FILSAFAT
ISLAM
APIPUDIN,
MA.Hum
Berfilsafat
adalah berfikir secara mendalam, tidak puas dengan sesuatu yang nampak
(eksistensi), melainkan berusaha untuk mengetahui wujud asli dari yang nampak
(esensi). Seseorang yang berfikir mendalam tentang meja, tidak puas hanya
dengan eksistensi atau kegunaan meja, tetapi berusaha untuk mengetahui esensi
dari meja itu. Demikian juga dengan filsafat Islam. Filsafat Islam dapat
berarti berfikir mendalam tentang Islam. Seseorang tidak puas hanya melihat
perintah atau larang dalam Islam, tetapi akan berusaha mencari jawaban dari hal
tersebut.
Objek
filsafat Islam tidak terlepas dari ke-Tuhanan, ke-Nabian, dan semua yang
tersinari Islam. Dengan berusaha memahami esensi dari ke-Tuhan, ke-Nabian, dan
semua yang tersinari Islam akan melahirkan satu pemahaman Islam yang mendalam.
Jika seseorang sudah manfu memahami Islam secara mendalam satu indikasi orang
itu akan dijadikan orang yang selamat. Bukankah Rasul bersabda (من يرد الله به خيرا يفقه فى الدين) siapa yang akan dijadikan orang yang selamat maka difahamkan dalam
agama. Di sisi lain orang yang menyakini Islam atas pemahaman akan istiqamah
dalam menjalankan ajaran Islam secara menyeluruh (kafah).
Islam
juga sangat menghargai orang yang berfikir. Bahkan dalam teks ke-agamaan Islam
dikatakan berfikir sesaat lebih baik dari pada ibadah 70 tahun (تفكر ساعة خير من عبادة سبعين سنة). Dengan berfikir manusia bisa menembuh masa yang akan datang,
atau belum terjadi. Bukankah kita sering menemukan pemikiran-pemikiran ulama
terdahulu pada abad silam. Mereka berfikir pada masanya tentang Islam yang
kemungkinan-kemungkinan terjadi pada masa yang akan datang. Dengn demikian
ibadah mereka sudah melampaui puluhan tahun yang akan datang. Ulama-ulama
sekarang dapat menetapkan sebuah hukum dalam Islam, sudah barang tentu pijakannya
pada ulama masa silam. Yu kita merenung
sesaat! Pernahkan kita jumpai karya ulama terdahulu yang usang tidak kepake
pada saat-saat sekarang? Sudah barang tentu tidak. Ini satu bukti bahwa
berfikir mendalam dan lebih jauh lebih baik dibandingkan dengan ibadah-ibadah
sunah.
Pernyatan-pernytaan
di atas menyadarkan kita pada sebuah pemahaman, bahwa betapa pentingnya
berfilsafat dalam Islam. Dengan kata lain sangatlah penting belajar filsafat
Islam. Kajian-kajian Islam secara mendalam menggiring manusia (umat islam) pada
pemhaman “butuh Islam”. Dengan demikian segala perintah dan larangan Islam akan
dipatuhinya, karena merasa butuh islam, bukan segala perintah dan larangan
disikapi sebuah beban.
Hal
yang harus digaris bawahi, bahwa filsafat Islam itu lebih menitik beratkan pada
aksiologi, bukan ontologi, dan epistemologi. Artinya segala pemikiran yang
mendalam tentang Islam berangkat dari pertanyaan untuk apa?. Misalnya, Islam
menganjurkan umat Islam untuk zakat, tentu pertanyaannya untuk apa zakat
ditunaikan?. Demikian juga shalat, puasa, dan yang lainnya akan berangkat dari
pertanyaan untuk apa itu semua.
Umat
Islam pada umumnya memahami bahwa segala perintah dan larangan bersal dari
Tuhan pencipta alam yang di dalamnya manusia. Perlu kita ketahui bahwa Allah
yang menciptakan manusia, Allah pula yang membuat aturan hidup yang sesuai
dengan kebutuhan manusia dilihat dari berbagai segi. Maka ketika umat Islam
meneliti, atau berfilsafat dengan landasan filsafat Islam akan menemukan satu
kekaguman pada perintah dan larangan Tuhan. Dengan demikian manusia (umat
Islam) akan menyadari betapa pentingga segala perintah Allah dan larangannya
diwujudkan, karena sesuai dengan kebutuhan manusia.
Seperti
yang telah penulis singgung di atas objek filsafat Islam adalah semua yang
terkait ke-Islaman, seperti masalah ke-Tuhanan yang sebut Theologi, masalah
ibadah, muamalah dan masalah akhlak (tasawuf).
Theologi
yang merupakan filsafat ke-Tuhanan berusaha untuk mengetahui Tuhan. Dari
memahami Tuhan itu maka lahirlah berbagai aliran theologi; seperti khawarij,
mu’tazilah, murji’ah, qadariah dan ahli sunah berjamaah. Semua aliran itu
memiliki objek yang sama yaitu berusaha menjelaskan tentang Tuhan. Dalam
memahami Tuhan filsafat islam tidak bertanya hakikat Tuhan, bagaimana Tuhan,
tetapi lebih bertanya untuk apa ada Tuhan. Berbicara Tuhan tidak bisa
dipisahkan dengan Nabi atau kenabian. Namun bukan bertanya hakikat Nabi, tetapi
lebih menitik beratkan pada untuk apa Nabi?
Kesimpulan
Berdasarkan
paparan di atas tentang filsafat Islam dapat penulis pahami, bahwa filsafat
Islam bukan mencari bahan melainkan menangkap pesan yang tersembunyi di balik
teks dan aspek-aspek agama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar