CLEANING SERVICE
MENJADI DOSEN
“Bayak orang
berkata, perjalanan hidup seseorang tidak ada yang tahu”. Hampir setiap orang berkata seperti itu, dan
kalimat itu pula yang membangkitkan semangat, meneguhkan keyakinan.
Dalam kondisi serba kekurangan, tetap tidak membuat surut untuk selalu
belajar. Setiap penghasilan dari upah buruh kasar disisihkan untuk membeli
buku, dan sekaligus memposisikan diri sebagai seorang pelajar. Padahal sadar,
dia adalah seorang yang paling rendah penghasilan dan harga diri di depan mata
para pegawai kantor. Satu renungan, “buah yang enak dan lezat, sumbernya ada di
bagian yang paling terendah (akar)”. Artinya apa? Bahwa kenikmatan yang ada di atas semua berasal dari bawah.
Tahun 93an
dengan bermodalkan Ijazah SMP, berangkatlah ke Bogor, meninggalkan kampung
halaman tempat dia dilahirkan dan dibesarkan. Keyakinan kateguhan niat yang
memnuhi hatinya selalu mau belajar di manapun dan dalam kondisi apapun.
Ternyata ini adalah modal yang sangat kuat untuk menembus batu karang yang
menghadang jalan.
Percaya atau
tidak, berawal dari propesi menjadi petugas kebersihan di sebuah intansi
pemerintah berakhir di bangku kuliahan, dan berbuahkan kenikmatan. Rasa puas
dan haru kini menyelimuti hidupnya. Tatkala mengajar mahasiswa orang tidak akan
menyangka bahwa dia memulai dari hal yang sangat rendah. Sunguhpun seorang
petugas kebersihan namun wawasan lumayan luas, tentu itu wajar karena rajin
membaca.
Selama berada di bawah, rasanya semuanya menjadi serba salah. bahkan perkataannya benar tetap tidak dianggap,
kenapa? Ooh dia adalah cleaning service, namun perkataan yang dulu tidak
dianggap kini didengar orang, kenapa? Ooh dia adalah dosen. Ternyata benar kata Rasul “carilah kedudukan jangan mencari kelebihan”
artinya kita harus tahu berpijak di mana? Sebab tempat berpijak akan
mempengaruhi kondisi.
Proses panjang, dan melelahkan. Jalan berliku naik dan turun. Hanya dengan keteguhan hatilah bisa dilaluinya. Ternyata perjalanan
yang berliku dapat dilalui dan membuahkan hasil, satu kebanggaan dan kepuasan. Mungkin bagi kebayakan orang dapat mengeyam
pendidikan tinggi samapi ke pasca hal yang biasa karena ditopang uang dan orang
tua. Tidak dengan orang yang serba kekurangan, sekalipun yang diraih itu
biasa-biasa aja sangat mengagumkan.
Serasa di dalam impian seorang bocah kampung bisa menjadi Dosen. Jangankan
orang lain dia sendiri tidak percaya dengan kenyataan yang ada. Berkali-kali
menengok kebelakang, ternyata perjalanan hidupnya laksana kata pepatah “From
Zero To Hero”
Sekilas biografinya
Apipudin
Alamat : Kp. Pabuaran RT.
0/01 Desa Kabasiran
Kec. Parungpanjang Kab. Bogor
Jawa Barat
Hp. 08158735896
Tempat Tanggal
Lahir : Lebak, 02 Maret 1977
Agama :
Islam
Tinggi/Berat Badan :
155cm/60 kg
Status :
Menikah
Pendidikan Formal
2010 s/d 2012 Mendapatkan
Beasiswa Penuh dari Depag Pasca Sarjana UIN Jakarta, Jurusan Tafsir Hadis, tercepat
di antara 19 orang yang mendapatkan beasiswa
2004-2008 Universitas Islam Negeri
(UIN) Jakarta Fak Ushuluddin dan Filsafat Jurusan Tafsir Hadis
1997-2000 SMU
LPPU Ajendam Jaya Jakarta Pusat (Kelas lll Bidang IPS)
1990-1993 SMPN
Cipanas Lebak, Banten
1984-1990 SDN
Bintang Resmi, Cipanas Lebak, Banten
Pendidikan Non Formal
2004 Kursus
Pidato & Kuthbah, Dewan Akbar Indonesia, Sertifikat
1993-1996 Belajar
Fiqih Syafi’iyah, Ponpes Riyaduthalibin, Banten
Pengalaman Mengajar Formal
2013 s/d Sekarang Menjado Dosen tetap Universitas Gunadarma, dan Mengajar Mata Kuliah PAI, Ilmu Budaya Dasar, Sosiologi Politik, Panca Sila.
2013 s/d 2014 Mengajar di Universitas Syaikh Yusuf Tangerang, pada mata kuliah; Pemikiran Modern dalam islam, Ilmu Hadis.
2008 s/d Sekarang Dosen Filsafat lmu STAI Nida El-Adabi Parungpanjang
2013 s/d 2014 Mengajar di Universitas Syaikh Yusuf Tangerang, pada mata kuliah; Pemikiran Modern dalam islam, Ilmu Hadis.
2008 s/d Sekarang Dosen Filsafat lmu STAI Nida El-Adabi Parungpanjang
Dosen Filsafat Umum STAI
Nida El-Adabi Parungpanjang
Dosen
Ilmu Kalam STAI Nida El-Adabi Parungpanjang
Dosen
Ilmu Tasawuf STAI Nida El-Adabi Parungpanjang
2009-2011 Guru PAI kelas 1-3 SMK Yastrif 1 Parungpanjang
2011/skg Guru PAI Kls-2-3 AP/AK SMK Yastrif 1 Parungpanjang
2011 /skg Guru
SKI dan Akidah Akhlak KLS 1 SMP Islam Nida El Adabi
Pengalaman Mengajar Non Formal
2008 s/d Sekarang Pengajar Majlis Taklim al-Mustaghfirin
pukul 20:00 s/d 21:00 WIB Taman Ciruas Serang Banten
2008 s/d Sekarang Tafsir dan Hadits Masjid al-Istiqamah Taman
Ciruas Prmai Srang Banten
2006 s/d Sekarang Dewan Pengajar Majlis Taklim al-Hidayah
Tingkat Desa (Desa Kabasiran)
2006-2007 Mengajar Hadits al-Arbain dan
Musthalaal Hadits 18:30 s/d selesai as-Salam Gria Parungpanjang
2006-2007 Pengajar Fiqih Syafi’iyah
al-Ijtihad Perumnas satu Parungpanjang
2006-2007 Mengisi
Nuansa Islami, Studio DIVA FM Radio Komunitas Parungpanjang, Perumnas dua
Parungpanjang
2003 s/d Sekarang Pengajar sekaligus pendiri Majlis Taklim
al-Munashahah Kp. Pabuaran Ds. Kabasiran Parungpanjang
Pengalaman
Ceramah & Khuthbah
2000 s/d sekarang Parungpanjang, Hotel Mega Anggrek, Ditjen
Pajak Pusat, dan Pajak Sukabumi, Brebes, Cirebon dan Serang
Hobi Berfilsafat,
menulis, dan diskusi
Pegalaman Menulis
Majalah
Berita Pajak, 2005, Keistimewaan Suatu Harapan
Menulis
Buku ”Memahami Syukur”
Pengalam Kerja
1996-2009 Cleaning Service
2007-2008 Agen Prudential
2006-2007 Agen Herbal (obat)
2005-2006 Jualan
Buku (Anggota Gema Isani Press)
1995-1996 Sales
Cramik
Hal yang berkesan
2008-2009 Saya
sebagai Dosen di Kampus tetapi Cleaning Service di Kantor Pajak Pusat, bahkan yang satpam tempat saya bekerja
sebagai Mahasiswa Saya.
Perjalanan hidup singkat
Kampung yang dihampit oleh dua sungai dan pesawahan menampakan
keindahan dan keaslian alam. Udara yang sejuk menghembus meniup
dedaunan bergerak laksana lambayan tangan. Seakan alam berpesan “Bergeraklah
jangan tinggal diam, setelah berhasil jangan lupa kampung yang telah melahirkan
dan membesarkan.”
Kampung kecil
mungil dan masyarakat yang agamis, di sanalah seorang anak laki-laki lahir dari
pasanagan Thabri dan Saudah. Dengan penuh rasa haru diberi nama Apipudin.
Pada tanggal 02
maret 1977 awal hijrah dari dunia lain. Mulai menghirup udara dunia, tangis pun tidak dapat ditahan, sementara
orang di sekitar terseyum. Segala tumpuan dan harapan ditujukan kepada bayi
yang baru lahir ini.
Lingkungan yang agamis, orang tua sebagai guru ngaji, bapak di samping guru
ngaji, juga sebagai seorang pedagang. Setiap maghrib
orang-orang kampung sekitar datang ke rumah belajar mengaji. Lantunan kalam
Ilahi terdengar setiap sesudah maghrib menyentuh hati menentramkan jiwa,
melahirkan hati yang lentur, mudah dinasehati.
Waktu terus
bergerak masapun kian berganti, tidak
terasa usia sudah masuk tujuh tahun. Sudah menjadi kebiasaan masyarakat pada umumnya jika sudah sampai 7 tahun
masuk Sekolah Dasar. Demikian juga
aku masuk sekolah dasar. Namun masuk sekolah, aku berbeda dengan teman
sebanyaku, yaitu diantara orang tua. Sementara aku masuk sekolah dasar tidak diantar orang tua, saudara ataupun
teman. Tetapi mengikuti orang tua tetangga yang mau memasukan anaknya ke
sekolah.
Sekolah Dasar Negeri Bintang Resmi 6 (SDN) ditempu selama enam tahun, dan hasil selalu memuaskan,
rata-rata rangking satu. Melanjutkan langsung ke SMPN Cipanas Lebak Banten.
Masuk SMP, tidak ada niat tersirat di hati sedikitpun, karena saya sadar
keluarga kami anti sekolah. Terutama keluraga dari pihak ibu, dengan alasan
sekolah tidak bisa dibawa kekuburan. Bapak memang tidak gitu-gitu amat, karena
sedikit agak tinggi sekolahnya, lumayan lulusan Sekolah Rakyat (SR) pada
zamannya termasuk tinggi.
Bapak pernah ditawari Pegawai Negeri Sipil (PNS), namun dari pihak ibu
melarang, karena dengan alasan gajinya haram. Soalnya hari minggu sekalipun
tidak bekerja tetap dibayar.
Setelah lulus SD seperti biasa saya mengaji Nahu (Gramer) ke Bapak. Di pagi
hari bapak agak kesal, maka ketika saya diajar aga sulit, bapak marah-marah
sampai keluar kata-kata mengusir.
Sunguh masih terlalu muda, saya punya nyali besar, hal lain saya sering
diajak ke Jakarta kerumah saudara. Maka ketika ada kalimat yang terucap seperti
itu, tidak pikir panjang. Bergegas mengganti kain sarung denga
celana dan baju dengan kaus tangan pendek.
Dengan penuh
rasa sedih aku berjalan selangkah demi selangkah tak terasa sudah sampai di
jalan raya. Segera memberhentikan
mobil dan naik menuju terminal (Gajrug). Sesampai di terminal bus, tidak lama
kemudian datang bus jurusan Bogor Rangkas Bitung tidak perlu mikir lama segera
naik, samapai di Rangkas Bitung langsung menuju Stasiun kereta Apai jurusan
Tanah Abang, sementara saya turun di Stasiun Kebayoran Lama.
Sesampai di
Kebayoran naik mobil jurusan Cileduk dan saya turun di Petukangan Selatan, Alhamdulillah
sampai ke Kontrakan kaka. Kaka tercengan campur haru dan bangga ketika saya
datang sendiri kejakarta. Seribu kata saya jadikan tameng untuk menutupi
kesalahan, bahwa saya kabur dari rumah. Aman untuk sementara, kaka juga tidak banyak tanya. Udara Jakarta terasa
panas, maklum sudah terjadi polusi di mana-mana. Seakan mewakili hatiku yang
dakdikduk, jika ketahuan perbuatanku ini.
Sementara orang tua di rumah kucar-kacir, mencari saya kesana-kemari.
Segala usaha dikerahkan. Bahkan bertanya pada uwa yang punya kelebihan melihat
jarak jauh dengan bantuan kuku ibu jari, menurutnya saya ada di Jakarta. Bpk
yang sedikit kalut besoknya, segera ke Jakarta menyusul saya. Tiba di Jakarta
sekitar pukul 09:00. Bapak menyidang saya. Apa mau kamu mesti kabur segala?.
Entah setan atau Malaikat yang datang mempengaruhi hati dan bibir sehingga
tanpa sadar aku jawab, ”sekolah SMP”. Bapak memberikan pilihan Tsanawinya, saya
tetap SMP. Akhirnya orang tua menyutujui.
Kaka ikut sibuk, segera menjual emas, uangnya buat saya daptar sekolah. Masuk SMP
tidak masalah. Saya memang orang yang selalu jalan sendiri orang tua hanya
mengiringi doa. Begitu juga dengan daftar ke SMP saya sendirian. Itu tentu tidak
menghambat niat untuk daftar. Dengan berjalannya waktu pada kelas satu, orang
tua sedikit punya uang sehingga sekolahku tersendat-sendat. Hampir saja saya
mau berhenti, ibu dan bapak terkadang bertengkar masalah ongkos sekolah. Aku
merasa bersalah, sehingga putar otak mencari solusi. Di kelas dua mencoba
membuat Teka-Teki Silang (TTS) dan dijualnya pada teman sekelas. Lumanyan dapat
tambahan ongkos.
SMP dapat
terslesaikan dengan memuaskan, bayak sekali kenangan di sana dan tidak pernah
aku lupakan, dengan segala kesedihan dan kebahagiannya. Seperti biasa aku tidak
punya rencana setelah lulus nanti. Pertama uwaku menganjurkan aku untuk mengaji
saja, kedua orangtuaku tidak bayak uang. Selesai SMP aku melanjutkan ngaji di pesantren UWA. Yaitu pondok pesantren
Riyaduthalibin.
Pondok
Pesantren (Riyaduthalibin), lima tahun dilalui. Sungguh pun orang baru
dapat menciptakan suasana baru. Di pesantren tidak ada latihan Pidato dan diskusi, aku usulkan, dan
ditererima oleh para senior.
Pengalaman di pesantren tidak dapat dilupakan. Seperti ketika mengusulkan
latihan pidato, semua satri menjalankan latihan itu. Lucunya micnya terbuat
dari kayu, namun dengan berjalannya waktu akhirnya dapat terbeli mic beneran.
Saya orangnya nekad tidak perduli menjadi bahan tertawaan orang. Seperti ketika
menyodorkan mic yang terbuat dari kayu, hampir semua orang mencibir.
Saya nekad tetapi hati sensitif. Di sore hari setelah selesai mengaji, yantai bersama teman di lantai dua, tiba-tiba adik
perempuanku memanggil, saya disuruh pulang ke rumah. Sesampai di rumah ibu
bilang, ”bapak belum pulang dari hutan, coba tengok sana”. Perjalanan dari rumah ke hutan kira-kira menghabiskan
waktu satu jam, namun itu tidak menjadi hambatan. Sehingga begitu
mendengar imformasi itu segera berangkat. jalan di pematang sawah, di tengah-tengah sekitar sawah
ada saung (kandang kerbau). Aku segera menghampiri, terlihat di
dalam ada seseorang yang sedang berbaring. Ketika didekati ternyata orang tua
saya. Terlihat di sampingnya kayu bakar. Melihat kondisi seperti ini, hatiku
hancur, dan berkata “kamu Cuma bisa ngerepotin orang tua, sudah cari uang sana
bantu orang tua”.
Kejadian itu menguatkan hati saya untuk keluar dari pesantren, pergi ke
jakarta mencari pekerjaan. Di hati saya masalah belajar di manapun bisa hanya
tempat dan guru yang berbeda. Segera pamit pada uwa sekaligus guru, dan orang
tua. Saya juga tidak lupa meminta doannya, ”di manapun dan dalam kondisi
apapun saya ingin tetap belajar”.
Guru terharu dan merasa sayang, katanya ”saya ada bakat bisa ngaji
tinggal setahun lagi”. Namun kata-kata itu tidak membuat hatiku goyah untuk membantu orang tua
dengan cara menjadi kuli. Kaki melangkah ke dunia lain, namun hati tetap berada
di pesantren. Maka jangan heran jika aku dimanapun selalu belajar.
Saya berangkat ke Bojong Gede (Bogor), menemui kaka yang di sana sekalian
minta dicarikan pekerjaan. Dari sinilah, saya mulai menjadi Cleaning Service. Pertama
diterima saya bertugas menyirami pohon yang ada di taman. Bahkan sekalipun
hujan turun saya diperintahkan tetap menyiramnya. Jika bukan karena melihat kedepan, aku sudah marah
disuruh menyiram kembang ketika musin hujan dan pas hujan lagi turun. Allah maha tahu, tidak lama saya di taman.
Dapat seminggu saya dipindahkan kelantai 5, dan bertemu dengan seorang kasi
(kepala Seksi) yang bijak. Pada watu itu, dia merangkap sebagai dosen.
Karena saya berasal dari pesantren maka dipinta untuk mengajarkan membaca
al-Quran, sebagai imbalannya saya dibiyayai sekolah, saya pun setuju. Setiap
minggu 2 hari sekali saya mengajar, pada sore hari setelah selesai bekerja saya
pun sekolah malam (SMU).
Sudah menjadi kewajiban, setiap pegawai negeri harus mutasi dari satu
tempat ketempat yang lain, termasuk orang yang saya ajarkan membaca al-Quran.
Begitu juga dengan saya, ikut pindah kelantai lebih tinggi (14), dan bertemu
dengan orang yang jabatannya lebih tinggi (seorang Direktur).
Setalah lulus sekolah, saya tidak ada pikiran untuk melanjutkan, tetapi
hari-hari diisi dengan sering membaca buku. Setiap bulan saya harus menamatkan
satu buku, dengan bebas judul. Ternyata hasil bacaan terasa manfaatnya 4 tahun
kemudian. Pada tahun 2004, saya mula aktif di Masjid Pajak, pada waktu itu
Dirjen mewajibkan kultum pada semua bawahannya. Namun tidak semua pegawai
sanggup, nah ketika tidak ada yang ngisi, DKM menawarkan pada jamaah. Tidak
satupun yang sanggup, maka saya menawarkan diri, dan DKM mempersilahkan. Setalah kultum sekali saya mulai djadikan cadangan
oleh DKM, katanya pidato saya bagus. Komentar itu tidak memuaskan hati, saya
pun segera kursus pidato di Dewan Akbar Indonesia (DAI). Di sini saya diajarkan
retorika dan metodelogi dakwah. Tidak dapat dibantah lagi, saya menjadi seorang
orator yang baik di antara para peserta kultum di tempat itu.
Ini rupanya jalan saya dikenal dikalangan para pejabat Negara. Benar saja
ketika saya kultum ada seorang Direktur yang tercengan dan tertarik pada kultum
saya maka saya ditanya lulusan apa? Saya jawab lulusan SMU. Dia menawarkan ke saya mau gak
saya biayan kuliah. Saya tidak menyia-nyiakan kesempatan ini, langsung diterimanya.
UIN Syarif Hidayatullah yang saya pilih Fakultas Ushuluddn dan Filsafat jurusan
Tafsir Hadits. Empat tahun kuliah dilalui dengan penuh suka-cita. Sebagai
konsekwensinya saya dapat mengantongi Ijazah S-1 Theologi Islam. Bahkan yang uniknya lagi setelah saya rajin kultum
mendapatkan umroh geratis, dari Direktorat Jenderal Pajak.
Tahun 2008
tepatnya bulan desember ada lowongan untuk S-1 Theologi Islam untuk penghulu yang
di tempatkan di KUA. Laksana mobil melaju di jalan tol, aku melucur melamar di
Depag Bogor, dan diterima sebagai peserta ujian. Bertempur dengan ribuan orang
merebutkan kursi panas penghulu. Untuk tak dapat diraih malangpun tak dapat
ditolak, saya gagal tidak diterima menjadi penghulu. Kejadian ini tidak membuatku putus asa, dengan harapan tahun depan ada lagi sekaligus merubah haluan melamar penasehat di KUA. Ternya merebut kursi di KUA yang kedua
kalinya di Pandeglang nihil juga hasilnya. Maka nasib tetap masih menjadi
cleaning service.
Menjadi pekerja suasta memang tidak ada jaminan langgeng. Seiring dengan perubahan zaman, tempat saya bekerja terjadi perubahan. Pada
waktu saya SMU-kuliah saya bekerja sebagai Cleaning Service di kantor Pajak
Pusat di bawah naungan CV Gemini. Namun ketika kuliah hampir selesai terjadi
pergantian CV Putra Baringn Abadi.
Perubahan dari
CV ke CV tidak membawa perubahan status, tetap saja Cleaning Service. IJazah
yang saya dapat belum dapat merubah status. Iseng-iseng saya melamar menjadi
Dosen Filsafat di perguruan tinggi Nida El-Adabi, tidak kusangka diterima.
Terjadilah status ganda; dari mulai senin sampai jumat menjadi Cleaning Service, sementara pada hari minggu
saya menjadi Dosen Filsafat. Dua status ini membuat hatiku tidak tentram, di
kantor jabatanku paling rendah orang dengan se-enaknya mencemoohkan, sementara
di kampus aku dihormati bahkan dikejar-kejar mahasiswa, karena sangat
dibutuhkan. Terasa sangat jomplang, namun itulah kenyataan
yang sala satunya tidak dapat dilepas, karena masalah uang.
Era repormasi, merubahkan semuanya. CV tempat saya bekerja kalah tender
oleh PT. Fajar Mekar Indah. Semua orang CV harus melamar kembali, dan minimal
lulusan SMA. Tidak dapat dihndari akupun melamar dengan Ijazah S-1. Ketika
pengumuman di mading aku lulus dengan jazah S-1, gempar orang sepajak
mencemoohkan. Bayak orang berkomentar saya orang goblok S-1 mau jadi Cleaning
Servis. Pahit getir harus dihadapi yang penting keluarga saya makan. Jika saya
mengedepankan gengsi, malu S-1 Cleaning Servis, semuanya berantakan.
Pahit, getir,
sedih menjadi satu, yang menguatkan aku dapat bertahan, berharap tahun depan
dapat ikut ujian PNS di Depag lagi. 2009 aku mencoba melamar PNS lagi ke Depag
kali ini lewat kabupaten Pandeglang. Dasar memang keberuntungan belum berpihak,
tetap saja tidak lolos, dan kembali kerja seperti biasa menjadi Claning
Service.
Di PT Fajar
Mekar Indah, aturannya begitu ketat, membuat semakin terasa tersiksa. Berbagai
upaya dikerahkan dengan harapan mendapatkan status yang layak. Batin menjerit
air mata pun tak terbendung membasahi pipi. Hati tidak tentram menyebabkan
kerja tidak semangat, bahkan sampai dikasih surat peringatan. Inilah cambuk
yang membangkitkan dari tidur panjangku. Sering tersirat di dalam hati, “saya menginginkan pekrjaan pakai otak bukan
otot”.
Merenung menjadi kebiasaan dikala istirahat dari bekerja. Teman di sekitar
kurang bersikap baik, sebab aku termasuk orang lemah. Masa S-1 kerja kasar
begini, clotehan orang.
Dalam
kesendirian dan kebingungan, seusai maghrib. Tiba-tiba datang jamaahku, dan
menawari menjadi guru agama di SMK Yastrif 1 Parungpanjang. Tempo seminggu yang
kujanjikan. Dalam pikiranku;
hitung-hitungan uang; ngajar SMK gajinya segini, jadi Dosen segini, jadi ustad
segini. Setelah masak pertimbangan aku menyanggupinya.
Ternyata
pilihanku tidak salah, tida lama aku mengajar di SMK langsung memegang jabatan
wali kelas sekaligus guru BP. Yang sangat mengharukan saya ikut ujian beasiswa
S-2, dan ternyata
dari beberapa dosen yang diajukan Cuma saya yang lulus.
Masa-masa
beasiswa belum cair
Mendapatkan kuliah gratis, sekaligus
biaya hidup memang mengasikan. Apalagi
seperti saya, yang jangankan untuk melanjutkan kuliah di pasca buat makan
sehari-haripun kesulitan. Maklum seorang dosen tidak tetap di perguruan tinggi
swasta, yang mendapatkan upah jika sudah selesai menyampaikan satu mata kuliah
yang bobotnya 2 sks. Pengahaislan seperti ini tentu sangat menyedihkan. Anak
tiga; dua laki-laki satu perempuan. Sering mengurut dada ketika anak menangis
minta jajan, uang menipis, beras tinggal satu liter yang cukup makan buat
sehari. Hal ini membuatku untuk mencari sampingan, alhamdulillah dapat menjadi guru agama
di sebuah smk, sedik ada tambahan sekalipun jauh dari cukup. Maka kucoba
mencari uang siang dan malam. Di malam hari mengajar ngaji pada siang hari
mengajar anak smk. Aku hanya punya harapan sesekali ceramah jika ada yang
mengundang, lumanyan amplopnya agak tebal.
Berliku-liku, terseok-seok
itulah keyataan yang harus dilewati. Sangat ironis memang, seorang sarjana
hidup serba kekurangan. Terkadang ada rasa jenuh, prustasi, status social
lumayan tetapi keuangan berantakan. Aku ibarat ”kerja tuan makan kuli”. Tetap
hal ini tidak menyebabkan untuk lepas dari tanggung jawab sebaga seorang ayah
dari anaknya, dan sebagai suami dari istrinya. Apapun aku tempuh demi
kebahagian keluarga, yang penting halal. Aku rela pulang pagi dari mengajar
sekalipun hasilnya minim.
Hidup memang aneh, disaat
serba kekurangan, ada kesempatan beasiswa pasca UIN Jakarta, dengan syarat
harus lulus ujian. Anehnya istri malah mendorong saya untuk daftar, dan
hasilnya ternyata saya lulus. Hal ini tdak membuat hati senang, sebab sekalipun
kulah dijamin, tentu awalnya harus modal sendiri dulu.
Ternyata dugaanku betul selama kuliah sebelum beasiswa turun, aku banyak
meminjam uang dari kiri kanan. Muka tertunduk tidak berani menatap karena
memkirkan ongkos kuliah. Anak tidak mau tahu selalu uang jajan harus tersedia,
yang paling kecil juga ikut menguras kantong kempes bapaknya.
Hampir saja saya keluar dari pasca karena tidak tahan
ongkosnya.
Dalam kondisi uang tidak
ada saya dipinta nomor rekening BRI, saya tidak ada, terpaksa harus buka
rekening BRI. Hal ini membuat aku harus mengutang lagi sebesar Rp.300.000,
untungnya saudara dari istri mau meminjamkan uang sebesar itu.
Terkadang ongkos harus
berebut dengan anak yang masih SD kelas 2 dan 4, juga harus berebut dengan
jajan sikecil, ah sedih rasanya. Rumahpun hampir roboh, setiap hujan
bocor, sehingga aku terluka hati ketika melihat ke atas genting yang sisa-sisa
angin yang memporak porakan.
Saat-saat yang paling
menydihkan...rumah bocor, shingga computer tersiram, monitor harus masuk bengkel, uang
tidak ada, sedih sekali rasanya.
Sering terlontar dari mulutku, kata-kata mencaci maki depag, karena
menurutku sumber masalah ada di dia semua.
Suatu hari saya sedikit
emosi. Persoalannya sudah 4 masuk ke 5 bulan beasiswa belum turun juga, semua
teman yang merasa beasiswa kemenag aku propokasi demi memperjuangkan hak.
Rumah mau roboh, kontrakan
yang aku kelola tidak pada bayar, bagaimana pertanggungjawaban kepada yang
punya. Listrik kontrakan beluam dibayar selama 3 bulan. Ya Allah kenapa masalah
ini datang secara bersamaan.
Kuliah terganggu karena
kepala selalu pusing. Hidup ini memang keras, Allah berikan aku bisa mengatasi
persoalan ini.
Tubuh mulai lemas laksana
kurang pitamin akibat hati yang gundah gulana. Ketika berada di depan mahasiswa
dan siswa, dan jamaah aku ber-cuap-cuap laksana seorang yang tidak ada masalah.
Namun ketika pulang kerumah hati tergores, karena beras tidak ada.
Masa turun beasiswa
Ketika tiba-tiba rek kening BRI berisi 19 126.000, hati
trasa senang. Ternya uang beasiswa sudah cair untuk satu semester. Berbagai
keperluan dibelinya. Sebelum yang lain dibeli terlebih dahulu hutang-hutang
ditutupi. Setelah merasa cuku aku mmbeli motor setengah pakai seharga Rp.
65.000 namun motor yang aku beli tidak bertahan lama hanya satu minggu motor
pindah tangan, ketangan maling. Akhirnya dengan berat hati kucoba ngridit,
urusan gimana nanti. Semua ku lakukan demi menempuh penghematan uang kuliah dan
mengajar.
Kepala
panas, rasa was-was bergumuruh di dalam hati. Sanggupkah aku membayar cicilan
mtr dengan penghasilan yang pas-pasan. Otak gak pernah diam slalu mutar mencari
cara di mana ada jalan uang. Setiap hari bahkan setiap menit selalu terlintas
di benak.
Selama perkuliahan
berjalan pas dipenghujung semester tiga, aku mengajukan proposal tesis dengan
judul al-Quran sebagai penyebuh penyakit, ternyata ditolak, sedih rasanya,
sementara beasiswa nasibnya tinggal 6 bulan lagi. Aku tidak tinggal diam segera
menguras otak supaya kuliah cepat selesai sesuai dengan waktu yang
dijanjikan.
Sebanyak dua kali ditolak
proposal tesis, dan yang ketiganya diterima. Pada saat penolakan proposal tesis yang jumlahnya dua kali, membuat hati berdebar2, karena jika ketiga kalinya alamat aku harus menempuh jalur non tesis yang waktunya lebih lama. Pada saat yang sama kejadian ini berdampak pada sikap temen2 yang mencibir, karena sebagian temen2 ada yang lulus proposal tesis dengan nilai yang sangat memuaskan.
Melelahkan memang kuliah di sekolah pascasarjana (SPs), karena sekolah di sini beda dengan sekolah pascasarjana pada umumnya. Di sekolah pada umumnya, ujian tesis hanya sekali, sementara di SPs, berkali kali. Setelah lulus dari sidang proposal tesis, dianggap belum final, jika belum ada persetujuan dari pwmbimbing, dan setelah dapat persetujuan pembimbing, harus menmpuh work in progres (WIP). WIP dilakukan sebanyak dua kali. WIP pertama tiga bab, bab satu sampai tiga. setelah lulus marus daftar wip kedua, yaitu bab 3 sampai bab 5 atau 6. Jika itu sudah ditempuh, masuk pada ujian, atau sidang tertutup, dengan bentuk tesis dummy buku. Di sinilah nasib kita lulus atau tidak lulus. Jika tidak lulus maka kita harus mengulang dari awal. Jika sidang tertutup telah lulus langsung mengajukan sidang promosi, dengan tesis atau disertasi berbentuk buku, yang sudah lengkap. Namun sidang promosi akan dapat dilakukan jika mahasiswa sudah lulus kompre dengan cara mengajukan buku atau kitab asli baik timur maupun barat, sebanyak 100 kitab atau buku. Rumit rasanya, luka liku yang harus ditempuh berat rasanya. Namun alhamdulillah saya dapat melaluli tercepat. Temen2 yang dulu tidak merikik, bahkan mecibir justru sekarang berbalik, mereka sering bertanya, bagaimana luka-liku itu dapat dilalui.
Melelahkan memang kuliah di sekolah pascasarjana (SPs), karena sekolah di sini beda dengan sekolah pascasarjana pada umumnya. Di sekolah pada umumnya, ujian tesis hanya sekali, sementara di SPs, berkali kali. Setelah lulus dari sidang proposal tesis, dianggap belum final, jika belum ada persetujuan dari pwmbimbing, dan setelah dapat persetujuan pembimbing, harus menmpuh work in progres (WIP). WIP dilakukan sebanyak dua kali. WIP pertama tiga bab, bab satu sampai tiga. setelah lulus marus daftar wip kedua, yaitu bab 3 sampai bab 5 atau 6. Jika itu sudah ditempuh, masuk pada ujian, atau sidang tertutup, dengan bentuk tesis dummy buku. Di sinilah nasib kita lulus atau tidak lulus. Jika tidak lulus maka kita harus mengulang dari awal. Jika sidang tertutup telah lulus langsung mengajukan sidang promosi, dengan tesis atau disertasi berbentuk buku, yang sudah lengkap. Namun sidang promosi akan dapat dilakukan jika mahasiswa sudah lulus kompre dengan cara mengajukan buku atau kitab asli baik timur maupun barat, sebanyak 100 kitab atau buku. Rumit rasanya, luka liku yang harus ditempuh berat rasanya. Namun alhamdulillah saya dapat melaluli tercepat. Temen2 yang dulu tidak merikik, bahkan mecibir justru sekarang berbalik, mereka sering bertanya, bagaimana luka-liku itu dapat dilalui.
Setelah lulus dari sidang promosi, persoalan belum selesai, karena ijazah dapat diambil jika karya ilmiyah yang saya tulis sudah diterbitkan. Alhamdulillah semuanya dapat dilalui. Tidak kalah pentingnya dari buku yang saya tulis, saya diberikan kemampuan oleh Allah untuk memprektekan hasil penelitian tentang penyembuhan. Alhamdulillah terbukti, karena itu selain aku memberikan pelayanan penyembuhan juga memberikan keterangan secara rasional tentang penyembuhan dengan al-Qur'an.
dengan tulisan ini saya berharap semoga dapat memberikan motivasi kepada para pembaca, khususnya golongan ekonomi menengah ke bawah. Camkan, bahwa tidak ada kata tidak mungkin jika Allah mau.
dengan tulisan ini saya berharap semoga dapat memberikan motivasi kepada para pembaca, khususnya golongan ekonomi menengah ke bawah. Camkan, bahwa tidak ada kata tidak mungkin jika Allah mau.
3 komentar:
benar2 menajubkan dulur :) selalu and always support your article :D
DAri gresik mendukung ANDa :D
bloggergresikcommunity.blogspot.com
Kisah anda mirip dg saya ,tapi anda sudah berhasil,saya masih dlam proses,,singkat crita,nma saha robbi,alamat jmbang jatim ,saya dr kluarga ekonomi bwah,ortu bisa skolahkan smpai smk sudah beruntung,,waktu lulus smk n 3 jmbang,saya ingin kuliah tpi tdak ada biaya,nilai saya bagus,kalao daftar universitas negeri insyaalloh bisa masuk,tpi apa daya uang tdak ada akirnya sya bkerja di pabrek di sdoarjo lwat bursa krja smk,krja dipbrek 2 tahun,lalu sya kmbali k jmbang,krna ada phk di pbrek,thn 2009 saya krja di pbrek mainan di jmbang,trus pbrek kayu,waktu krja d pbrek kayu itulah thn awal 2010 pmanku menawariku krja di dinas pendapatan prov jatim jombang,sbenarnya sya tdak mau krna gajinya kecil,gengsi,dan ikut cv jadi tdak ada msa dpan,paman saya pns di situ,tpi paman saya memaksa,dan ortu saya menyuruh saya nurut paman,dg berat hati aku jalani,,tahun pertma jngan di tanya,berat terasa hidup,uang gak ada,krja rendahan,pokonya gak krasan,tpi aku coba nurut ortu sma paman,aku jlani terus,thn 2011 kasubag tu sya memotivasi sya untuk kuliah,tpi mna mungkin gji cman 600 rb,buat cicilan spda aja separuh,tpi kasubag tu terus motivasi dya,akirnya saya nekat kuliah,setelah lma menimbang,db biaya ,waktu,tempat akirnya saya memilih kuliah di universitas kh abdul wahan khasbulloh(unwaha jombang) universitas swasta,senin - jmat kerja sabtu minggu kuliah,tapi sabtu pagi sya kerja bersij bersih jm 5 smpai jm 7 trus tak tinggal kuliah,masa kuliah 4 thun ku lalui penuh rasa letih,,baik dr segi uang,tenaga,fikiran,,tpi saya mncoba mlakukan dh iklhas berusaha mnjadi lbih baik,pokoknya niat baik,pagi krja malam ngerjain tgas,blajar sampai mata hitam,jdi mta panda,,,biaya gk tahu dr mna rezekinya tuhan memberi prtolongan .pokoknya ada aja rezeki,meskipun gaji cman 600 tuhan mmberi rezeki dr jlan yg tak diduga,singkat crita aku sampai lulus unwaha,,gajiku sudah 1 jta di dinas pendapatan sekarang,,alhdulilah kmaren wisuda sya fapat penghargaan lulusan terbaek,prodo sistem informasi,ip 3,59..bulan september kmaren saya ditawari dosen sya jadi guru di smk al kautsar diwek jombang,dan saya terima ,selai itu saua juga ditawari ngajat di program d3 amik jombang,jadi selain jdi cleneng service di dinas pendapatan saya hri sabtu minggu ngajar di smk al kautsar dan amik jombang,,alhamdulilah meskipun banyak yg mengejek kuliah di swasta apa ya laku ijazahnya,saya tdak peduli yg penting saya bisa mengamalkan ilmu saya mskipun ngajar ditempat swasta,semoga nanto aku jga dpatneruskan s2 seperti anda tdak thu tuhanemberi jlan dr mna,,,,,dan aku jga tdak tahu nasibku di dinas pendapatan kedeannya,,sekarang aku cman bersyukur bkerja sbgai cleneng service dan mengajar,,biarlah msa depan urusan tuhan
Ketika kita menemukan kesulitan, lihatlah kebelakang. Pernahkah kita menemukan kesulitan. Pasti pernah, bisa dilaluikan? ini artinya kesulitan skg pun bisa dilalui.
Posting Komentar