mengubah kalimat perintah tadi yang disampaikan utusan. Kata wali sampaikan
sama Syaikh Siti Jenar, Allah di tunggu di Masjid)
Utusan :
Allah di tunggu wali di Masjid
Siti Jenar : Allah tidak ada, yang ada hanyalah
Syaikh Siti Jenar.
Utusan : (pulang dengan tangan kosong dan
melaporkan pada para wali)
Para Wali : Allah dan Syaikh Siti Jenar dipanggil
wali di Masjid. Kalimat ini ternyata
ampuh,
terbukti Syaikh itu keluar.
Dari cerita di atas, penulis yakin setiap pembaca akan menemukan
pemahaman dan kesimpulan yang berbeda, bergantung pada tingkat ke-ilmuan
masing-masing. Setidaknya pandangan manusia terbagi pada tiga bagian; pertama orang
yang melihat pesan moral (stressing) di balik teks, dan penuh dengan kekaguman,
di samping tidak berpengaruh terhadap pandangan hidupnya. Kelompok kedua orang
yang berfemahaman bahwa akidah Syaikh Siti Jenar salah, atau termasuk golongan
sesat. Kelompok ketiga, melaihat kejadin ini hanya kisah masa lalu yang tidak
ada pengaruhnya pada ehidupan sekarang.
Analogi
Untuk memahami
dengan mudah dari cerita di atas, coba kita gunakan analagi fiqih. Pada dunia
fiqih kita ambil dua istilah untuk air; pertama istilah air mtanajis, kedua
istilah air suci dan mensucikan. Air najis adalah air yang tidak dapat
digunakan untuk beruci. Adapun air suci adalah air yang dapat digunakan untuk
bersci.
Penyebab air
bisa mutanajis adalah air sedikit (tidak ada dua kulah)[1] kena
benda najis. Sementara air suci dan mensucikan berada pada tempat yang luas,
atau dua kulah atau lebih, sungguhpun kena najis tetap air tersebut suci dan
mensucikan. Misalnya air laut, baik sengaja atau tidak dilemparkan bangkai
bintang.
Analogi di
atas, ada korelasinya jika kita gunakan untuk kisah Syaikh Siti Jenar. Pada
kisah Syaikh Siti Jenar, jika yang melihatnya orang yang lemah dalam pegatahuan
maka dia akan beranggapan sesat, sementara orang yang berwawasan dan
pengetahuan luas dan mendalam prilaku Syaikh Siti Jenar tidak berpengaruh
terhadap pandangan akidahnya. Bahkan mengaguminya.
Kesimpulan
Akidah Sayaikh Siti Jenar bagi orang awam bisa menyesatkan,
sementara bagi orang yang berilmu tinggi tidakan pernah menyesatkan. Laksana
air jika sedikit akan mudah najis dengan emasukan benda najis sekalipun
sedikit. Berbeda tentunya dengan air yang banyak, misalnya air laut sekalipun
bangkai binatang terbesarpun tidak akan pernah mutanajis, tetap suci dan
mensucikan.
[1]Dua kulah jika di ukur memakai
meter, menjadi air yang berada di suatu tempat dengan ukuran tempatnya panjang
dan lebar, juga tinggi 1 meter ½,.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar