10
PERBEDAAN DALAM ISLAM
A.
Pendahuluan
Berdebatan dalam
Islam bukan hal yang baru, sejak kedatangan Islam sudah ada, hanya saja pada
masa Rasul langsung di atasi, sehingga mendatangkan sebuah rahmat bagi
kehidupan. Persoalannya sekarang tatkala Rasul sudah tidak ada, perdebatan atau
silang pendapat semakin meruncing satu dengan yang lain. Hal itu dapat difahami
karena semua berusahan menangkap teks-teks Islam, berupa al-Qur’an dan
al-Hadis.
Silang pendapat
satu dengan yang lain dalam memahami teks al-Qur’an dan al-Hadis dilatar
belakangi oleh teks-teks tersebut tidak semuanya jelas. Ada teks yang difahami
sebagai teks (ayat) mutasyabihat (samar) atau dhanniatudilalalah
dan ada ayat yang difahami sebagai qathiatudilalalh. Pada ayat qathiatudilalah
semua akan memahami sama, karena pada tataran ini tidak dibutuhkan penafsiran.
Sementara pada tataran ayat dhaniatudilalah sangat dibutuhkan penafsiran
untuk mengetahui maksudnya, karena ayat pada tataran ini tidak jelas maksudnya.
Dalam
menafsirkan ayat yang tidak jelas maksudnya sering kali melahirkan silang
pendapat antara satu dengan yang lain, karena dalam menafsirkan terkadang
ditemukan menggunakan metode yang berlainan sehingga melahirkan kesimpulan yang
berbeda. Namun sungguhpun demikian bukan berarti salah, melainkan menjadi khazanah,
atau kekayaan dalam pengetahuan ke-Islaman.
Berbagai
perbedaan dalam Islam bukan terletak pada hal-hal prisipil, melainkan lebih
pada perbedaan cabang (furuiyah). Hal lain perbedaan dalam Islam bukan
terletak pada teks, melainkan pada penafsiran, sehingga jika salah bukan teks
melainkan penafsiran. Untuk itu tidak ada satu aliran pun dalam Islam yang
argumennya berdasarkan teks keagamaan melainkan lebih pemahaman pada teks
keagamaan.
Perbedaan dalam
Islam sebenarnya banyak sekali, tak terhitung jumlahnya, tetapi jika mau
dipetakan secara garis besar menjadi tiga pilar yang melahirkan perbedaan.
Pertama dalam memhami Tuhan, kedua dalam memahami cara menyembah Tuhan, dan
yang ketiga dalam berakhlak kepada Tuhan. Perbedaan dalam memhami Tuhan berada
pada tataran ke-ilmuan Theologi. Ulama-ulama Theologi masin-masing membangun
argumen dalam memahami Tuhan. Pemahaman terhadap Tuhan melahirkan sikap hidup,
karena keyakinan melahirkan sebuah komitmen terhadap prilaku.
Demikian juga
dalam memahami teks-teks keagamaan baik al-Qur’an maupun al-Hadis, khususunya
yang berkaitan dengan tatacara menyembah Tuhan satu dengan yang lain ulama
membangun argumennya masing masing, sehingga dari abad ke abad perdebatan tidak
dapat dihindari. Pada tataran ini juga perdebatan bukan pada hal prisipil,
misalnya ibadah yang sudah ada aturan dari sananya. Perdebatan melainkan hanya
pada tataran furuiyah seperti menngerakan telunjuk ketika tahiyat, dan
banyak lagi yang lainnya.
Ke tiga
perdebatan dalam tasawuf, yakni sebuah disiplin ilmu yang banyak berbicara
akhlak. Pada tataran ilmu ini juga tidak urung satu dengan yang lain bersilang
pendapat. Namun sama dengan disiplin ilmu yang lain semuanya hanya di wilayah furuiyah.
Lebih jelasnya penulis akan menguraikan secara singkat dan mendalam tentang
pertikayan dalam memahami teks-teks keagamaan di bawah ini. Untuk mendapatkan
pengetahuan secara utuh dan sistematis penulis akan menguraikan perdebatan pada
disiplin ilmu tahuhid, atau theologi sesuai dengan dasar dari segalam ibadah
dalam Islam. Seseorang akan bisa beribadah dengan penuh keimanan jika pemahaman
tentang ke-Tuhan difahami dengan benar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar