Selasa, 16 September 2014

Filsafat Islam



FILSAFAT ISLAM
APIPUDIN, MA.Hum

Berfilsafat adalah berfikir secara mendalam, tidak puas dengan sesuatu yang nampak (eksistensi), melainkan berusaha untuk mengetahui wujud asli dari yang nampak (esensi). Seseorang yang berfikir mendalam tentang meja, tidak puas hanya dengan eksistensi atau kegunaan meja, tetapi berusaha untuk mengetahui esensi dari meja itu. Demikian juga dengan filsafat Islam. Filsafat Islam dapat berarti berfikir mendalam tentang Islam. Seseorang tidak puas hanya melihat perintah atau larang dalam Islam, tetapi akan berusaha mencari jawaban dari hal tersebut.
Objek filsafat Islam tidak terlepas dari ke-Tuhanan, ke-Nabian, dan semua yang tersinari Islam. Dengan berusaha memahami esensi dari ke-Tuhan, ke-Nabian, dan semua yang tersinari Islam akan melahirkan satu pemahaman Islam yang mendalam. Jika seseorang sudah manfu memahami Islam secara mendalam satu indikasi orang itu akan dijadikan orang yang selamat. Bukankah Rasul bersabda (من يرد الله به خيرا يفقه فى الدين) siapa yang akan dijadikan orang yang selamat maka difahamkan dalam agama. Di sisi lain orang yang menyakini Islam atas pemahaman akan istiqamah dalam menjalankan ajaran Islam secara menyeluruh (kafah).
Islam juga sangat menghargai orang yang berfikir. Bahkan dalam teks ke-agamaan Islam dikatakan berfikir sesaat lebih baik dari pada ibadah 70 tahun (تفكر ساعة خير من عبادة سبعين سنة). Dengan berfikir manusia bisa menembuh masa yang akan datang, atau belum terjadi. Bukankah kita sering menemukan pemikiran-pemikiran ulama terdahulu pada abad silam. Mereka berfikir pada masanya tentang Islam yang kemungkinan-kemungkinan terjadi pada masa yang akan datang. Dengn demikian ibadah mereka sudah melampaui puluhan tahun yang akan datang. Ulama-ulama sekarang dapat menetapkan sebuah hukum dalam Islam, sudah barang tentu pijakannya pada ulama masa silam.  Yu kita merenung sesaat! Pernahkan kita jumpai karya ulama terdahulu yang usang tidak kepake pada saat-saat sekarang? Sudah barang tentu tidak. Ini satu bukti bahwa berfikir mendalam dan lebih jauh lebih baik dibandingkan dengan ibadah-ibadah sunah.
Pernyatan-pernytaan di atas menyadarkan kita pada sebuah pemahaman, bahwa betapa pentingnya berfilsafat dalam Islam. Dengan kata lain sangatlah penting belajar filsafat Islam. Kajian-kajian Islam secara mendalam menggiring manusia (umat islam) pada pemhaman “butuh Islam”. Dengan demikian segala perintah dan larangan Islam akan dipatuhinya, karena merasa butuh islam, bukan segala perintah dan larangan disikapi sebuah beban.
Hal yang harus digaris bawahi, bahwa filsafat Islam itu lebih menitik beratkan pada aksiologi, bukan ontologi, dan epistemologi. Artinya segala pemikiran yang mendalam tentang Islam berangkat dari pertanyaan untuk apa?. Misalnya, Islam menganjurkan umat Islam untuk zakat, tentu pertanyaannya untuk apa zakat ditunaikan?. Demikian juga shalat, puasa, dan yang lainnya akan berangkat dari pertanyaan untuk apa itu semua.
Umat Islam pada umumnya memahami bahwa segala perintah dan larangan bersal dari Tuhan pencipta alam yang di dalamnya manusia. Perlu kita ketahui bahwa Allah yang menciptakan manusia, Allah pula yang membuat aturan hidup yang sesuai dengan kebutuhan manusia dilihat dari berbagai segi. Maka ketika umat Islam meneliti, atau berfilsafat dengan landasan filsafat Islam akan menemukan satu kekaguman pada perintah dan larangan Tuhan. Dengan demikian manusia (umat Islam) akan menyadari betapa pentingga segala perintah Allah dan larangannya diwujudkan, karena sesuai dengan kebutuhan manusia. 
Seperti yang telah penulis singgung di atas objek filsafat Islam adalah semua yang terkait ke-Islaman, seperti masalah ke-Tuhanan yang sebut Theologi, masalah ibadah, muamalah dan masalah akhlak (tasawuf). 
Theologi yang merupakan filsafat ke-Tuhanan berusaha untuk mengetahui Tuhan. Dari memahami Tuhan itu maka lahirlah berbagai aliran theologi; seperti khawarij, mu’tazilah, murji’ah, qadariah dan ahli sunah berjamaah. Semua aliran itu memiliki objek yang sama yaitu berusaha menjelaskan tentang Tuhan. Dalam memahami Tuhan filsafat islam tidak bertanya hakikat Tuhan, bagaimana Tuhan, tetapi lebih bertanya untuk apa ada Tuhan. Berbicara Tuhan tidak bisa dipisahkan dengan Nabi atau kenabian. Namun bukan bertanya hakikat Nabi, tetapi lebih menitik beratkan pada untuk apa Nabi?

Kesimpulan 
Berdasarkan paparan di atas tentang filsafat Islam dapat penulis pahami, bahwa filsafat Islam bukan mencari bahan melainkan menangkap pesan yang tersembunyi di balik teks dan aspek-aspek agama.


Kamis, 11 September 2014

Neraka Penuh



Jika melihat penomena sekarang beragam sekali cara orang mencari nafkah. Dari mulai pedagang, petani, pengajar pegawai dan jenis yang lainnya hampir semuanya sudah tidak meng-indahkan aturan agama. Tidak perduli hal itu semua merugikan orang atau sosial. Bahkan perbuatannya dapat menghancurkan agama. 

Pernyataan tersebut di atas menambah kenyakinan terhadap penulis tentang penuhnya neraka. Sekalipun tidak ada yang tahu jumlah penduduk neraka secara pasti. Namun dari tanda-tandanya yang ada di sekitar kita merupakan salah satu indikasi penuhnya penduduk neraka. 

Bayangkan, penomena yang terjadi di sekitar kita, semua kehidupan dihiasi dengan kebohongan, dari kebohongan personal, kebohongan publik sampai kebohongan sistem. Semua berjalan dengan normal. Anehnya lagi manusia enjoy merasakan ketidak normalan tersebut dengan normal.    

Ceramah Maulud