Kelembutan
Keberhasilan dkwah Rasulallah selama 23 tahun, 13 tahun, di Mekkah,
dan 10 di Madinah karena kelembutan hatinya. Sebagaimana firman Allah dalam
al-Qur’an:
Maka disebabkan(Fabima) rahmat dari Allah-lah (rahmatim minalallahi) kamu Berlaku lemah lembut terhadap mereka(lingta lahum). Sekiranya kamu (laukungta) bersikap keras lagi berhati kasar(fadzan ghalidl qolbi), tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu(alng fadhu min haulika). (ali Imran:159)
Said Ahmad al-Dardiri, dalam salah satu karyanya, yaitu Qishoh
al-Mi’rah, mengatakan bahwa sebelum Rasul diisrokan dan dimi’rajkan
terlebih dahulu hatinya diisi dengan iman dan himah (kebijaksanaan). Kebijaksanaan
melahirkan kelembutan dalam menghadapi berbagai persoalan. Hal ini tentu sangat
urgen karena perjalan Isra’miraj itu perjalan sangat jauh dan waktunya sangat
singkat melewati tiga dimensi alam, yaitu alam nasut, alam malakut dan alam
lahut.
Alam nasut adalam fisika, yaitu jarak
masjidil haram sampai aqso. Alam malakut, yaitu alam maikat, yakni dari aqso
sampai langit ke tujuh. Adapun alam lahut, yaitu alam ke-Tuhanan, yakni dari
langit ke tujuh sampai ke sidrotul muntaha, mustawa, sampai arasy. Berbagai tamsil
(contoh) dalam perjalan isro’mi’raj diketemukan, dan hanya bisa diterima jika
dibekali iman dan kebijaksanaan.
Berbicara kelembutan, sepertinya tidak
akan ada habisnya. Selain teks al-Qur’an tentang keberhasilan dakwah Rasul
dengan bermodalkan kelembutan, juga diketemukan juga pesan-pesan kelembutan
dalam hadis. Banyak sekali hadis yang berbicara kelembutan, bahkan bukan hanya
kelemubutan kepada orang yang baik dan telah berbuat baik kepada kita. Dalam islam
kelembutan tidak dibatasi hanya kepada orang baik, orang jahat sekalipun harus
diperlakukan sama (lembut). Di bawah ini hadis-hadis Rasul yang berbicara
berbuat baik kepada orang jahat:
عقبة
بن عامر قال لقيت
رسول الله صلى الله عليه وسلم فقال لي يا عقبة
بن عامر صل من قطعك وأعط من حرمك واعف عمن ظلمك
Aqobah
bin Amir berkata (qola) aku bertemu (laqitu) rasul saw dan dia berkata padaku
(faqolali) wahai uqbah (ya uqbah) hubungkanlah kasih sayang (shil) pada seseorang
(man) yang memutuskanmu (qotoaka) dan berilah (wa’thi) seseorang (man) yang
mencegahmu (haromaka) dan maafkanlah (wa’fu) dari seseorang (am-man) dolim
kepadamu (dholamaka) (hadis riwayat Husain bin Ahmad, dalam kitab Musnad Ahmad
bin Hambal)
Dalam hadis lain rasul juga bersabda
Shil man qotoaka (sambungkan orang yang memutuskanmu) wahsin (dan
berbuat baik) man (kepada seseorang) asa’a (berbuat buruk) ilaika (padamu) wa
qul haqo (katakan kebenaran) walau (sekalipun) alanafsika (atas dirimu).
Kesumpulan
Kelembutan merupakan
modal kesuksesan. Bahkan Saikh Nawawi al-Bantani dalam kitab Nasho’ihul Ibad
mengatakan mengatakan, jika ingin disayangi makhluk yang ada di langit maka
sayangilah makhluk yang ada di bumi.
Untuk mengukur
kelembutan, saikh Nawawi al-Bantani dalam Kitab Riyadhul Badiah, pada bab
tasawuf, yaitu bab terakhir dari kitab tersebut mengatakan: belum dianggap
bersikap lembut, kasih sayang jika memiliki binatang piaraan didholimi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar