AYAT IBTIDA’I DAN AYAT SABABI
Dilihat
dari cara tunnya ayat dapat dikelompokan pada dua kelompok. Pertama yang
disebut ayat ibtida’i, dan kedua ayat sababi. Ayat ibtida’i adalah ayat yang
turun tidak dilatar belakangi oleh suatu kejadian, atau suatu masalah, dia
turun karena mesti turun. Salah satu contoh ayat al-Qur’an yang disebut ayat
ibtida’i adalah surat al-Thaubah ayat 75.
75. dan
diantara mereka ada orang yang telah berikrar kepada Allah: "Sesungguhnya
jika Allah memberikan sebahagian karunia-Nya kepada Kami, pastilah Kami akan
bersedekah dan pastilah Kami Termasuk orang-orang yang saleh.
Adapun ayat sababi, adalah ayat yang turun dilatar
belakangi oleh suatu kejadian atau masalah. Kedajian sebelumnya dikatakan as-Bab
al-Nuzul. Banyak ulama yang menulis kitab yang sebut as-Bab an-Nuzul,
al-Syuyuthi misalnya. Namun tidak sedikit ulama tafsir memasukan atau
menjadikan footnote dalam penulisan as-Bab al-Nuzul, al-Shawi misalnya
dalam tafsir Shawi.
Ayat al-Qur’an turun, baik ibtida’i
maupun yang sababi, itu merupakan ayat yang turun tatakala posisi al-Qur’an
di bait al-Ijah (langit kedua), Muhamad Haqqi al-Nazili mengatakannya akal
aktif (al-Aql al-Fu’al). Dengan demikian maka ada yang dikatakan cara
turun ayat dan cara turun al-Qur’an.
Muhammad
Quraish Shihab seorang mufasir kontemporer yang banyak menulis tentang al-Qur’an,
dalam salah satu karyanya dia berkomentar. Bahwa ketika al-Qur’an menggunkan
kata tanzila (تنزيلا) mengandung isyarat
bahwa al-Qur’an turun secara bertahap, yakni dari Bait al-Ijah sampai ke
Nabi Muhammad saw. Adapun jika al-Qur’an menggunakan kata inzal, anzala (انزل) mengisyaratkan al-Qur’an
secara keseluruhan, yakni dari Lauh al-Mahfudz ke langit kedua.
Dari uraian
di atas, dapat penulis simpulkan, bahwa al-Qur’an turun secara keseluruhan dari
surat al-Fatihah sampai an-Nas terjadi dari Lauh al-Mahfudz ke Bait
al-Ijah. Adapun turun secara bertahap tatkala posisi al-Qur’an sudah di
Bait al-Ijah.
الله اعلم
Tidak ada komentar:
Posting Komentar