Jumat, 15 Maret 2013

CLEANING SERVICE MENJADI DOSEN



CLEANING SERVICE
MENJADI DOSEN



“Bayak orang berkata, perjalanan hidup seseorang tidak ada yang tahu”. Hampir setiap orang berkata seperti itu, dan kalimat itu pula yang membangkitkan semangat, meneguhkan keyakinan.
Dalam kondisi serba kekurangan, tetap tidak membuat surut untuk selalu belajar. Setiap penghasilan dari upah buruh kasar disisihkan untuk membeli buku, dan sekaligus memposisikan diri sebagai seorang pelajar. Padahal sadar, dia adalah seorang yang paling rendah penghasilan dan harga diri di depan mata para pegawai kantor. Satu renungan, “buah yang enak dan lezat, sumbernya ada di bagian yang paling terendah (akar)”.  Artinya apa? Bahwa kenikmatan yang ada di atas semua berasal dari bawah.
Tahun 93an dengan bermodalkan Ijazah SMP, berangkatlah ke Bogor, meninggalkan kampung halaman tempat dia dilahirkan dan dibesarkan. Keyakinan kateguhan niat yang memnuhi hatinya selalu mau belajar di manapun dan dalam kondisi apapun. Ternyata ini adalah modal yang sangat kuat untuk menembus batu karang yang menghadang jalan.
Percaya atau tidak, berawal dari propesi menjadi petugas kebersihan di sebuah intansi pemerintah berakhir di bangku kuliahan, dan berbuahkan kenikmatan. Rasa puas dan haru kini menyelimuti hidupnya. Tatkala mengajar mahasiswa orang tidak akan menyangka bahwa dia memulai dari hal yang sangat rendah. Sunguhpun seorang petugas kebersihan namun wawasan lumayan luas, tentu itu wajar karena rajin membaca.
Selama berada di bawah, rasanya semuanya menjadi serba salah. bahkan perkataannya benar tetap tidak dianggap, kenapa? Ooh dia adalah cleaning service, namun perkataan yang dulu tidak dianggap kini didengar orang, kenapa? Ooh dia adalah dosen. Ternyata benar kata Rasul “carilah kedudukan jangan mencari kelebihan” artinya kita harus tahu berpijak di mana? Sebab tempat berpijak akan mempengaruhi kondisi.
Proses panjang, dan melelahkan. Jalan berliku naik dan turun. Hanya dengan keteguhan hatilah bisa dilaluinya. Ternyata perjalanan yang berliku dapat dilalui dan membuahkan hasil, satu kebanggaan dan kepuasan. Mungkin bagi kebayakan orang dapat mengeyam pendidikan tinggi samapi ke pasca hal yang biasa karena ditopang uang dan orang tua. Tidak dengan orang yang serba kekurangan, sekalipun yang diraih itu biasa-biasa aja sangat mengagumkan.
Serasa di dalam impian seorang bocah kampung bisa menjadi Dosen. Jangankan orang lain dia sendiri tidak percaya dengan kenyataan yang ada. Berkali-kali menengok kebelakang, ternyata perjalanan hidupnya laksana kata pepatah “From Zero To Hero

Sekilas biografinya
Apipudin
Alamat : Kp. Pabuaran RT. 0/01 Desa Kabasiran
Kec. Parungpanjang Kab. Bogor Jawa Barat
Hp. 08158735896

 Tempat Tanggal Lahir           : Lebak, 02 Maret 1977
Agama                         : Islam
Tinggi/Berat Badan    : 155cm/60 kg
Status                          : Menikah

Pendidikan Formal
2010 s/d 2012             Mendapatkan Beasiswa Penuh dari Depag Pasca Sarjana UIN Jakarta, Jurusan Tafsir Hadis, tercepat di antara 19 orang yang mendapatkan beasiswa
2004-2008                   Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta Fak Ushuluddin dan Filsafat Jurusan Tafsir Hadis
1997-2000                   SMU LPPU Ajendam Jaya Jakarta Pusat (Kelas lll Bidang IPS)
1990-1993                   SMPN Cipanas Lebak, Banten
1984-1990                   SDN Bintang Resmi, Cipanas Lebak, Banten

Pendidikan Non Formal
2004                Kursus Pidato & Kuthbah, Dewan Akbar Indonesia, Sertifikat
1993-1996       Belajar Fiqih Syafi’iyah, Ponpes Riyaduthalibin, Banten

Pengalaman Mengajar Formal
2013 s/d Sekarang    Menjado Dosen tetap Universitas Gunadarma, dan Mengajar Mata Kuliah PAI,                                     Ilmu Budaya Dasar, Sosiologi Politik, Panca Sila.
2013 s/d 2014           Mengajar di Universitas Syaikh Yusuf Tangerang, pada mata kuliah; Pemikiran                                     Modern dalam islam, Ilmu Hadis. 
2008 s/d Sekarang      Dosen Filsafat lmu STAI Nida El-Adabi Parungpanjang
                                    Dosen Filsafat Umum STAI Nida El-Adabi Parungpanjang
                                    Dosen Ilmu Kalam STAI Nida El-Adabi Parungpanjang
                                    Dosen Ilmu Tasawuf STAI Nida El-Adabi Parungpanjang
2009-2011                   Guru PAI kelas 1-3 SMK Yastrif 1 Parungpanjang
2011/skg                     Guru PAI Kls-2-3 AP/AK SMK Yastrif 1 Parungpanjang 
2011 /skg                    Guru SKI dan Akidah Akhlak KLS 1 SMP Islam Nida El Adabi            

Pengalaman Mengajar Non Formal                        
2008 s/d Sekarang      Pengajar Majlis Taklim al-Mustaghfirin pukul 20:00 s/d 21:00 WIB Taman Ciruas Serang Banten
2008 s/d Sekarang      Tafsir dan Hadits Masjid al-Istiqamah Taman Ciruas Prmai Srang Banten
2006 s/d Sekarang      Dewan Pengajar Majlis Taklim al-Hidayah Tingkat Desa (Desa Kabasiran)
2006-2007                   Mengajar Hadits al-Arbain dan Musthalaal Hadits 18:30 s/d selesai as-Salam Gria Parungpanjang
2006-2007                   Pengajar Fiqih Syafi’iyah al-Ijtihad Perumnas satu Parungpanjang
2006-2007                   Mengisi Nuansa Islami, Studio DIVA FM Radio Komunitas Parungpanjang, Perumnas dua Parungpanjang
2003 s/d Sekarang      Pengajar sekaligus pendiri Majlis Taklim al-Munashahah Kp. Pabuaran Ds. Kabasiran Parungpanjang

Pengalaman Ceramah & Khuthbah
2000 s/d sekarang      Parungpanjang, Hotel Mega Anggrek, Ditjen Pajak Pusat, dan Pajak Sukabumi, Brebes, Cirebon dan Serang

Hobi                            Berfilsafat, menulis, dan diskusi

Pegalaman Menulis
                                    Majalah Berita Pajak, 2005, Keistimewaan Suatu Harapan
                                    Menulis Buku ”Memahami Syukur    
Pengalam Kerja
1996-2009                   Cleaning Service
2007-2008                   Agen Prudential
2006-2007                   Agen Herbal (obat)
2005-2006                   Jualan Buku (Anggota Gema Isani Press)
1995-1996                   Sales Cramik

Hal yang berkesan
2008-2009                   Saya sebagai Dosen di Kampus tetapi Cleaning Service di Kantor Pajak  Pusat, bahkan yang satpam tempat saya bekerja sebagai Mahasiswa Saya. 



Perjalanan hidup singkat
Kampung yang dihampit oleh dua sungai dan pesawahan menampakan keindahan dan keaslian alam. Udara yang sejuk menghembus meniup dedaunan bergerak laksana lambayan tangan. Seakan alam berpesan “Bergeraklah jangan tinggal diam, setelah berhasil jangan lupa kampung yang telah melahirkan dan membesarkan.”   
Kampung kecil mungil dan masyarakat yang agamis, di sanalah seorang anak laki-laki lahir dari pasanagan Thabri dan Saudah. Dengan penuh rasa haru diberi nama Apipudin.  
Pada tanggal 02 maret 1977 awal hijrah dari dunia lain. Mulai menghirup udara dunia, tangis pun tidak dapat ditahan, sementara orang di sekitar terseyum. Segala tumpuan dan harapan ditujukan kepada bayi yang baru lahir ini.
Lingkungan yang agamis, orang tua sebagai guru ngaji, bapak di samping guru ngaji, juga sebagai seorang pedagang. Setiap maghrib orang-orang kampung sekitar datang ke rumah belajar mengaji. Lantunan kalam Ilahi terdengar setiap sesudah maghrib menyentuh hati menentramkan jiwa, melahirkan hati yang lentur, mudah dinasehati.
Waktu terus bergerak masapun kian berganti, tidak terasa usia sudah masuk tujuh tahun. Sudah menjadi kebiasaan masyarakat pada umumnya jika sudah sampai 7 tahun masuk Sekolah Dasar. Demikian juga aku masuk sekolah dasar. Namun masuk sekolah, aku berbeda dengan teman sebanyaku, yaitu diantara orang tua. Sementara aku masuk sekolah dasar tidak diantar orang tua, saudara ataupun teman. Tetapi mengikuti orang tua tetangga yang mau memasukan anaknya ke sekolah.
Sekolah Dasar Negeri Bintang Resmi 6 (SDN) ditempu selama enam tahun, dan hasil selalu memuaskan, rata-rata rangking satu. Melanjutkan langsung ke SMPN Cipanas Lebak Banten. Masuk SMP, tidak ada niat tersirat di hati sedikitpun, karena saya sadar keluarga kami anti sekolah. Terutama keluraga dari pihak ibu, dengan alasan sekolah tidak bisa dibawa kekuburan. Bapak memang tidak gitu-gitu amat, karena sedikit agak tinggi sekolahnya, lumayan lulusan Sekolah Rakyat (SR) pada zamannya termasuk tinggi.
Bapak pernah ditawari Pegawai Negeri Sipil (PNS), namun dari pihak ibu melarang, karena dengan alasan gajinya haram. Soalnya hari minggu sekalipun tidak bekerja tetap dibayar.
Setelah lulus SD seperti biasa saya mengaji Nahu (Gramer) ke Bapak. Di pagi hari bapak agak kesal, maka ketika saya diajar aga sulit, bapak marah-marah sampai keluar kata-kata mengusir.
Sunguh masih terlalu muda, saya punya nyali besar, hal lain saya sering diajak ke Jakarta kerumah saudara. Maka ketika ada kalimat yang terucap seperti itu, tidak pikir panjang. Bergegas mengganti kain sarung denga celana dan baju dengan kaus tangan pendek.
Dengan penuh rasa sedih aku berjalan selangkah demi selangkah tak terasa sudah sampai di jalan raya. Segera memberhentikan mobil dan naik menuju terminal (Gajrug). Sesampai di terminal bus, tidak lama kemudian datang bus jurusan Bogor Rangkas Bitung tidak perlu mikir lama segera naik, samapai di Rangkas Bitung langsung menuju Stasiun kereta Apai jurusan Tanah Abang, sementara saya turun di Stasiun Kebayoran Lama.
Sesampai di Kebayoran naik mobil jurusan Cileduk dan saya turun di Petukangan Selatan, Alhamdulillah sampai ke Kontrakan kaka. Kaka tercengan campur haru dan bangga ketika saya datang sendiri kejakarta. Seribu kata saya jadikan tameng untuk menutupi kesalahan, bahwa saya kabur dari rumah. Aman untuk sementara, kaka juga tidak banyak tanya. Udara Jakarta terasa panas, maklum sudah terjadi polusi di mana-mana. Seakan mewakili hatiku yang dakdikduk, jika ketahuan perbuatanku ini.    
Sementara orang tua di rumah kucar-kacir, mencari saya kesana-kemari. Segala usaha dikerahkan. Bahkan bertanya pada uwa yang punya kelebihan melihat jarak jauh dengan bantuan kuku ibu jari, menurutnya saya ada di Jakarta. Bpk yang sedikit kalut besoknya, segera ke Jakarta menyusul saya. Tiba di Jakarta sekitar pukul 09:00. Bapak menyidang saya. Apa mau kamu mesti kabur segala?. Entah setan atau Malaikat yang datang mempengaruhi hati dan bibir sehingga tanpa sadar aku jawab, ”sekolah SMP”. Bapak memberikan pilihan Tsanawinya, saya tetap SMP. Akhirnya orang tua menyutujui.
Kaka ikut sibuk, segera menjual emas, uangnya buat saya daptar sekolah. Masuk SMP tidak masalah. Saya memang orang yang selalu jalan sendiri orang tua hanya mengiringi doa. Begitu juga dengan daftar ke SMP saya sendirian. Itu tentu tidak menghambat niat untuk daftar. Dengan berjalannya waktu pada kelas satu, orang tua sedikit punya uang sehingga sekolahku tersendat-sendat. Hampir saja saya mau berhenti, ibu dan bapak terkadang bertengkar masalah ongkos sekolah. Aku merasa bersalah, sehingga putar otak mencari solusi. Di kelas dua mencoba membuat Teka-Teki Silang (TTS) dan dijualnya pada teman sekelas. Lumanyan dapat tambahan ongkos.
SMP dapat terslesaikan dengan memuaskan, bayak sekali kenangan di sana dan tidak pernah aku lupakan, dengan segala kesedihan dan kebahagiannya. Seperti biasa aku tidak punya rencana setelah lulus nanti. Pertama uwaku menganjurkan aku untuk mengaji saja, kedua orangtuaku tidak bayak uang. Selesai SMP aku melanjutkan ngaji di pesantren UWA. Yaitu pondok pesantren Riyaduthalibin.
Pondok Pesantren (Riyaduthalibin), lima tahun dilalui. Sungguh pun orang baru dapat menciptakan suasana baru. Di pesantren tidak ada latihan Pidato dan diskusi, aku usulkan, dan ditererima oleh para senior.
Pengalaman di pesantren tidak dapat dilupakan. Seperti ketika mengusulkan latihan pidato, semua satri menjalankan latihan itu. Lucunya micnya terbuat dari kayu, namun dengan berjalannya waktu akhirnya dapat terbeli mic beneran. Saya orangnya nekad tidak perduli menjadi bahan tertawaan orang. Seperti ketika menyodorkan mic yang terbuat dari kayu, hampir semua orang mencibir.
Saya nekad tetapi hati sensitif. Di sore hari setelah selesai mengaji, yantai bersama teman di lantai dua, tiba-tiba adik perempuanku memanggil, saya disuruh pulang ke rumah. Sesampai di rumah ibu bilang, ”bapak belum pulang dari hutan, coba tengok sana”. Perjalanan dari rumah ke hutan kira-kira menghabiskan waktu satu jam, namun itu tidak menjadi hambatan. Sehingga begitu mendengar imformasi itu segera berangkat. jalan di pematang sawah, di tengah-tengah sekitar sawah ada saung (kandang kerbau). Aku segera menghampiri, terlihat di dalam ada seseorang yang sedang berbaring. Ketika didekati ternyata orang tua saya. Terlihat di sampingnya kayu bakar. Melihat kondisi seperti ini, hatiku hancur, dan berkata “kamu Cuma bisa ngerepotin orang tua, sudah cari uang sana bantu orang tua”.
Kejadian itu menguatkan hati saya untuk keluar dari pesantren, pergi ke jakarta mencari pekerjaan. Di hati saya masalah belajar di manapun bisa hanya tempat dan guru yang berbeda. Segera pamit pada uwa sekaligus guru, dan orang tua. Saya juga tidak lupa meminta doannya, ”di manapun dan dalam kondisi apapun saya ingin tetap belajar”.
Guru terharu dan merasa sayang, katanya ”saya ada bakat bisa ngaji tinggal setahun lagi”. Namun kata-kata itu tidak membuat hatiku goyah untuk membantu orang tua dengan cara menjadi kuli. Kaki melangkah ke dunia lain, namun hati tetap berada di pesantren. Maka jangan heran jika aku dimanapun selalu belajar.
Saya berangkat ke Bojong Gede (Bogor), menemui kaka yang di sana sekalian minta dicarikan pekerjaan. Dari sinilah, saya mulai menjadi Cleaning Service. Pertama diterima saya bertugas menyirami pohon yang ada di taman. Bahkan sekalipun hujan turun saya diperintahkan tetap menyiramnya. Jika bukan karena melihat kedepan, aku sudah marah disuruh menyiram kembang ketika musin hujan dan pas hujan lagi turun. Allah maha tahu, tidak lama saya di taman. Dapat seminggu saya dipindahkan kelantai 5, dan bertemu dengan seorang kasi (kepala Seksi) yang bijak. Pada watu itu, dia merangkap sebagai dosen.
Karena saya berasal dari pesantren maka dipinta untuk mengajarkan membaca al-Quran, sebagai imbalannya saya dibiyayai sekolah, saya pun setuju. Setiap minggu 2 hari sekali saya mengajar, pada sore hari setelah selesai bekerja saya pun sekolah malam (SMU).
Sudah menjadi kewajiban, setiap pegawai negeri harus mutasi dari satu tempat ketempat yang lain, termasuk orang yang saya ajarkan membaca al-Quran. Begitu juga dengan saya, ikut pindah kelantai lebih tinggi (14), dan bertemu dengan orang yang jabatannya lebih tinggi (seorang Direktur).
Setalah lulus sekolah, saya tidak ada pikiran untuk melanjutkan, tetapi hari-hari diisi dengan sering membaca buku. Setiap bulan saya harus menamatkan satu buku, dengan bebas judul. Ternyata hasil bacaan terasa manfaatnya 4 tahun kemudian. Pada tahun 2004, saya mula aktif di Masjid Pajak, pada waktu itu Dirjen mewajibkan kultum pada semua bawahannya. Namun tidak semua pegawai sanggup, nah ketika tidak ada yang ngisi, DKM menawarkan pada jamaah. Tidak satupun yang sanggup, maka saya menawarkan diri, dan DKM mempersilahkan. Setalah kultum sekali saya mulai djadikan cadangan oleh DKM, katanya pidato saya bagus. Komentar itu tidak memuaskan hati, saya pun segera kursus pidato di Dewan Akbar Indonesia (DAI). Di sini saya diajarkan retorika dan metodelogi dakwah. Tidak dapat dibantah lagi, saya menjadi seorang orator yang baik di antara para peserta kultum di tempat itu.     
Ini rupanya jalan saya dikenal dikalangan para pejabat Negara. Benar saja ketika saya kultum ada seorang Direktur yang tercengan dan tertarik pada kultum saya maka saya ditanya lulusan apa? Saya jawab lulusan SMU. Dia menawarkan ke saya mau gak saya biayan kuliah. Saya tidak menyia-nyiakan kesempatan ini, langsung diterimanya. UIN Syarif Hidayatullah yang saya pilih Fakultas Ushuluddn dan Filsafat jurusan Tafsir Hadits. Empat tahun kuliah dilalui dengan penuh suka-cita. Sebagai konsekwensinya saya dapat mengantongi Ijazah S-1 Theologi Islam. Bahkan yang uniknya lagi setelah saya rajin kultum mendapatkan umroh geratis, dari Direktorat Jenderal Pajak.
Tahun 2008 tepatnya bulan desember ada lowongan untuk S-1 Theologi Islam untuk penghulu yang di tempatkan di KUA. Laksana mobil melaju di jalan tol, aku melucur melamar di Depag Bogor, dan diterima sebagai peserta ujian. Bertempur dengan ribuan orang merebutkan kursi panas penghulu. Untuk tak dapat diraih malangpun tak dapat ditolak, saya gagal tidak diterima menjadi penghulu. Kejadian ini tidak membuatku putus asa, dengan harapan tahun depan ada lagi sekaligus merubah haluan melamar penasehat di KUA. Ternya merebut kursi di KUA yang kedua kalinya di Pandeglang nihil juga hasilnya. Maka nasib tetap masih menjadi cleaning service.    
Menjadi pekerja suasta memang tidak ada jaminan langgeng. Seiring dengan perubahan zaman, tempat saya bekerja terjadi perubahan. Pada waktu saya SMU-kuliah saya bekerja sebagai Cleaning Service di kantor Pajak Pusat di bawah naungan CV Gemini. Namun ketika kuliah hampir selesai terjadi pergantian CV Putra Baringn Abadi.
Perubahan dari CV ke CV tidak membawa perubahan status, tetap saja Cleaning Service. IJazah yang saya dapat belum dapat merubah status. Iseng-iseng saya melamar menjadi Dosen Filsafat di perguruan tinggi Nida El-Adabi, tidak kusangka diterima. Terjadilah status ganda; dari mulai senin sampai jumat menjadi  Cleaning Service, sementara pada hari minggu saya menjadi Dosen Filsafat. Dua status ini membuat hatiku tidak tentram, di kantor jabatanku paling rendah orang dengan se-enaknya mencemoohkan, sementara di kampus aku dihormati bahkan dikejar-kejar mahasiswa, karena sangat dibutuhkan. Terasa sangat jomplang, namun itulah kenyataan yang sala satunya tidak dapat dilepas, karena masalah uang.
Era repormasi, merubahkan semuanya. CV tempat saya bekerja kalah tender oleh PT. Fajar Mekar Indah. Semua orang CV harus melamar kembali, dan minimal lulusan SMA. Tidak dapat dihndari akupun melamar dengan Ijazah S-1. Ketika pengumuman di mading aku lulus dengan jazah S-1, gempar orang sepajak mencemoohkan. Bayak orang berkomentar saya orang goblok S-1 mau jadi Cleaning Servis. Pahit getir harus dihadapi yang penting keluarga saya makan. Jika saya mengedepankan gengsi, malu S-1 Cleaning Servis, semuanya berantakan.
Pahit, getir, sedih menjadi satu, yang menguatkan aku dapat bertahan, berharap tahun depan dapat ikut ujian PNS di Depag lagi. 2009 aku mencoba melamar PNS lagi ke Depag kali ini lewat kabupaten Pandeglang. Dasar memang keberuntungan belum berpihak, tetap saja tidak lolos, dan kembali kerja seperti biasa menjadi Claning Service.
Di PT Fajar Mekar Indah, aturannya begitu ketat, membuat semakin terasa tersiksa. Berbagai upaya dikerahkan dengan harapan mendapatkan status yang layak. Batin menjerit air mata pun tak terbendung membasahi pipi. Hati tidak tentram menyebabkan kerja tidak semangat, bahkan sampai dikasih surat peringatan. Inilah cambuk yang membangkitkan dari tidur panjangku. Sering tersirat di dalam hati, “saya menginginkan pekrjaan pakai otak bukan otot”.
Merenung menjadi kebiasaan dikala istirahat dari bekerja. Teman di sekitar kurang bersikap baik, sebab aku termasuk orang lemah. Masa S-1 kerja kasar begini, clotehan orang.
Dalam kesendirian dan kebingungan, seusai maghrib. Tiba-tiba datang jamaahku, dan menawari menjadi guru agama di SMK Yastrif 1 Parungpanjang. Tempo seminggu yang kujanjikan. Dalam pikiranku; hitung-hitungan uang; ngajar SMK gajinya segini, jadi Dosen segini, jadi ustad segini. Setelah masak pertimbangan aku menyanggupinya.
Ternyata pilihanku tidak salah, tida lama aku mengajar di SMK langsung memegang jabatan wali kelas sekaligus guru BP. Yang sangat mengharukan saya ikut ujian beasiswa S-2, dan ternyata dari beberapa dosen yang diajukan Cuma saya yang lulus.



Masa-masa beasiswa belum cair

            Mendapatkan kuliah gratis, sekaligus biaya hidup memang mengasikan. Apalagi seperti saya, yang jangankan untuk melanjutkan kuliah di pasca buat makan sehari-haripun kesulitan. Maklum seorang dosen tidak tetap di perguruan tinggi swasta, yang mendapatkan upah jika sudah selesai menyampaikan satu mata kuliah yang bobotnya 2 sks. Pengahaislan seperti ini tentu sangat menyedihkan. Anak tiga; dua laki-laki satu perempuan. Sering mengurut dada ketika anak menangis minta jajan, uang menipis, beras tinggal satu liter yang cukup makan buat sehari. Hal ini membuatku untuk mencari sampingan, alhamdulillah dapat menjadi guru agama di sebuah smk, sedik ada tambahan sekalipun jauh dari cukup. Maka kucoba mencari uang siang dan malam. Di malam hari mengajar ngaji pada siang hari mengajar anak smk. Aku hanya punya harapan sesekali ceramah jika ada yang mengundang, lumanyan amplopnya agak tebal.
            Berliku-liku, terseok-seok itulah keyataan yang harus dilewati. Sangat ironis memang, seorang sarjana hidup serba kekurangan. Terkadang ada rasa jenuh, prustasi, status social lumayan tetapi keuangan berantakan. Aku ibarat ”kerja tuan makan kuli”. Tetap hal ini tidak menyebabkan untuk lepas dari tanggung jawab sebaga seorang ayah dari anaknya, dan sebagai suami dari istrinya. Apapun aku tempuh demi kebahagian keluarga, yang penting halal. Aku rela pulang pagi dari mengajar sekalipun hasilnya minim.
            Hidup memang aneh, disaat serba kekurangan, ada kesempatan beasiswa pasca UIN Jakarta, dengan syarat harus lulus ujian. Anehnya istri malah mendorong saya untuk daftar, dan hasilnya ternyata saya lulus. Hal ini tdak membuat hati senang, sebab sekalipun kulah dijamin, tentu awalnya harus modal sendiri dulu. Ternyata dugaanku betul selama kuliah sebelum beasiswa turun, aku banyak meminjam uang dari kiri kanan. Muka tertunduk tidak berani menatap karena memkirkan ongkos kuliah. Anak tidak mau tahu selalu uang jajan harus tersedia, yang paling kecil juga ikut menguras kantong kempes bapaknya. Hampir saja saya keluar dari pasca karena tidak tahan ongkosnya.
            Dalam kondisi uang tidak ada saya dipinta nomor rekening BRI, saya tidak ada, terpaksa harus buka rekening BRI. Hal ini membuat aku harus mengutang lagi sebesar Rp.300.000, untungnya saudara dari istri mau meminjamkan uang sebesar itu.
            Terkadang ongkos harus berebut dengan anak yang masih SD kelas 2 dan 4, juga harus berebut dengan jajan sikecil, ah sedih rasanya. Rumahpun hampir roboh, setiap hujan bocor, sehingga aku terluka hati ketika melihat ke atas genting yang sisa-sisa angin yang memporak porakan.
            Saat-saat yang paling menydihkan...rumah bocor, shingga computer tersiram, monitor harus masuk bengkel, uang tidak ada, sedih sekali rasanya.
Sering terlontar dari mulutku, kata-kata mencaci maki depag, karena menurutku sumber masalah ada di dia semua.
            Suatu hari saya sedikit emosi. Persoalannya sudah 4 masuk ke 5 bulan beasiswa belum turun juga, semua teman yang merasa beasiswa kemenag aku propokasi demi memperjuangkan hak.
            Rumah mau roboh, kontrakan yang aku kelola tidak pada bayar, bagaimana pertanggungjawaban kepada yang punya. Listrik kontrakan beluam dibayar selama 3 bulan. Ya Allah kenapa masalah ini datang secara bersamaan.
            Kuliah terganggu karena kepala selalu pusing. Hidup ini memang keras, Allah berikan aku bisa mengatasi persoalan ini.
            Tubuh mulai lemas laksana kurang pitamin akibat hati yang gundah gulana. Ketika berada di depan mahasiswa dan siswa, dan jamaah aku ber-cuap-cuap laksana seorang yang tidak ada masalah. Namun ketika pulang kerumah hati tergores, karena beras tidak ada.              

Masa turun beasiswa

          Ketika tiba-tiba rek kening BRI berisi 19 126.000, hati trasa senang. Ternya uang beasiswa sudah cair untuk satu semester. Berbagai keperluan dibelinya. Sebelum yang lain dibeli terlebih dahulu hutang-hutang ditutupi. Setelah merasa cuku aku mmbeli motor setengah pakai seharga Rp. 65.000 namun motor yang aku beli tidak bertahan lama hanya satu minggu motor pindah tangan, ketangan maling. Akhirnya dengan berat hati kucoba ngridit, urusan gimana nanti. Semua ku lakukan demi menempuh penghematan uang kuliah dan mengajar.
            Kepala panas, rasa was-was bergumuruh di dalam hati. Sanggupkah aku membayar cicilan mtr dengan penghasilan yang pas-pasan. Otak gak pernah diam slalu mutar mencari cara di mana ada jalan uang. Setiap hari bahkan setiap menit selalu terlintas di benak.

            Selama perkuliahan berjalan pas dipenghujung semester tiga, aku mengajukan proposal tesis dengan judul al-Quran sebagai penyebuh penyakit, ternyata ditolak, sedih rasanya, sementara beasiswa nasibnya tinggal 6 bulan lagi. Aku tidak tinggal diam segera menguras otak supaya kuliah cepat selesai sesuai dengan waktu yang dijanjikan.   
            Sebanyak dua kali ditolak proposal tesis, dan yang ketiganya diterima. Pada saat penolakan proposal  tesis yang jumlahnya dua kali, membuat hati berdebar2, karena jika ketiga kalinya alamat aku harus menempuh jalur non tesis yang waktunya lebih lama. Pada saat yang sama kejadian ini berdampak pada sikap temen2 yang mencibir, karena sebagian temen2 ada yang lulus proposal tesis dengan nilai yang sangat memuaskan.
                Melelahkan memang kuliah di sekolah pascasarjana (SPs), karena sekolah di sini beda dengan sekolah pascasarjana pada umumnya. Di sekolah pada umumnya, ujian tesis hanya sekali, sementara di SPs, berkali kali. Setelah lulus dari sidang proposal tesis, dianggap belum final, jika belum ada persetujuan dari pwmbimbing, dan setelah dapat persetujuan pembimbing, harus menmpuh work in progres (WIP). WIP dilakukan sebanyak dua kali. WIP pertama tiga bab, bab satu sampai tiga. setelah lulus marus daftar wip kedua, yaitu bab 3 sampai bab 5 atau 6. Jika itu sudah ditempuh, masuk pada ujian, atau sidang tertutup, dengan bentuk tesis dummy buku. Di sinilah nasib kita lulus atau tidak lulus. Jika tidak lulus maka kita harus mengulang dari awal. Jika sidang tertutup telah lulus langsung mengajukan sidang promosi, dengan tesis atau disertasi berbentuk buku, yang sudah lengkap. Namun sidang promosi akan dapat dilakukan jika mahasiswa sudah lulus kompre dengan cara mengajukan buku atau kitab asli baik timur maupun barat, sebanyak 100 kitab atau buku. Rumit rasanya, luka liku yang harus ditempuh berat rasanya. Namun alhamdulillah saya dapat melaluli tercepat. Temen2 yang dulu tidak merikik, bahkan mecibir justru sekarang berbalik, mereka sering bertanya, bagaimana luka-liku itu dapat dilalui.
            Setelah lulus dari sidang promosi, persoalan belum selesai, karena ijazah dapat diambil jika karya ilmiyah yang saya tulis sudah diterbitkan. Alhamdulillah semuanya dapat dilalui. Tidak kalah pentingnya dari buku yang saya tulis, saya diberikan kemampuan oleh Allah untuk memprektekan hasil penelitian tentang penyembuhan. Alhamdulillah terbukti, karena itu selain aku memberikan pelayanan penyembuhan juga memberikan keterangan secara rasional tentang penyembuhan dengan al-Qur'an.

dengan tulisan ini saya berharap semoga dapat memberikan motivasi kepada para pembaca, khususnya golongan ekonomi menengah ke bawah. Camkan, bahwa tidak ada kata tidak mungkin jika Allah mau.
 

3 komentar:

Unknown mengatakan...

benar2 menajubkan dulur :) selalu and always support your article :D

DAri gresik mendukung ANDa :D
bloggergresikcommunity.blogspot.com

Unknown mengatakan...

Kisah anda mirip dg saya ,tapi anda sudah berhasil,saya masih dlam proses,,singkat crita,nma saha robbi,alamat jmbang jatim ,saya dr kluarga ekonomi bwah,ortu bisa skolahkan smpai smk sudah beruntung,,waktu lulus smk n 3 jmbang,saya ingin kuliah tpi tdak ada biaya,nilai saya bagus,kalao daftar universitas negeri insyaalloh bisa masuk,tpi apa daya uang tdak ada akirnya sya bkerja di pabrek di sdoarjo lwat bursa krja smk,krja dipbrek 2 tahun,lalu sya kmbali k jmbang,krna ada phk di pbrek,thn 2009 saya krja di pbrek mainan di jmbang,trus pbrek kayu,waktu krja d pbrek kayu itulah thn awal 2010 pmanku menawariku krja di dinas pendapatan prov jatim jombang,sbenarnya sya tdak mau krna gajinya kecil,gengsi,dan ikut cv jadi tdak ada msa dpan,paman saya pns di situ,tpi paman saya memaksa,dan ortu saya menyuruh saya nurut paman,dg berat hati aku jalani,,tahun pertma jngan di tanya,berat terasa hidup,uang gak ada,krja rendahan,pokonya gak krasan,tpi aku coba nurut ortu sma paman,aku jlani terus,thn 2011 kasubag tu sya memotivasi sya untuk kuliah,tpi mna mungkin gji cman 600 rb,buat cicilan spda aja separuh,tpi kasubag tu terus motivasi dya,akirnya saya nekat kuliah,setelah lma menimbang,db biaya ,waktu,tempat akirnya saya memilih kuliah di universitas kh abdul wahan khasbulloh(unwaha jombang) universitas swasta,senin - jmat kerja sabtu minggu kuliah,tapi sabtu pagi sya kerja bersij bersih jm 5 smpai jm 7 trus tak tinggal kuliah,masa kuliah 4 thun ku lalui penuh rasa letih,,baik dr segi uang,tenaga,fikiran,,tpi saya mncoba mlakukan dh iklhas berusaha mnjadi lbih baik,pokoknya niat baik,pagi krja malam ngerjain tgas,blajar sampai mata hitam,jdi mta panda,,,biaya gk tahu dr mna rezekinya tuhan memberi prtolongan .pokoknya ada aja rezeki,meskipun gaji cman 600 tuhan mmberi rezeki dr jlan yg tak diduga,singkat crita aku sampai lulus unwaha,,gajiku sudah 1 jta di dinas pendapatan sekarang,,alhdulilah kmaren wisuda sya fapat penghargaan lulusan terbaek,prodo sistem informasi,ip 3,59..bulan september kmaren saya ditawari dosen sya jadi guru di smk al kautsar diwek jombang,dan saya terima ,selai itu saua juga ditawari ngajat di program d3 amik jombang,jadi selain jdi cleneng service di dinas pendapatan saya hri sabtu minggu ngajar di smk al kautsar dan amik jombang,,alhamdulilah meskipun banyak yg mengejek kuliah di swasta apa ya laku ijazahnya,saya tdak peduli yg penting saya bisa mengamalkan ilmu saya mskipun ngajar ditempat swasta,semoga nanto aku jga dpatneruskan s2 seperti anda tdak thu tuhanemberi jlan dr mna,,,,,dan aku jga tdak tahu nasibku di dinas pendapatan kedeannya,,sekarang aku cman bersyukur bkerja sbgai cleneng service dan mengajar,,biarlah msa depan urusan tuhan

Apipudin mengatakan...

Ketika kita menemukan kesulitan, lihatlah kebelakang. Pernahkah kita menemukan kesulitan. Pasti pernah, bisa dilaluikan? ini artinya kesulitan skg pun bisa dilalui.

Ceramah Maulud