Kesimpulan besar penelitian ini adalah al-Qur’an
sebagai penyembuh beragam penyakit fisik dan psikis (bio, psio,
sosio, spiritual) dipahami dari kata shifa>’ dan isyarat ayat
yang ada dalam al-Qur’an. Salah satu tokoh yang berkomentar tentang ini adalah
Muhammad Haqqi al-Na>zili>.
Penelitian ini ada kesamaan dengan peneliti
sebelumnya, walaupun dalam angka tahun dan beberapa hal lainnya sedikit berbeda.
Di antaranya; Abduldaem al-Kaheel,
Power of al-Qur’an Healing. Menurutnya, isyarat penyembuhan
dengan al-Qur’an adalah diketemukannya ayat tentang diciptakannya pendengaran
terlebih dahulu dari pada yang lainnya, dan ternyata telinga merupakan organ
vital untuk dijadikan sebuah media penyembuhan, karena otak dipengaruhi oleh
suara yang masuk lewat telinga yang akan ditransfer ke seluruh anggota tubuh.
Selanjutnya pendapat A. Abdurrochman, S. Perdana dan S. Andhika, Muratal al-Qur’an:
Alternatif Terapi Suara Baru. Stimulan
al-Qur’an dapat dijadikan sebagai terapi relaksasi bahkan lebih baik dibandingkan dengan stimulan
terapi karena stimulan al-Qur’an dapat memunculkan gelombang delta sebesar 63,11% sedangkan
kenaikan gelombang delta mencapai persentase tertinggi sebesar 1.057%.
Stimulan Al-Qur’an ini sering memunculkan gelombang delta di daerah frontal dan central baik sebelah kanan maupun kiri
otak. Begitu juga dengan Athoullah, Tesis Makna Bismillah dalam Perspektif
Hikmah, yang menyatakan bahwa basmalah selain
memiliki makna teks juga mempunyai makna isyarat kekuatan magis, jika diamalkan
sesuai aturan yang telah ditentukan. Mohammad Daudah
menyatakan dalam sebuah karyanyanya berjudul “Energi Penyembuh dalam
a-Qur’a>n antara sain dan keyakinan” menurutnya suara al-Qur’an
dapat menghentikan pergerakan virus dan kuman, dan pada waktu yang bersamaan
meningkatkan sel-sel sehat dan membangkitkan program yang terkacaukan di
dalamnya agar siap bertempur melawan virus dan kuman. Tambahnya, bacaan al-Qur’an
memiliki efek yang sangat luar biasa terhadap sel-sel dan dapat mengembalikan
keseimbangan.
Kesimpulan penelitian ini bersilang
pendapat dengan Muhammad Quraish Shihab,
Ciputat: Lentera Hati; 2000 volume 7, yang mengatakan bahwa kata shifa>’
yang ada di dalam al-Qur’an bermakna penyembuh penyakit psikis. Menurutnya,
hadis-hadis yang dijadikan dasar pijakan dalam menafsirkan kata shifa>’
adalah hadis yang diperselisihkan nilai dan maknanya. Tambahnya jika hadis itu
benar, maka yang dimaksud bukanlah penyakit jasmani, tetapi ia adalah penyakit
ruhani/jiwa yang berdampak pada jasmani. Ia merupakan psikosomatik. Begitu juga
pendapat Shalah Abdul Fattah al-Kholidiy, Dasar-dasar Untuk Memahami al-Qur’an,
menurutnya al-Qur’an kitab petunjuk, bukan kitab magis. Selanjutnya
pendapat Yusuf Qarad}awi, Kai>fa
Nata’amalu ma’a al-Qur’an, mengatakan al-Qur’an bukan kitab filsafat, bukan
juga kitab penyembuhan fisik melainkan psikis, andai saja al-Qur’an
sebagai penyembuh penyakit fisik, maka medis tidak berarti dalam peradaban Islam.
Penelitian ini menunjukkan bahwa
kata shifa>’ yang ada dalam al-Qur’an berbentuk umum (nakirah)
dan banyak ulama tafsir menafsirkan sebagai penyembuh fisik dan psikis.
Penyembuhan penyakit fisik dan pskis dengan al-Qur’an selain dipahami dari kata
shifa>’ juga didapatkan dari isyarat-isayarat ayat, dan hadis yang
diriwayatkan oleh Al-Bukhari, Muslim, Abu Ubaid, Abu Daud, Tirmizi, Nasa>’i,
IbnMajah, IbnJarir, al-Hakim dan Baihaqi> tentang penyembuhan bisa kalajengking
dengan surat al-Fa>tih{ah.
Penelitian ini termasuk jenis penelitian
kepustakaan (library reseach). Sumber primer penelitian ini adalah kitab
Khazi>nat al-Asra>r, karya Muhammad Haqqi al-Nazili, sedangkan
sumber skunder berupa kitab, buku, journal, dan artikel yang ada korelasi
langsung atau tidak langsung dengan topik bahasan yang dimaksud. Sifat
penelitian ini adalah deskriftik-analisis. silahkan pesan di sini, dengan mentrasfer ke rek BRI
080201025984538 atas nama APIPUDIN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar